Virus Corona
Taiwan Jadi Negara Terbaik di Dunia Hadapi Virus Corona, Apa Saya Yang Mereka Lakukan?
Taiwan Jadi Negara Terbaik di Dunia Hadapi Virus Corona, Apa Saya Yang Mereka Lakukan?
Taiwan Jadi Negara Terbaik di Dunia Hadapi Virus Corona, Apa Saya Yang Mereka Lakukan?
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Taiwan dinilai menjadi negara terbaik di dunia dalam merespon dan menghadapi Pandemi Corona yang menyebar di 200 negara. Apa saja yang mereka lakukan untuk menghadapai Covid-19?
Lebih dari tiga bulan sejak kasus virus corona dilaporkan di Kota Wuhan, Hubei, China, saat ini telah ada 1,3 juta kasus infeksi di seluruh dunia.
Dari yang awalnya kasus merebak hanya di China, kini menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia.
Sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat bahkan memiliki kasus yang lebih banyak dari China.
Namun saat di China terdapat 81.740 kasus infeksi dan 3.331 orang meninggal, di Taiwan, wilayah yang dekat dengan penyebaran virus corona justru bisa melakukan tindakan pencegahanyang dinilai paling baik.
Taiwan, dengan wilayah seluas 35.801 km2 dan berpenduduk sekitar 24 juta jiwa itu hingga Selasa (7/4/2020) ini melaporkan 376 kasus infeksi virus corona dan 5 kematian karena Covid-19. Kok bisa?
Belajar dari SARS
Untuk menjawab kondisi itu mungkin perlu menengok 17 tahun ke belakang saat wabah sindrom pernapasan akut (SARS) yang parah terjadi pada tahun 2003.
Ketika itu, Taiwan adalah salah satu wilayah yang paling parah terkena dampaknya, bersama dengan Hong Kong dan Cina.
Lebih dari 150.000 orang dikarantina di pulau itu dan 181 orang dilaporkan tewas.
Taiwan mengambil banyak pelajaran dari peristiwa wabah tersebut.
Taiwan kemudian mulai menyusun sistem perawatan kesehatan kelas dunia, dengan cakupan universal.
Ketika berita tentang virus corona mulai muncul dari Wuhan menjelang Tahun Baru Imlek, para pejabat di Pusat Komando Kesehatan Nasional (NHCC) Taiwan bergerak cepat untuk menanggapi potensi ancaman.
Respon cepat Taiwan dalam menghadapi virus corona juga diteliti dan ditulis dalam laporan terbaru Journal of American Medical Association (JAMA).
"Taiwan dengan cepat menghasilkan dan mengimplementasikan daftar sedikitnya 124 item tindakan dalam lima minggu terakhir untuk melindungi kesehatan masyarakat," ujar Jason Wang, seorang dokter Taiwan dan profesor pediatri di Stanford Medicine, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN (7/4/2020).
Diprediksi bakal ada 400.000 kasus
Taiwan sudah bersiap dengan berbagai protokol, ketika negara-negara lain masih memperdebatkan apakah akan mengambil tindakan terkait virus corona.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada bulan Januari, Universitas Johns Hopkins mengatakan Taiwan adalah salah satu daerah paling berisiko di luar daratan China, karena kedekatannya, ikatan dan hubungan transportasi.
Sebuah studi awal yang dilakukan oleh Univeristas John Hopkins pada bulan Januari memperkirakan bahwa Taiwan bisa memiliki kasus terkonfirmasi tertinggi kedua setelah China.
Hal ini karena hubungan dekat Taiwan dengan daratan Cina, ada 400.000 orang Taiwan yang tinggal di China dan ada ribuan penerbangan lintas selat setiap minggu.
Jarak antara Taiwan dengan daratan China hanya dipisahkan Selat Taiwan atau Selat Formosa sejauh 113 km.
Tindakan yang dilakukan Taiwan Lihat Foto Lini produksi masker wajah beroperasi di Motex Healthcare Corp di Changhua, Taiwan barat, 28 Januari 2020.
