Breaking News

Mengintip Kehidupan Komunitas Pemulung Kota Kupang Saat Masa Waspada Corona :Kami Harus Tetap Kerja

Bertelanjang dada, ia telaten memainkan tangan menyusun gelas gelas plastik menjadi satu susunan yang utuh.

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/RYAN NONG
Komunitas pemulung Aqua Ada Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Foto diabadikan Minggu (19/4/2020) 

Mengintip Kehidupan Komunitas Pemulung Kota Kupang Saat Masa Waspada Corona; Kami Harus Tetap Kerja 

POS-KUPANG.COM | RYAN NONG -- Minggu siang yang terik. Zakarias Salukh (26) duduk di selasar gubuk sambil memilah gelas plastik minuman yang berserakan di depannya. Bertelanjang dada, ia telaten memainkan tangan menyusun gelas gelas plastik menjadi satu susunan yang utuh. 

Tak jauh dari tempatnya duduk, istrinya pun melakukan ritual yang sama. Tampak khusuk berhadap hadapan dengan karung putih berisi gelas plastik bekas minuman mineral. Persis diantara mereka, seorang bayi tertidur pulas dalam ayunan kain, sementara dua bocah perempuan berusia balita bermain dengan riang. 

"Sekarang harganya hanya Rp 4.500 per kilogram. Turun dari sebelumnya Rp 8.000 per kg," ujar Zakarias ketika diajak bercerita. 

Ia mengisahkan, untuk mendapat satu kg gelas plastik bekas air mineral, mereka bahkan harus mengumpulkannya selama beberapa hari. "Biasanya, kita cari selama sebulan juga tidak sampai 10 kg," ujarnya sambil terus memisahkan gelas plastik bekas air mineral.

Lelaki asal Timor Tengah Selatan (TTS) itu mengaku telah menekuni pekerjaan itu sejak tahun 2006 bersama istrinya. Bahkan ketiga anaknya pun lahir dan dibesarkan di tempat itu. 

"Saat begini memang sulit. Tapi kami harus tetap kerja untuk hidup," ujar lelaki yang dipercayakan menjadi anggota satgas kebersihan dan mengoperasikan motor sampah Kelurahan Pasir Panjang. 

Di depan gubuk lain yang berada di sisi Timur gubuk milik Zakarias, beberapa pemulung sedang berkumpul. Tak ada kursi, mereka duduk bersila seadanya. Anak anak lalu lalang, menikmati keceriaan mereka. Ketika wartawan ikut "nimbrung" dalam kelompok itu, mereka tampak tak sungkan. 

Melkianus Saku (43), salah satu pemulung yang tampak sepuh diantara mereka berkisah. Situasi saat waspada Corona membuat mereka berpikir dua kali untuk keluar rumah dan memulung. Tetapi, bagi mereka tidak ada pilihan lain.

"Paling susah ini saat Corona, kita mau keluar juga setengah mati," ujar Melkianus. 

Jika biasanya mereka memulung tiga kali dalam sehari, saat ini mereka memutuskan hanya memulung sekali. Jika terkadang semua anggota keluarga ikut memulung, saat ini tidak. Istri dan anak-anak tetap berada di rumah dan tidak ikut memulung lagi. Selain itu, mereka juga lebih tertib dengan selalu mengenakan masker saat melakukan aktivitas memulung.

"Sekarang hanya orang tua saja (memulung), anak-anak tidak bisa jalan. Kita jaga mereka tetap di rumah. Ini ikut himbauan pemerintah," ujarnya.

Itu juga dibenarkan pemulung lain, Yosefina Missa (30). Perempuan paruh baya kelahiran Oenlasi itu berkisah bahwa pendapatan mereka dari berjualan barang bekas hasil memulung berjuang drastis. Tidak seperti biasanya, kini mereka harus lebih banyak berhemat untuk dapat bertahan hidup saat kondisi Waspada pandemi Virus Corona seperti sekarang.  

Namun ia bersyukur, ada beberapa program pemerintah yang membantu meringankan beban hidup mereka. 

"Di sini untung air kita bisa ambil dari bak, anak anak sekolah gratis dan keluarga yang punya administrasi lengkap dapat bantuan program PKH," akunya. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved