Belajar di Rumah Diperpanjang, Ini Kiat Agar Anak Tak Jenuh, Pro Kontra di Kalangan Orangtua ?
Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Bandung yang kembali memperpanjang waktu belajar jarak jauh bagi semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD sampai
POS KUPANG.COM--- Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Bandung yang kembali memperpanjang waktu belajar jarak jauh bagi semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) menuai pro dan kontra di kalangan orang tua siswa.
Sebagian orang tua merasa tidak masalah lantaran beban tugas dari sekolah untuk anak-anaknya pun mulai berkurang. Sebagian orang tua lainnya merasa berat jika harus terus-terusan mengajari anaknya di rumah.
Rifa Mutia (31) warga Jalan Sauyunan Raya, Cibaduyut Lama, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, mengaku khawatir anaknya jenuh karena terus-terusan belajar di rumah.
• Penduduk Padat, WHO Tegaskan Indonesia dan India Bisa Jadi Episenter Baru Wabah Covid-19 Dunia
"Bagi saya, memang lebih berat mengajari anak-anak di rumah karena anak-anak kalau belajar di rumah tidak sekondusif belajar di sekolah, kalau di sekolah mereka itu ketemu banyak teman, jadi anak senang belajarnya, bisa lebih fokus juga," ujar Rifa, saat dihubungi, Jumat (10/4/2020).
Belajar online di rumah, kata Rifa, mindset anak tidak seperti belajar di sekolah, tapi lebih mirip mengerjakan pekerjaan rumah, jadi anaknya juga kurang fokus.
"Makanya kurang nyaman kalau terus-terusan sekolah online," katanya.
• 1 Orang di NTT Positif Corona, Pemprov NTT Koordinasi dengan Pemerintah Pusat
Selama mendampingi anaknya belajar online di rumah, Rifa mengaku selalu menyediakan makanan ringan lebih banyak agar anak lebih nyaman dan fokus saat mengerjakan tugas yang diberikan sekolah.
"Kan setiap sekolah itu beda aturannya, meskipun semua sama belajar online cuma kebetulan sekolahnya anak saya di SD Al- Basyariah, itu tidak terlalu berat tugasnya, kalau misalnya capek pun bisa istirahat dulu, ngemil dulu karena kalau anak tidak diberi waktu istirahat dia tidak akan fokus mengerjakan tugas berikutnya," ucapnya.
Berbeda dengan Yulie (42), warga Jalan Pasir Impun, Kecamatan Mandala Jati, Kota Bandung ini mengaku tidak masalah belajar jarak jauh diperpanjang, demi mencegah penyebaran virus corona.
Ibu tiga anak ini mengatakan, di SD Muhammadiyah 7 Antapani, tugas yang diberikan sekolah kepada anak-anaknya tidak begitu berat.
Anak-anak pun dapat mengerjakan tugas dengan santai dan tidak dikejar-kejar deadline.
"Enggak sih, soalnya tugasnya juga sudah mulai dikurangi jadi lebih santai, kalau minggu pertama itu pas awal-awal memang padat banget, sehari bisa tiga atau empat tugas. Minggu ke tiga sebenarnya sudah mulai longgar tugasnya, bebannya juga dikurangi jadi sehari itu cuma absen sama ngerjain tugas mingguan," ujar Yulie.
Menurut Yulie, setiap anak memiliki tugas berbeda dari gurunya, paling berat tugas anak pertamanya yang kelas 5 SD.
"Anak saya tiga, kelas 1, 3, sama kelas 5, kalau yang kelas satu tugasnya memang lebih mudah, kalau yang kelas 3 sama kelas 5 bebannya lebih berat karena tugas tematik kerajinan tangan gitu," katanya.
Ia pun memiliki cara sendiri agar anak-anaknya tidak jenuh selama berada di rumah.
Biasanya, Yulie memberikan waktu kepada anaknya untuk berjemur di luar rumah pada pagi hari, sesuai imbauan dari gurunya.
"Saya tidak merasa terbebani sih, masih bisa mengatur waktunya melihat kondisi anak-anak juga ceria, tidak merasa bosen banget karena dari dulu saya tidak berikan mereka gadget, jadi di rumah itu mainnya uno atau permainan lain yang membuat mereka betah di rumah," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Belajar di Rumah Diperpanjang, Ini Pro dan Kontra di Kalangan Orangtua, Khawatir Anak Jenuh, https://jabar.tribunnews.com/2020/04/10/belajar-di-rumah-diperpanjang-ini-pro-dan-kontra-di-kalangan-orangtua-khawatir-anak-jenuh.
Penulis: Nazmi Abdurrahman
Editor: taufik ismail