Pabrik-pabrik masker Taiwan menjaga jalur produksi tetap beroperasi selama liburan Tahun Baru Imlek untuk memenuhi meningkatnya permintaan yang disebabkan oleh coronavirus.
Epidemi ini, pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, telah menyebar ke semua provinsi di Cina kecuali Tibet, dengan kasus dilaporkan di 13 negara asing.
Kasus yang dikonfirmasi di Taiwan telah meningkat menjadi tujuh dengan sekitar 100 kasus yang diduga menunggu hasil tes.
Di antara langkah-langkah awal yang menentukan adalah keputusan untuk melarang perjalanan dari banyak bagian China.
Taiwan menghentikan kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan pulau, dan memperkenalkan hukuman ketat bagi siapa pun yang ditemukan melanggar perintah karantina rumah.
Selain itu, pejabat Taiwan juga bergerak untuk meningkatkan produksi masker wajah dalam negeri untuk memastikan pasokan lokal, melakukan pengujian di seluruh pulau untuk virus corona.
Termasuk pengujian ulang orang yang sebelumnya tidak diketahui radang paru-paru - dan mengumumkan hukuman baru karena menyebarkan disinformasi tentang virus.
"Mengingat penyebaran terus-menerus Covid-19 di seluruh dunia, memahami item tindakan yang diterapkan dengan cepat di Taiwan, dan efektivitas tindakan ini dalam mencegah epidemi skala besar, dapat menjadi pelajaran bagi negara-negara lain," ujar Wang.
"Pemerintah Taiwan belajar dari pengalaman SARS 2003 dan membentuk mekanisme respons kesehatan masyarakat untuk memungkinkan tindakan cepat untuk krisis berikutnya. Tim pejabat yang terlatih dan berpengalaman dengan cepat mengenali krisis dan mengaktifkan struktur manajemen darurat untuk mengatasi wabah yang muncul," paparnya.
Secara khusus, respon cepat dan transparan Taiwan, dengan pejabat medis mengadakan pengarahan harian tentang virus corona telah dijadikan contoh mengendalikan epidemi.
Taiwan berada dalam posisi yang dinilai siap menghadapi virus corona setelah berminggu-minggu melarang ekspor masker wajah untuk memastikan pasokan domestik.
Bahkan pemerintah setempat mengatakan Rabu bahwa mereka akan menyumbangkan 10 juta masker ke Amerika Serikat, Italia, Spanyol dan sembilan negara Eropa lainnya.
Taiwan mengkonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya pada 21 Januari 2020.
Kemudian sehari selanjutnya, 22 Januari 2020 diadakan pertemuan darurat WHO dengan perwakilan dari 16 negara, termasuk China, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Dalam pertemuan itu mereka memilih untuk menunda menyatakan bahwa virus corona adalah darurat kesehatan global.
Ketika wakil direktur jenderal CDC Taiwan, Chuang Jen-hsiang, memberikan konferensi pers di Taipei, seorang wartawan lokal bertanya kepadanya apakah Taiwan berkoordinasi dengan WHO.
"Kami tidak seperti negara lain," jawab Chuang dengan senyum sedih. “Kami tidak diundang ke pertemuan. Tidak ada cara bagi kita untuk mendapatkan informasi langsung,” kata dia dikutip dari The Nation (7/4/2020).
Dengan posisinya yang bukan anggota organisasi kesehatan dunia (WHO), Taiwan sempat kesulitan mengakses informasi virus corona di awal-awal wabah.
Di sisi lain, kurangnya informasi dan dikucilkan oleh WHO memaksa Taiwan untuk melakukan usaha sendiri dan mengambil keputusan sejak awal secara independen dari panduan WHO dan konsensus internasional yang lebih luas.
Selanjutnya, meskipun tanpa dukungan banyak informasi dari WHO, Taiwan ternyata mampu melakukan sejumlah protokol yang menghambat penyebaran corona di wilayah itu.
Pada tanggal 25 Januari 2020, ketika dunia sadar akan bahaya potensial dari virus corona baru yang menyebar dengan cepat dari Cina tengah, Taiwan dan Australia sama-sama mencatat empat infeksi baru di wilayah mereka.
