Di Lembata Keluarga Pasien Suspect Dikucilkan dan Ada Kebocoran Data di Medsos
Bocornya data ini berdampak pada stigmatisasi terhadap mereka yang namanya ada di dalam daftar tersebut.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Di Lembata Keluarga Pasien Suspect Dikucilkan dan Ada Kebocoran Data di Medsos
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Kejadian memprihatinkan dialami keluarga pasien suspect di Lembata. Hasil rapid test yang diumumkan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur menyebut pasien dengan kode P1 itu menunjukkan tanda reaktif terhadap virus.
Pengumuman itu disampaikan dalam konferensi pers di Aula Kantor Bupati pada Selasa kemarin.
Atas hasil yang belum final ini, keluarga pasien P1 yang sudah banyak diketahui publik Lembata pun dikabarkan mulai dikucilkan warga sekitar dan bahkan mendapat perlakuan tidak manusiawi.
Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata Paskalis Ola Tapobali saat gelar konferensi pers di Aula Kantor Bupati Lembata, Rabu (15/4/2020).
Dia mendapat informasi kalau keluarga pasien suspect tersebut mulai dijauhi masyarakat.
Mirisnya lagi, lanjutnya, saat salah satu keluarga pergi mengisi air isi ulang di dalam galon, petugas yang menjaga depot justru meminta uang yang mau dibayar itu dibuang ke tanah dulu baru kemudian mereka pungut dengan plastik kresek. Kejadian lainnya, kata Paskalis, tempat usaha keluarga juga mulai sepi peminat.
"Ini sesuatu yang sudah tidak manusiawi," keluhnya.
Paskalis saat itu menegaskan kembali bahwa hasil rapid test itu belum bisa menjamin seseorang positif Covid-19 atau tidak. Tes kilat atau rapid test hanya menunjukkan tubuh seorang reaktif terhadap virus. Namun belum bisa dipastikan jenis virus apa yang ada di dalam tubuh.
"Masyarakat jangan terlalu panik dan tetap ikut imbauan pemerintah, dan ikuti informasi yang benar soal penularan," pesannya.
Kondisi ini diperparah dengan bocornya data warga yang pernah berkontak pasien P1 di media sosial. Data yang berisi nama dan alamat sejumlah warga itu bahkan disebarkan di linimasa Facebook dan aplikasi pesan What's App.
"Kita sangat menyayangkan kenapa semua terjadi termasuk data yang bocor ke media sosial. Itu data pribadi untuk tim gugus tugas. Tapi sudah bocor," ucap Paskalis dengan kesal.
Bocornya data ini berdampak pada stigmatisasi terhadap mereka yang namanya ada di dalam daftar tersebut.
• Anies Baswedan Dikritik Effendi Gazali Soal PSBB, Singgung Ribuan Pemakaman dengan Protokol Corona
• Wakil Walikota Kupang : Tdak Semua Warga Bisa Rapid Tes
• Covid-19: Pemkot Kupang Bagi-Bagi Masker Gratis Bagi Warga Manulai
"Mungkin kita juga kurang sosialisasi ke bawah. Kita harus kenali virus corona seperti apa dan tidak menghakimi orang lagi," pungkasnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)