RPH Soe Tiga Pekan Terakhir Tak Potong Babi

tiga minggu terakhir di rumah potong hewan (RPH) Soe tidak ada aktifitas pemotongan hewan. Hal ini menyebabkan daging babi di Ko

Penulis: Dion Kota | Editor: Ferry Ndoen
zoom-inlihat foto RPH Soe Tiga Pekan Terakhir Tak Potong Babi
POS-KUPANG.COM/Dion Kota
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, drh. Benyamin Billy

Laporan Reporter Pos-Kupang. Com, Dion Kota

POS-KUPANG.COM, SOE - Sudah tiga minggu terakhir di rumah potong hewan (RPH) Soe tidak ada aktifitas pemotongan hewan. Hal ini menyebabkan daging babi di Kota Soe menjadi susah untuk didapatkan.
Los Pasar Inpres khusus bagi penjual daging pun nampak sepi tak ada yang menempati.

Nehi Selan, salah satu penjagal babi di RPH Soe mengatakan, sudah tiga minggu terakhir dirinya memutuskan untuk tidak memotong babi karena kesulitan mencari pembeli. Walau sudah diturunkan harganya menjadi Rp.40.000 per kilo, masyarakat masih enggan mengkomsumsi daging babi lantaran adanya wabah virus ASF.

" Kakak, kita potong satu ekor saja mau jual kasih habis susah. Kita kasih turun harga juga sama saja, orang masih enggan beli. Mayoritas masyarakat masih enggan makan daging babi pasca serangan wabah ASF di Kabupaten TTS," ungkapnya kepada POS-KUPANG, Senin (6/4/2020) pagi melalui sambungan telepon.
Pasca tidak memotong babi lanjut Nehi, praktis dirinya lebih banyak di rumah. Dirinya sesekali pergi ke kebun untuk melihat tanaman jagung miliknya yang siap dipanen.

" Kita mau kerja apa pak? Sudah kita lebih banyak di rumah saja. Urus kebun sedikit karena sudah waktu panen jagung," ujarnya.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Benyamin Billy tak menampik jika tiga pekan terakhir tidak ada aktifitas pemotongan ternak babi di RPH Soe. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya minat masyarakat Kabupaten TTS untuk mengkomsumsi daging babi. Wabah ASF tidak hanya memukul peternak babi  tetapi juga para pedagang babi.

Benarkah Virus Corona Mati di Cuaca Panas? Begini Kata Peneliti

" Tidak ada yang mau potong ternak babi pak. Jual tidak laku. Masyarakat takut makan daging babi karena adanya ASF. Padahal daging babi yang dipotong di RPH ini kita periksa kesehatannya dulu baru dipotong.

Sehingga kita pastikan ternak babi tersebut sehat. Selain itu virus ASF ini tidak menjangkit pada manusia. Virus tersebut hanya menyerang ternak babi," jelasnya.

Ini Fakta Terbaru Lewat Mikroskop Wujud Virus Corona yang Diteliti Ilmuwan, Paku di Permukaan

Diberitakan sebelumnya, Kasus kematian ternak babi akibat serangan African Swine Fever ( ASF) di Kabupaten TTS telah mencapai angka 1.400 ekor. Jika dinominalkan, dimana 1 ekor ternak babi dihargai Rp.3.000.000 maka total kerugian mencapai angka 4,2 Miliar. Angka ini terbilang sangat fantastis untuk daerah dengan angka kemiskinan yang masih tinggi seperti Kabupaten TTS.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Benyamin Billy mengatakan, pihak hingga kini terus mendata kasus kematian babi di Kabupaten TTS. Diakuinya, banyak kasus kematian babi yang enggan dilaporkan masyarakat sehingga tidak terdata oleh petugas  dinas peternakan.(din)

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved