News

Derita Anak-anak di Perbatasan Ende-Nagekeo, Hari-hari Gini Masih Cari Sinyal untuk Belajar Online

Akibat masifnya penyebaran virus corona atau covid-19 di Tanah Air, proses belajar siswa-siswi dilakukan secara online atau melalui televisi.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
Anak-anak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Ende dengan Kabupaten Nagekeo, Selasa (21/4/2020) 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Oris Goti

POS KUPANG, COM, ENDE - Akibat masifnya penyebaran virus corona atau covid-19 di Tanah Air, proses belajar siswa-siswi dilakukan secara online atau melalui televisi.

Di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak semua siswa-siswi bisa belajar secara online atau belajar melalui televisi.

Di wilayah perbatasan antara Kabupaten Ende dengan Kabupaten Nagekeo, tepatnya di Desa Ondoreo Barat, siswa-siswi tidak bisa belajar karena tidak ada signal handphone. Ada juga yang tidak punya televisi.

Pada Selasa (21/4) sekitar pukul 10.00 Wita, Pos Kupang menyusuri sejumlah rumah warga Desa Ondoreo Barat.

Ada anak-anak yang asyik bermain di halaman rumah, ada yang menimba air di sumur, ada pula duduk bercerita bersama anggota keluarga mereka.

Di halaman rumah, dekat gapura "Selamat Datang di Kota Ende," ada dua orang bocah sedang menimba air di sumur.

Saat disambangi, Elsa bocah perempuan, tampak malu-malu.

"Saya kelas tiga di SD Nangaboa. Selama ini saya belajar, belajar lewat HP, kalau mau belajar, saya ke pantai. Lumayan jauh. Mau belajar di rumah tidak ada signal, TV juga tidak ada," kata Elsa, sembari mengusap wajahnya.

Elsa mengatakan, sejak tidak masuk sekolah sebagian besar waktunya untuk membantu orangtua dan bermain. Ia juga mengaku guru di sekolahnya tidak memberikan PR untuk mereka.

Elsa jarang belajar, karena harus ke pantai. "Kalau ke pantai tidak berani sendiri, mama yang temani. Kalau mama sibuk. saya tidak bisa ke pantai," ungkapnya.

Tak jauh dari rumah Elsa, beberapa orang dewasa sedang duduk berkumpul. Mereka mengatakan, pasca tidak masuk sekolah memang jarang belajar.

"Mau belajar bagaimana, signal tidak ada. Orangtua di sini sibuk kerja semua. Syukur yang punya televisi, tapi di sini tidak semua ada televisi," ungkap salah seorang warga tetangga Elsa.

Menurutnya, warga Desa Ondorea memang sudah lama merindukan adanya signal di desa mereka. Untuk berkomunikasi atau mencari informasi via internet, mereka ke Pantai Nangaboa yang jaraknya kurang lebih 2 km.

Ian, salah seorang siswa SMA mengaku nyaris tidak pernah belajar.

"Sehari-hari saya hanya main dengan teman-teman dan bantu orangtua. Itu saja. Kalau belajar atau cari informasi, awal-awal saja rajin, tapi lama-lama bosan karena harus ke pantai terus," ungkapnya.

Mulai Senin (13/4), Kemedikbud RI melalui tayangan di TVRI menerapkan program bertajuk Belajar dari Rumah saat wabah Covid-19. Program tayangan tersebut jadi salah satu alternatif untuk pembelajaran siswa, guru, serta oran tua saat belajar di rumah selama wabah Covid-19.

Dalam program yang ditayangkan di TVRI diisi dengan sejumlah tayangan edukasi untuk pembelajaran jenjang PAUD hingga siswa tingkat pendidikan menengah.

Kemudian, bimbingan untuk para orangtua serta guru, dan di akhir pekan diisi tayangan program kebudayaan, yaitu setiap hari Sabtu dan Minggu.

Untuk sementara ini, program Belajar di Rumah rencananya akan berlangsung hingga bulan Juli 2020. Dikutip dari laman Kemendikbud, Mendikbud, Nadiem Makarim, mengatakan, pihaknya telah menjalin kerja sama untuk memfasilitasi siswa belajar di rumah dengan platform teknologi milik swasta.

Meski begitu, Kemendikbud menyadari masih banyak sekolah di Indonesia, khususnya yang ada di daerah yang tidak punya akses internet.

Kondisi tersebut membuat mereka kesulitan memakai platform teknologi, hingga terbatasnya dana untuk pembelian pulsa atau kuota internet.
Kemendikbud ingin memastikan di masa sangat sulit ini ada berbagai cara untuk mendapatkan pembelajaran di rumah, salah satunya melalui televisi.

Mendikbud berharap, program baru Belajar dari Rumah bisa memperluas akses layanan pendidikan buat masyarakat.

Baik masyarakat ada di daerah terdepan, terluar, maupun tertinggal (3T) yang punya keterbatasan akses internet serta keterbatasan ekonomi. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved