Virus Corona
Panik Virus Corona Gelombang Kedua Lebih Dahsyat, China Lockdown, Ini Daftar Kota yang Ditutup
Panik Virus Corona Gelombang Kedua Lebih Dashyat, China Lockdown, Ini Daftar Kota yang Ditutup
POS KUPANG.COM -- China kembali lockdown sejumlah kota. Hal ini dikarenakan ditemukannya kembali kasusu corona.
China merupakan negara pertama dan sumber virus corona yang kini sudah menyebar di lebih dari 200 negara di dunia
Setelah berjuang habis-habisan, China akhirnya bebas dari virus corona setelah tidak ditemukan lagi kasus baru dan pasien yang tersisah sudah dinyatakan sembuh.
• Pilkada 2020, Partai Golkar Tunggu Keputusan DPR RI, Mendagri dan KPU
• Potret Lucu Bayi Kembar yang Dinamai Covid dan Corona karena Lahir Saat Pandemi Corona, Ini Maknanya
• Empat Wilayah Di Manggarai Berpotensi Hujan Petir Hari Ini
Pemerintah China pun secara bertahap mulai mencabut status lockdown agar kehidupan kembali normal
Namun kini China kembali melakukan lockdown di sejumlah tempat setelah ditemukan kasus baru
Negara dengan penduduk terbesar di dunia itupun kini bersiap menghadapi serangan kedua Covid-19 yang diduga dalam skala yang lebih besar lagi
Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, negara asal muasal munculnya Covid-19 itu sudah tidak ditemukan transmisi lokal.
Mengutip dari Daily Star, pengumuman tersebut disampaikan oleh pemerintah China pada 19 Maret 2020.
Dalam pengumumannya, Kota Wuhan dan daerah di sekitar Hubei sudah tidak ditemukan warga yang terinfeksi virus corona.
Video para petugas medis yang melepaskan maskernya tanda perjuangan mereka menghadapi Covid-19 telah usai pun menjadi viral di media sosial.
Aktivitas warga pun perlahan kembali berangsur normal.
Hal ini tentunya memberikan harapan bagi negara lain yang tengah berada di fase terburuk menghadapi pandemi global ini.
Namun, belum genap sebulan China menghirup udara segar, kabar tak menyenangkan kembali datang.
Sebuah kota di Provinsi Henan kembali ditutup setelah ditemukan beberapa kasus Covid-19.
Melansir dari The Sun, penduduk dilarang bepergian tanpa seizin pihak berwajib, kata pejabat setempat melalui media sosial.
Warga yang hendak keluar rumah harus izin terlebih dahulu.
Pemerintah provinsi tersebut melaporkan satu kasus positif pada Sabtu.
Menurut keterangan pejabat setempat, orang yang terinfeksi telah melakukan kontak dengan dua dokter yang bekerja di Jia.
Kedua dokter itu dinyatakan postif virus corona walaupun tidak menunjukkan gejala.
Kasus ini terjadi ketika Yunnan, provinsi yang berbatasan langsung dengan Myanmar, Laos dan Vietnam melarang warganya meninggalkan pelabuhan.
Pihak berwajib berusaha mencegah warganya kembali dengan penyakit tersebut.
Sementara itu, Shanghai yang merupakan kota terbesar di China telah menutup tempat-tempat wisata.
Beberapa waktu lalu, kota tersebut telah membuka kembali tempat-tempat hiburan termasuk bar.
Tetapi hanya berlangsung singkat karena kini terpaksa ditutup kembali.
Para ilmuwan mengatakan, orang yang terinfeksi tapi tak menunjukkan gejala Covid-19 sangat mudah menyebarkan virus ke orang lain.
Sebab mereka sendiri mungkin tak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat virus.
Sementara banyak negara yang tidak mengetes warganya kecuali mereka mengalami gejala.
China telah melaporkan jumlah total kasus dan kematian yang terjadi di negaranya pada 19 Maret 2020 lalu.
Namun, laporan intelegen AS menyimpulkan bahwa China tak melaporkan data yang sesungguhnya.
Negara lain, termasuk Korea Selatan, memasukkan pasien yang tidak mengalami gejala ke dalam daftar kasus yang terkonfrmasi.
Sebuah studi terbaru mengatakan, kasus virus corona yang paling menular adalah saat seseorang memiliki gejala ringan.
Para ilmuwan menemukan bahwa puncak seorang pasien positif corona untuk menularkan ke orang lain adalah pada minggu pertama.
Temuan baru adanya pasien positif corona di China tersebut dikhawatirkan sebagai gelombang kedua.