Australia dan Taiwan memiliki populasi dengan ukuran yang hampir sama yaitu sekitar 24 juta orang, keduanya juga pulau, memungkinkan kontrol ketat atas siapa yang melintasi perbatasan mereka, dan keduanya memiliki hubungan perdagangan dan transportasi yang kuat dengan daratan Cina.
Namun sepuluh minggu sejak tanggal itu, Australia memiliki hampir 5.000 kasus yang dikonfirmasi, sementara Taiwan memiliki kurang dari 400 kasus.
Tingkatkan jumlah tes Covid-19 Lihat Foto Antrean orang-orang yang hendak membel masker di sebuah apotik di Taipei, Taiwan, 6 Februari 2020
Dikutip dari Taiwannews, mereka berencana meningkatkan kapasitas pengujiannya menjadi 3.800 tes virus corona dalam sehari, yang akan dilakukan di 34 laboratorium dan lembaga yang ditunjuk yang berlokasi di seluruh negara kepulauan itu.
Pengendalian penyakit masyarakat yang lebih ketat juga akan dilaksanakan dengan melibatkan pengujian yang lebih luas untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi termasuk tenaga medis, pekerja industri penerbangan, dan penduduk yang bepergian ke tempat-tempat wisata yang ramai.
Kapasitas rumah sakit Sebanyak 52 rumah sakit telah ditunjuk sebagai fasilitas yang digunakan untuk mengobati kasus Covid-19 yang diduga dengan gejala berat.
Sementara itu, rumah sakit nasional akan memulai kampanye renovasi besar-besaran untuk meningkatkan jumlah bangsal perawatan individu dan khusus, yang memastikan bahwa pasien virus corona dirawat secara terpisah dari orang-orang dengan penyakit lain.
Pada 3 April, Taiwan telah mendaftarkan 970 ruang isolasi tekanan negatif, yang dirancang untuk menjaga kontaminasi di udara, dengan hanya 417 unit yang tersedia.
Sekitar 1.300 dari 9.932 ventilator belum digunakan.
Pemerintah Taiwan juga mengalokasikan sumber dayanya untuk kebutuhan karantina.
Sebanyak 13 pusat karantina yang memiliki 1.553 kamar telah dipesan dari asrama, pusat pelatihan, dan pangkalan militer.
Taiwan telah mencatat 376 kasus yang dikonfirmasi pada Selasa (7/4/2020), termasuk lima kematian.
* 6 Pertanyaan Ini Jawab Apakah Saya Terinfeksi Corona hingga Bagaimana Mengatasi Virus Covid-19
Gejala Virus Covid-19 sangat bervariasi, dan banyak di antaranya yang tidak menunjukkan gejala atau minim gejala.
Orang yang terinfeksi corona tanpa gejala inilah yang memungkinkan penyebaran makin luas.
Oleh sebab itu, banyak negara menggalakkan tes corona untuk mengetahui seberapa banyak orang yang terinfeksi corona di negaranya.
Hal yang mungkin banyak ditanyakan orang adalah bagaimana mengetahui terinfeksi corona atau tidak, dan bagaimana seharusnya bersikap jika Anda berpikir terinfeksi?
Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan orang dan jawabannya menurut ahli seperti dilansir The Guardian, Minggu (5/4/2020).
1. Adakah cara untuk mengetahui seseorang pernah terinfeksi Covid-19?
Dr. WIlliam Hillmann selaku direktur rumah sakit umum di Massachusetts menjawab saat ini tidak ada tes yang dapat menjawab pertanyaan itu.
"Kami sedang mengembangkan tes antibodi untuk memeriksa infeksi Covid-19 sebelumnya. Tapi hal ini belum siap untuk penggunaan klinis," katanya.
Dia melanjutkan, satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah seseornag terinfeksi virus corona atau tidak adalah mengujinya.
2. Bisakah saya terinfeksi Covid-19 tanpa menunjukkan gejala?
Hillmann mengatakan, banyak orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala dan tidak tahu bahwa mereka mengidap Covid-19 karena hanya muncul gejala ringan seperti pilek dengan hidung tersumbat dan sakit tenggorokan.
