Kunker Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat ke Timor dan Sumba, 'Jangan Mau Jadi Orang Bodoh Lagi'
VBL sadar hanya dengan kunjungan langsung ke masyarakat, dia bisa mendekatkan diri sekaligus menyerap aspirasi langsung dari masyarakat.
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Rosalina Woso
Kunker Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat ke Timor dan Sumba : 'Jangan Mau Jadi Orang Bodoh Lagi'
POS-KUPANG.COM--GUBERNUR Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), secara maraton melakukan kunjungan kerja ke daratan Timor pekan pertama Februari 2020. Sebagai seorang pemimpin yang paham psikologi massa, VBL sadar hanya dengan kunjungan langsung ke masyarakat, dia bisa mendekatkan diri sekaligus menyerap aspirasi langsung dari masyarakat.
Menyaksikan gaya, ritme dan totalitas kunjungan kerja VBL kali ini, kita jadi sadar daerah dengan topografi seperti NTT tidak cuma sekadar ada pemimpin tapi dibutuhkan sosok dengan kualifikasi punya passion kuat, memeluk spirit merakyat, punya energi lebih untuk kemudian bisa menghasilkan aura positif di tengah masyarakat.
Aura positif ini sungguh terasa ketika mengikuti kunjungan kerja (kunker) VBL selama sepekan di lima kabupaten di daratan Timor dan tiga kabupaten (minus Sumba Barat Daya) di daratan Sumba. Kunker ke daratan Timor bermula di Kabupaten Malaka, Minggu (9/2/2020), dan berakhir di Kabupaten Kupang, Jumat (14/2/2020). Sedangkan kunker ke daratan Sumba bermula di Sumba Timur, Kamis (27/2/2020), dan berakhir di Sumba Tengah, Sabtu (29/2/2020).

Sebenarnya kunker seorang kepala daerah ke tengah masyarakat merupakan hal yang biasa dan rutin dilakukan. Tetapi ketika sang pemimpin itu mempunyai karakter kepemimpinan yang kuat, punya tekad untuk membangun, niscaya kehadirannya sangat dirindukan.

Kerinduan itu nyata ketika Gubernur VBL dan rombongan menjejak Malaka, Minggu (9/2/2020) sore. Dari Kupang, VBL dan rombongan menggunakan kendaraan roda empat. Melintasi jarak tempuh lebih dari 200 Km dengan waktu tempuh sekitar 8 jam, tentu bukan perjalanan ringan buat pemimpin yang supersibuk. Tetapi bagi VBL kunker adalah harga yang harus dia bayar kepada rakyat sebagai pertanggungjawabannya sebagai seorang pemimpin.
Sekda Malaka, Donatus Bere, SH dan ratusan warga yang sudah mengantre menyambut Gubernur VBL dengan iringan drumband pelajar SMA Negeri Harekakae. Sebelum masuk dan diterima Bupati Malaka, dr. Stef Bria Seran, di Rumah Jabatan Bupati Malaka, ada sapaan adat hase hawaka dari tua-tua adat Malaka. Hujan yang mengguyur seakan membawa pesan kedatangan Gubernur VBL di bumi Malaka direstui alam dan leluhur Malaka.
Malam itu juga Gubernur VBL menggelar rapat dengan Bupati Malaka, para camat, lurah, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, para pimpinan OPD Kabupaten Malaka. Di hadapan semua yang hadir itu, Gubernur VBL menunjukkan kepedulian, keberpihakan dan tekadnya ingin membawa NTT maju sesuai taglinenya ‘NTT Bangkit Menuju Sejahtera’.
NTT Bangkit Menuju Sejahtera, dalam pandangan Gubernur VBL, seyogyanya bisa dimulai dari dan dengan apa yang ada pada masyarakat sendiri. Di banyak tempat dan pada berbagai kesempatan VBL selalu membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa NTT ini sungguh kaya. Kekayaan alam NTT luar biasa.
Destinasi pariwisata NTT tiada duanya. Karena itu NTT tidak boleh ketinggalan, masyarakat NTT tidak pantas hidup miskin.

