Pilkada 2020, Golkar Punya Mekanisme Baku
Namun Golkar juga selalu bersandar pada hasil survey dalam menentukan pasangan calon (paslon).
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
Pilkada 2020 - Golkar Punya Mekanisme Baku
POS-KUPANG.COM|KUPANG -- Partai Golkar adalah partai besar yang tentu sudah memiliki mekanisme yang sudah baku dalam proses pencalonan dalam pilkada. Namun Golkar juga selalu bersandar pada hasil survey dalam menentukan pasangan calon (paslon).
Hal ini disampaikaan Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, M.Si ketika dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, Minggu (8/3/2020).
Menurut Ahmad, setiap partai politik tentu mempunyai pola masing-masing dalam melakukan rekruitmen jabatan politik. "Golkar sebagai partai besar tentu memiliki mekanisme yang sudah baku. Tapi partai ini selalu bersandar pada hasil survey dalam menentukan pasangan calon," kata Ahmad.
Dijelaskan, mekanisme survey ternyata belum dilakukan justru Partai Golkar sudah menetapkan pasangan calon. Hal ini,lanjutnya, dimungkinkan karena minimnya pasangan calon yang mendaftar di Partai Golkar, sehingga mekanisme survey bukan lagi menjadi barometer.
"Ini fenomena baru di Partai Golkar, yakni terjadi sepi peminat dan survey tidak lagi menjadi acuan. Sepinya paslon mendaftar lewat Golkar dapat diduga jika secara struktur Golkar telah memiliki figur sehingga paslon menjadi enggan mendaftar," katanya.
Dikatakan, dengan demikian, yang mendaftar hanya paslon tunggal sehingga tidak perlu lagi menggunakan survey untuk mengukur popularitas dan elektabilitas paslon.
"Apalagi jika yang dicalonkan merupakan kader yang menempati posisi dalam struktur partai," katanya.
Sedangkan soal koalisi, Ahmad mengatakan, koalisi merupakan suatu keharusan, bukan hanya untuk kepentingan pilkada namun akan memberikan dukungan politik jika pasangan yang diusung Partai Golkar menang pilkada.
"Penetapan pasangan calon oleh Partai Golkar tanpa membangun koalisi terlebih dahulu boleh jadi Golkar memiliki kursi murni maka tidak perlu lagi membangun koalisi. Asumsi lain dapat dibangun jika Golkar ingin menjadi partai pengusung dan mitra koalisi hanya sebagai partai pendukung saja," katanya.
• Ketua DPC Demokrat Ngada Ajak Kader Perjuangkan Paket GUD-ATR
• Kunker Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat ke Timor dan Sumba, Jangan Mau Jadi Orang Bodoh Lagi
• BREAKING NEWS :Tidak Cari Kayu Bakar, Kakek di Manggarai Hajar Cucu Pakai Kayu Hingga Badan Terluka
• Bukan Hanya Sumber Protein, Kenali 11 Kandungan Gizi dalam Telur Ayam dan Manfaatnya Bagi Tubuh
Dikatakan, kondisi itulah yang menyebabkan ada dua hal yang berbeda sebagai partai pengusung dan pendukung.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)