Atau hanya mengira sedang flu karena merasakan demam tinggi, nyeri otot, sesak napas, dan batuk.
Semua gejala itu muncul, hingga gejala yang paling parah adalah gangguan pernapasan dan membutuhkan perawatan.
Penelitian terbaru menunjukkan, kehilangan indra penciuman dan perasa juga merupakan tanda-tanda infeksi Covid-19.
3. Berapa presentase orang terinfeksi Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala?
Dokter David Buchholz selaku asisten profesor pediatri di pusat medis Irving Columbia University mengatakan, tes Covid-19 di New York hanya menguji orang yang paling sakit.
"Kami tidak tahu berapa angka pastinya," kata dia.
Namun, sebuah penelitian di China menemukan bahwa 86 persen orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
4. Apakah orang yang asimptomatik alias tidak menunjukkan gejala juga menularkan virus?
Hillmann menegaskan, sebagian orang yang terinfeksi tapi sama sekali tidak menunjukkan gejala dapat menularkan virus SARS-CoV-2 ke orang lain.
"Namun kami tidak tahu berapa lama mereka dapat menularkannya. Karena pada saat ini kami tidak memiliki jenis pengujian untuk melihat kasus infeksi tanpa gejala," kata Hillmann.
Dia melanjutkan, ketika orang terinfeksi dan menunjukkan gejala mereka pasti dapat menularkan virusnya.
Satu sampai dua hari sebelum gejala muncul, kemungkinan besar orang yang terinfeksi juga menularkan virus.
Ketika virus lemah dan mulai sembuh, orang tersebut masih bisa menularkan virus selama beberapa hari.
"Kami memiliki beberapa bukti penularan masih terjadi bahkan beberapa minggu setelah gejala sembuh. Sulit untuk mengetahui apakah itu virus hidup yang masih dapat menginfeksi seseorang, atau apakah itu hanya virus mati yang ditumpahkan tubuh," ungkapnya.
5. Apa yang harus dilakukan jika curiga terinfeksi Covid-19, tapi tidak tahu pasti?
Buchholz mengatakan, kita semua harus menjadi panutan untuk orang lain.
Hal yang bisa dilakukan adalah menjaga jarak minimal dua meter dengan orang lain.
Hal yang sama pun disampaikan Hillmann.
Dia mengatakan, selain menjaga jarak dengan orang lain kita juga harus menjaga kebersihan tangan.
6. Jika saya pernah terinfeksi, mungkinkan akan kambuh lagi?
Buchholz mengatakan, hingga saat ini tidak ada bukti bahwa seseorang bisa terinfeksi Covid-19 lebih dari sekali.
"Lebih baik untuk menjaga kekebalan tubuh dalam beberapa waktu ke depan, setidaknya satu tahun agar tidak terinfeksi Covid-19," ungkapnya.
* WASPADA! Ini Deretan Kasus Pasien Terinfeksi Virus Corona Tanpa Gejala, Tanpa Demam, Hanya Haus
Masyarakat diimbau terus meningkatkan kewaspadaan karena saat ini, mereka yang terinfeksi Virus Corona menunjukkan tanda-tanda yang tanpa gejala atau mereka yang disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Angkanya juga mencengangkan karena hampir 60% pasien corona atau Covid-19 tidak merasakan gejala gangguan kesehatan apapun.
Fenomena OTG ini dikemukakan Juru Bicara Presiden untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto.
"Hati-hati, sekarang gambaran yang terbanyak, hampir sekitar di atas 60 persen atau ada yang mengatakan sampai 70 persen penderita positif Covid-19 tanpa gejala," kata Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin (6/4/2020).
Dalam istilah jangkitan Covid-19, orang-orang ini disebut dengan OTG atau orang tanpa gejala.
Oleh karena itu, Yuri tetap meminta masyarakat menunda mudik dan tidak bepergian.
Berikut sederet kasus-kasus pasien corona tanpa gejala di sejumlah daerah yang dirangkum oleh Kompas.com:
1. Hanya merasa kehausan
Salah seorang pasien yang sempat dinyatakan positif corona dan tak mengalami gejala adalah warga Solo, Jawa Tengah, Purwanti.