Di Malaka, Gubernur VBL membuka mata masyarakat dengan menggambarkan kandungan gizi dan vitamin pada kelor si pohon ajaib yang lebih kaya dari susu. Karena itu, Gubernur VBL menginstruksikan agar setiap rumah menanam lima pohon kelor. Kabupaten Malaka, kata Gubernur VBL, merupakan salah satu tempat terbaik untuk budidaya tanaman kelor.
"Malaka harus jadi model untuk tanam kelor," tegas Gubernur disambut tepuk tangan para hadirin. Gubernur VBL berharap agar institusi Gereja ikut mendukung dan menyukseskan program kelor.
"Jadi kalau ada yang mau menikah, para perempuannya harus makan kelor. Kalau mereka tidak makan kelor, maka mereka tidak dapat restu dari pihak gereja," kata Gubernur sembari menambahkan, "Kalau orang bodoh maka bikin susah banyak orang. Jangan pernah mau jadi orang bodoh.”
Di Kabupaten Belu, Selasa (11/2/2020), politisi Nasdem itu mengajak masyarakat untuk berpikir tentang dunia pariwisata yang semakin naik daun. Gubernur VBL menegaskan, siapa yang tidak sadar dan tidak peduli pariwisata, maka akan dilibas oleh pariwisata.

Kabupaten Belu, kata Gubernur VBL, memiliki Fulan Fehan sebagai destinasi unggulan yang hebat. Gubernur VBL memprediksi jika keindahan alam Fulan Fehan dikelola secara baik, maka sekurang-kurangnya setahun ada pendapatan sebesar Rp 10 miliar.
Menurut Gubernur VBL, sejak dilantik 5 September 2018 bersama Wagub NTT, Josef A. Nae Soi, pihaknya baru belajar menjadi orang pemerintah.
Sebagai birokrat, sebut gubernur, dirinya menginginkan agar mental dan cara kerja birokrasi harus birokrat enterpreneur/wirausaha. "Birokrat yang tahu berapa uang yang dikeluarkan dan berapa uang yang harus kembali," jelas Gubernur VBL.
Bahkan ada gagasan yang unik dan menarik yang dilontarkan Gubernur VBL terkait kinerja para birokrat di NTT.
"Nanti saya lapor Bapak Presiden. Kami di NTT buat Pergub kalau birokratnya kinerja baik, maka gaji dan insentifnya naik. Kalau mereka kinerjanya buruk maka gaji dan insentifnya hilang," tegas Gubernur VBL, disambut sorai tepuk tangan dari para hadirin.
Gubernur VBL sangat sadar, ada kebijakan dan keputusannya tidak disukai masyarakat atau pihak tertentu.
Merespon satu pertanyaan yang diajukan dalam dialog itu, Gubernur VBL mengajak semua masyarakat untuk sama-sama sepikiran membangun NTT.