Karena gejala yang ditimbulkan minim, dikhawatirkan jumlah orang yang terinfeksi akan lebih besar dari gelombang pertama.
• Potret Lucu Bayi Kembar yang Dinamai Covid dan Corona karena Lahir Saat Pandemi Corona, Ini Maknanya
• KPU Hentikan Transaksi Penggunaan Dana Hibah
• Tiga Hari Kedepan Ruteng Berpotensi Diguyur Hujan Ringan Hingga Sedang
Baca juga berita lainnya:
Perawat bersama dokter dan tim medis lainnya adalah satu tim medis yang berada di garda terdepan dalam penanganan pasien virus Corona Covid-19.
Di tengah hiruk pikuk penanganan pandemi Corona Covid-19, ada tenaga medis yang bekerja dalam senyap.
Di garda depan, mereka mempertaruhkan nyawa untuk merawat para pasien yang terjangkit.
Salah satunya Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur.
Minarsih menceritakan, tidak semua perawat mau ditempatkan di ruang isolasi Corona Covid-19 karena risikonya tinggi.
Sejak wabah Corona melanda Kota Kediri, RSUD Gambiran membentuk tim dan sarana perawatan pasien yang terpapar penyakit. Minarsih merupakan salah satu anggota tim.
Sebelum wabah merebak, Minarsih bertugas di bagian Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI).
Kini dia dipindahkan ke bagian isolasi pasien penyakit menular untuk membantu penanggulangan Corona Covid-19.
Salah satu ruangan isolasi RSUD Gambiran Kota Kediri, Jawa Timur untuk merawat pasien Corona Covid-19. (Dok.Humas RSUD Gambiran)
Banyak rekannya yang menolak tugas tersebut, tapi Minarsih justru menerima.
Sebagai seorang perawat, dia mengaku tak boleh menolak tugas kemanusiaan apapun risikonya, termasuk kemungkinan terpapar virus mematikan dari pasien yang dirawat.
Menurut Minarsih, tugas yang diemban ini tak sebanding dengan penderitaan dan ketakutan pasien yang terindikasi Corona.
“Setiap kali pasien dimasukkan ruang isolasi, wajah mereka sangat tegang dan depresi. Bahkan ada yang nyaris bunuh diri karena stres,” ungkap Minarsih dikutip dari Surya, Jumat (3/4/2020).
Sehingga peran Minarsih dan tenaga medis di ruang isolasi sangat dibutuhkan.
Setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.
Namun ironisnya, tugas berat itu tak diimbangi dengan pemenuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai.
Padahal setiap saat Minarsih dan teman-temannya berpotensi terpapar virus Corona saat berinteraksi di ruang isolasi.
“Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD. Di zona merah, APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang,” ucap Minarsih.
Sebagai gantinya, Minarsih membentuk grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien.
Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi.
Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien, seperti cairan infus yang habis.
Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.
Rekan Minarsih, Tri Sudaryati (54) memberikan kesaksian sama.
Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien Corona.
“Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu,” katanya.
Apalagi dahsyatnya pemberitaan tentang penularan Corona secara langsung turut memojokkan para perawat.
Tak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi.
Mereka tak mau tertular oleh virus mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya.
Malahan langkah ekstrim dilakukan Minarsih terhadap keluarganya.
Karena sampai sekarang Minarsih tak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien Corona kepada anak-anaknya.
Dia tak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.
“Saya juga terpaksa tidur terpisah dengan anak saya agar tidak terpapar. Sejak bertugas di ruangan ini, secara otomatis saya masuk dalam kategori orang dalam resiko,” tambahnya.
Untuk menjaga keluarganya, Minarsih menerapkan protokol ketat tentang kebersihan.
Usai bertugas, dia ganti baju di ruangan khusus sebelum meninggalkan rumah sakit.
Setiba di rumah, Minarsih langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan keramas, serta mencuci pakaiannya.
Baru setelah itu dia bisa mendekati anak-anaknya tanpa bisa berpelukan.
Dengan risiko itu, baik Minarsih maupun Tri Sudaryati harus tetap membangun optimisme pasien di rumah sakit.
Mereka juga selalu siap menjadi tempat curhat saat kondisi pasien sedang drop atau sedih.
“Semua pasien harus dalam kondisi baik, nyaman, dan bahagia. Karena itu modal awal untuk sembuh,” kata Sudaryati.
Para perawat ini juga merangkap menjadi kurir untuk mengantarkan titipan dari keluarga pasien.
Karena keterbatasan APD, pengantaran itu tak bisa dilakukan setiap saat.