Purwanti yang saat ini telah dinyatakan sembuh mengungkapkan, dirinya tak merasakan sakit apa-apa saat dinyatakan positif Covid-19.
Ibu tiga anak itu bercerita dirinya sama sekali tak mengalami demam, batuk, pilek atau sesak napas.
Tetapi anehnya, ia terus-menerus merasa kehausan.
"Waktu dirawat saya ditanya dokter, keluhannya apa, ndak ada. Cuma waktu itu di rumah sakit itu rasane ngelak (rasanya haus) gitu lho, Pak. Mimun terus gitu rasane (rasanya) cuma itu thok (saja)," tutur dia.
Purwanti meyakini kondisi tanpa gejala itu dipengaruhi daya tahan tubuhnya.
Ia mengatakan, rutin mengonsumsi empon-empon semejak almarhum suaminya yang lebih dahulu terinfeksi Covid-19 dirawat di rumah sakit.
2. Dialami 30% pasien positif Covid-19 di Sumbar
Sebanyak 30% dari total pasien positif Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) terdeteksi tanpa gejala seperti batuk, sesak napas dan demam.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Andani Eka Putra.
"Betul, 30% lebih atau lima dari total pasien Covid-19 di Sumbar terdeteksi tanpa gejala," kata dia.
Lima orang tersebut terinfeksi dan dinyatakan positif setelah berkontak langsung dengan pasien positif lainnya.
"Mereka tanpa gejala dan hasil laboratoriumnya positif. Inilah yang perlu diwaspadai," kata Andani.
Andani memaparkan kondisi tanpa gejala ini bergantung pada kondisi imun.
"Kalau imunnya bagus yang terinfeksi ini tidak menunjukkan gejala. Namun, setelah itu virusnya semakin banyak dan imun menurun baru menunjukkan gejala," ujar dia.
3. Tak bergejala, diisolasi mandiri dan nekat keluar
Seorang pasien positif corona di Prabumulih, Sumatera Selatan nekat keluar naik ojek saat menjalani karantina di rumahnya. Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan, Yusri membenarkan perginya pasien tersebut dari rumah dengan menggunakan ojek.
Pasien bernomor 09 tersebut, kata Yusri, memang tak dikarantina di rumah sakit dan hanya menjalani isolasi mandiri di rumah.
Yusri menjelaskan, penyebabnya lantaran pasien tidak memiliki gejala seperti yang kebanyakan dirasakan oleh penderita corona.
Namun, lantaran nekat keluar, pasien lantas dijemput untuk diisolasi di rumah sakit.
"Info terakhir sudah dijemput PSC Dinkes untuk menjalani isolasi di rumah sakit," kata dia.
4. Di Malang, 3 OTG dinyatakan positif corona
Tiga orang tanpa gejala (OTG) dinyatakan positif virus corona baru atau Covid-19 di Malang.
Humas Satgas Covid-19 Kota Malang Husnul Muárif menjelaskan tiga orang tersebut kini menjalani isolasi mandiri di rumahnya.
Namun tiga pasien positif itu tetap dalam pengawasan ketat oleh petugas kesehatan setempat.
"Itu adalah kategori yang OTG. Jadi orang tanpa gejala tapi pernah kontak dengan PDP atau yang confirm positif," kata Husnul.
5. Bupati Karawang: Saya tak bergejala
Bupati Karawang Cellica Nurrachdiana merupakan salah satu pasien yang mengaku tak mengalami gejala dan dinyatakan positif corona.
Hal itu dikatakan oleh Bupati Cellica melalui akun Instagramnya pada Selasa (24/3/2020).
"Karena saya sendiri pun yang enggak bergejala dinyatakan positif," kata Cellica. Bahkan ia mengaku suhu tubuhnya normal.
Dengan kondisi itu, Cellica meminta masyarakat waspada karena penderita Covid-19 tak selalu terlihat sakit.
(Sumber: Kompas.com (Penulis: Perdana Putra, Riska Farasonalia, Aji YK Putra | Editor: Farid Assifa, Dony Aprian)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Alasan Taiwan Jadi Negara Terbaik yang Merespons Wabah Virus Corona",