Tentang kelor, Gubernur VBL tidak pernah bosan mengkampanyekannya. Begitu juga ketika mengunjungi dan berdialog dengan Bupati Timor Tengah Utara (TTU), para camat, para lurah dan kades, para tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan di Balai Biinmafo, Kefamenanu, Rabu (12/2/2020) kelor jadi primadona kampanye.
Konsumsi kelor, kata Gubernur VBL, sangat penting untuk mengatasi stunting yang masih tinggi di TTU. Sejauh ini angka stunting di TTU sebesar 42% dibandingkan dengan kabupaten lain di NTT.
Gubernur berharap paramedis atau tenaga kesehatan memperhatikan secara serius ibu-ibu yang hamil di luar pernikahan sah.
Jika urusan stunting ini tidak diperhatikan secara serius, kata Gubernur VBL, maka impian besar NTT Bangkit, NTT Sejahtera hanya semboyan yang enak didengar tapi tidak pernah diwujudnyatakan.
Ketika kunker di Sumba Timur, Kamis (27/2/2020), Gubernur VBL juga kembali berbicara tentang stunting.
Mengapa Gubernur VBL begitu ngotot, baik untuk mengatasi kemiskinan maupun menurunkan angka stunting?
Pertanyaan ini dijawabnya sendiri ketika mengunjungi Kabupaten Kupang yang dipusatkan di Gereja Pniel Lelogama, Amfoang Selatan, Jumat (14/2/2020).
“Manusia itu dalam dirinya ada dua kepribadian. Pertama, pribadi secara fisik, yaitu makan, minum, kerja dan segala macam aktivitas biasa. Kedua adalah identitas konsepsional. Kalau yang pertama itu tidak bisa ditahan, tidak bisa menolak kematian, pasti mati. Tidak ada orang yang tidak mati secara fisik,” jelas Gubernur VBL mengutip pendapat antropolog Ernest Becker Salon.

Karena itu Gubernur VBL mengajak semua warga, terutama para ASN di Kabupaten Kupang, untuk segera mengubah mindset. Para ASN perlu mengubah mindset-nya dalam bekerja. Mental kerja asal-asalan tidak bakal membawa perubahan apa-apa.
Ketika mengunjungi Sumba Barat yang dipusatkan di Desa Malata, Kecamatan Tana Righu, Jumat (28/2/2020), Gubernur VBL meminta semua pihak agar bekerja sistematis. Stunting dan kemiskinan, kata Gubernur VBL, masih tinggi karena selama ini kita tidak bekerja sistematis.
Tiru Bupati Sumba Tengah
Saat kunker di Sumba Tengah, Gubernur VBL memberi apresiasi kepada Bupati, Drs. Paulus SK Limu. Kunker itu dipusatkan di Pantai Aili, Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tanah Selatan, Sabtu (29/2/2020).
Gubernur VBL memuji Bupati Sumba Tengah karena program-programnya bisa mengurangi stunting, kemiskinan serta kualitas pendidikan.
• Kunjungan Kerja Gubernur VBL ke Timor dan Sumba, Jangan Mau Jadi Orang Bodoh Lagi
Apresiasi diberikan VBL usai mendengar pemaparan Bupati Paul Limu tentang tekadnya menurunkan stunting dan angka kemiskinan di Sumba Tengah melalui 11 program prioritas yang disebut Pro Oli Mila. Dengan program tersebut, Bupati Paul Limu sangat optimis angka kemiskinan serta stunting akan menurun di tahun 2020.
“Kami punya Progran Pro Oli Mila, yakni peduli terhadap orang miskin. Untuk menurunkan angka kemiskinan kami punya program rumah mandiri dengan anggaran Rp 50-65 juta per unit. Tahun 2019 kami sudah bangun 719 unit dan itu terbukti. Untuk stunting kami punya gerakan masyarakat hidup sehat (Germas Model)," jelas Paul Limu.

Mendengar penjelasan Paul Limu, Gubernur VBL mengatakan, "Baru kali ini saya tidak mendengar keluhan dari Bupati Sumba Tengah, padahal selama kunker semua bupati mengeluh tentang stunting, kemiskinan dan rawan pangan. Namun Sumba Tengah lebih mencari solusi daripada mengeluh. Apresiasi yang tinggi kepada Bupati Sumba Tengah dan jajarannya karena dengan nyata tanpa pengeluhan apa pun bekerja dengan tulus akan menjamin kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Menurut Gubernur VBL, apa yang dilakukan Bupati Sumba Tengah harus dilakukan oleh semua bupati untuk mendukung agar NTT bisa sejahtera. (Kerja sama Biro humas dan Protokol Setda NTT dan Harian Pagi Pos Kupang)