Hadirnya Masjid Pertama di Sumba Timur

Aljufri Berdakwah Sambil Berternak Sapi

Di tengah kesunyian itu ada satu masjid yang didirikan di pantai utara Pelabuhan Rakyat Waingapu, Sumba Timur

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Inilah Masjid Agung Al-Jihad Waingapu yang terletak di Kelurahan Hambala, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur. Gambar diambil, Senin (27/4/2020). 

POS-KUPANG.COM - Kala itu sekitar tahun 1911 yang mana Waingapu dan sekitarnya masih sunyi dan di kelilingi hutan. Di tengah kesunyian itu ada satu masjid yang didirikan di pantai utara Pelabuhan Rakyat Waingapu, Sumba Timur.

Dari masjid inilah ,berkembang penyebaran agama Islam di Sumba, khususnya Sumba Timur. Hingga saat ini suda ada sekitar belasan Masjid di Kota Waingapu dan sekitarnya serta sekitar ada delapan Masjid yang cukup besar.

Imam Masjid Agung Al-Jihad Waingapu, H. Alwi Hasyim Algadri kepada Pos Kupang di kediamannya, Sabtu (25/4) menjelaskan, awal masuknya ajaran Islam di Sumba, khususnya di Sumba Timur pada tahun 1911 yang dibawa oleh Datuk atau dato mereka yang bernama Aljufri.

Peserta Kartu Prakerja Bisa Belajar Memijat

Dato Aljufri sebelum ke Sumba, masuk ke Kupang pada tahun 1842, kemudian menyinggahi Ende dan Waingapu.

"Saat itu Aljufri tiba di Nangamesi, yang kala itu Waingapu masih hutan, mulai dari muara kali sampai di dalam Kota saat ini. Beliau mengajar atau dakwah beberapa waktu lamanya," kata H. Alwi.

Aljufri juga mengaktifkan pelabuhan dan cukup lama ada di Waingapu. Beliau di sini cukup lama dan berdakwa mengajarkan agama.

Saat Covid-19, Polres Kabupaten Sikka Bubarkan Judi Sabung Ayam di Watu Gong

Didampingi Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Umat Masjid Agung Al-Jihad Waingapu, Budian, Haji Alwi menjelaskan, saat melakukan dakwah, Aljufri sempat bertemu dengan seorang raja bernama Raja Mbatakapidu bernama Umbu Day Leli Ata.

Karena itu, sampai saat ini pihaknya tidak terlalu mengetahui banyak tentang hubungan keduanya dan detik sejarahnya. Namun, lanjutnya, ada dato mereka yang bernama Ismail yang memegang sebuah buku sejarah.

Kemudian oleh Umbu Haramburu meminta buku tersebut. Kemudian buku itu dibawa ke Belanda oleh ayahnya kala itu yang mengenyam pendidikan di Belanda.

"Buku ini berjudul Sumba Dalam Jangkauan Zaman dan saat ini ada di museum," katanya.

Dia mengatakan, selain mendakwah, Aljufri juga sempat beternak sapi.
Sapi itu dulu dibawa oleh Belanda kemudian tersebar di kampung-kampung di Sumba Timur.

Kemudian mereka membuat sebuah Masjid di pelabuhan Nangamesi. Beberapa waktu kemudian, Masjid itu dipindahkan ke lokasi yang saat ini berdirinya Masjid Agung Al-Jihad Waingapu.

Dikatakan, awalnya konstruksi bangunan masjid itu dari kayu dan beratap alang-alang. Sekitar tahun 1950-an, bangunan itu direhab menggunakan tembok dan beratap seng.

Sekitar tahun 1985 mulai dibangun secara permanen,atas kerjasama umat dan juga bantuan pemerintah daerah serta saudara-saudara yang ada di luar daerah.

Terkait nama Masjid, H. Alwi mengatakan, masjid itu dulunya bernama asli Masjid Agung, namun sekitar tahun 1986 dinamakan Masjid Agung Al-Jihad dan menjadi masjid tertua di Waingapu, Sumba Timur.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved