Pandemi Corona
Di Tengah Pandemi Corona, Rocky Gerung Tak Sabar Memuji Prestasi Jokowi: Sudah Saya Tunggu Lama
Di Tengah Pandemi Corona, Rocky Gerung Tak Sabar Memuji Prestasi Jokowi: Sudah Saya Tunggu Lama
Wanita tersebut ditanyakan apa tanggapannya terhadap rencana pindahanya Ibu Kota yang ditargetkan selesai pada 2025.
Warga Adat Dayak Paser Dahlia, BBC, Jumat (6/3/2020) (YouTube BBC News Indonesia)
Dahlia jujur mengatakan dirinya takut kehidupannya di Sepaku, desa tempatnya tinggal akan terancam oleh pindahnya Ibu Kota.
"Karena kami hanya hidup dari hutan, orang-orang pribumi khususnya," katanya.
"Takut budaya kami, dan bahasa kami hilang, jika telah menjadi Ibu Kota, Sepaku ini," lanjut Dahlia.
Ia lalu ditanyakan apakah tidak ingin merasakan perubahan dan peningkatan kualitas hidup yang datang berbarengan dengan pindahnya Ibu Kota.
Dahlia mengakui memang akan banyak hal positif yang datang dari pindhanya Ibu Kota.
Namun Dahlia merasa kehidupannya dan penduduk warga adat yang telah terbiasa menyatu dengan alam sudah tidak bisa diubah.
"Ya memang benar, itu pasti akan ada universitas, semua fasilitas-fasilitas akan mudah, akses jalan pun mudah, tetapi kami orang pribumi hidupnya sudah terbiasa di hutan," paparnya.
"Selalu mencari pengobatan tradisional di hutan."
"Kami pun hidup terbiasa dengan berkebun."
Alasan lain Dahlia adalah daya saing pribumi yang diakuinya sebagian besar akan kalah apabila dibandingkan orang kota.
Ia takut tidak akan bisa berkompetisi dengan orang-orang kota apabila kehidupan tradisional mereka sebagai pribumi tersingkirkan.
"Mayoritas orang pribumi itu, dia tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang ada di luar, seperti di Ibu Kota," jelas Dahlia.
Sekarang Lawan Perusahaan dan Negara
Penolakan juga disuarakan oleh Syukran Amin, seorang pemuda Dayak Paser.