Ini berbeda dengan pasien di ruang perawatan lain yang bebas keluar masuk tanpa membutuhkan perlengkapan khusus.
Minarsih dan Tri Sudaryati berharap mendapat bantuan APD agar bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal.
Mereka juga berharap wabah ini segera berakhir, dan bisa menjalani kehidupan normal bersama keluarga.
Perawat Ini Meninggal Dunia Akibat Corona, Ayah Artis Sherina Munaf Lakukan Ini, Surga Menantimu! (BBC World)
“Dibutuhkan ketulusan, keikhlasan, dan percaya pada Allah untuk mengemban tugas ini. Kalau Allah tidak menghendaki kami tertular, Insya Allah aman,” ungkapnya.
Saat ini terdapat 12 tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi RSUD Gambiran.
Mereka bekerja secara bergilir selama 24 jam untuk memastikan pasien yang dirawat baik-baik saja.
Sementara Direktur RSUD Gambiran dr Fauzan Adhima mengakui ketersediaan APD memang terbatas.
“Pada awal-awal sempat ada kesulitan penyediaan APD karena banyak distributor yang menghentikan pengiriman. Tapi saat ini ketersediaan APD relatif sudah mencukupi, semoga pasien Covid-19 tidak nambah lagi sehingga APD-nya tetap tercukupi," ungkapnya.
Manajemen rumah sakit sangat mengapresiasi semua tenaga medis, paramedis, dan petugas lainnya yang telah all out memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Corona Covid-19 di RSUD Gambiran.
"Semoga tenaga medis, paramedis, dan lainnya selalu diberikan kesehatan," harapnya.
6 perawat meninggal karena corona
Sementara itu, Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI) menyatakan sudah ada enam perawat meninggal karena corona.
Berikut daftar enam perawat yang meninggal dunia selama pandemi virus corona COVID-19:
Ninuk Dwi, SKep (Perawat ICU RSCM)
Sugiarto, Amd, Kep (Perawat RSPAD GS)
Harmoko, SKep Ns SH MH(Kes) (Perawat PKM Tambak Aji)
Letkol (KOWAL) Mulatsih, WA, AMK, SH (Perawat RS Marinir Cilandak)
Setia Aribowo , Amd, Kep (Perawat RS Premier Bintaro
Mursyida, Amd, Kep (Perawat PKM Kp Teleng)
Kisah perawat meninggal karena corona setelah Suami Bisikan: Jangan Khawatir Soal Anak-anak
Seorang perawat NHS garis depan yang berjuang melawan virus Corona meninggal beberapa saat setelah suaminya berbisik 'jangan khawatir tentang anak-anak'.
Areema Nasreen (36) meninggal dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Walsall Manor, West Midlands, tempat dia bekerja.
Ibu tiga anak berusia 8, 10, dan 17, menjadi pekerja kesehatan termuda di Inggris meninggal karena Covid-19.
Areema pertama kali dites positif terkena virus setelah mengalami peningkatan suhu, nyeri tubuh dan batuk.
Perawat ini telah bekerja untuk NHS selama 16 tahun, sempat dirawat memakai ventilator kemudian meninggal dunia.
National Health Service (NHS) adalah nama program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya
Adik Areema, Ash (31) mengatakan, "Kami bingung. Kita semua hancur - kita tidak tak kehabisan kata-kata," ujarnya kepada kantor berita The Sun.
'Areema memakai ventilator dan sesaat sebelum dia meninggal, suaminya berkata kepadanya, "jangan khawatir tentang anak-anak".
“Dia mulai menangis. Para dokter mengatakan tolong jangan memeluknya, karena virusnya, tetapi dia berkata dia harus memeluknya.
“Lalu dia meninggal. Kami semua benar-benar hancur. '
Keluarganya sekarang memohon agar orang mengikuti aturan isoloasi diri.
Sekretaris Kesehatan Flanking Matt Hancock pada konferensi pers Jumat (3/4/2020) mengatakan kondisi musim panas ini membuat orang tergoda untuk berkeliaran di luar."
"Tapi tolong, aku minta untuk mengingat Aimee dan Areema. Silakan tinggal di rumah untuk mereka.," ujarnya.
Mr Hancock menggemakannya, mengatakan orang-orang harus menahan keinginan untuk keluar dan berkata, "Jika kita melakukannya orang akan mati '.
Muncul ketika angka terbaru melaporkan 38.168 kasus dikonfirmasi Covid-19 di Inggris dengan jumlah kematian saat ini di 3.605. (*)