Yohanes Kritik Peran Guru BK, Siswa Keroyok Guru SMAN 1 Fatuleu

Pengeroyokan guru oleh siswa SMAN 1 Fatuleu Kabupaten Kupang mendapat perhatian DPRD Provinsi NTT

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Juru Bicara Fraksi PKB DPRD NTT, Yohanes Rumat, S.E 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pengeroyokan guru oleh siswa SMAN 1 Fatuleu Kabupaten Kupang mendapat perhatian DPRD Provinsi NTT. Komisi V menilai, bimbingan konseling (BK) di sekolah harus lebih ditingkatkan agar karakter siswa terbentuk sehingga ada rasa hormat terhadap gurunya.

Sekretaris Komisi V, Yohanes Rumat mengatakan, peran guru BK harus bisa membentuk dan membina karakter anak sehingga mengenal tata krama dan sopan santun.

"Saya malah meragukan fungsi bimbingan konseling di sekolah yang kurang berjalan dengan baik. Barangkali anak-anak tidak mengenal guru bimbingan konseling di sekolah itu. Padahal peran guru bimbingan konseling salah satu fungsi yang sangat strategis, yaitu pembetukan karakter anak selama ada di lingkungan sekolah," kata Yohanes di Kupang, Rabu (4/3/2020).

Kasus Makan Faces di Seminari BSB Maumere, Pelaku dan Korban Saling Memaafkan

Menurutnya, apabila peran orangtua di kelurga dan peran guru BK di sekolah diabaikan oleh siswa-siswa, maka kasus yang terjadi itu bisa dibawa ke ranah hukum.

"Saya pikir pembinaan lebih lanjut diantar ke polisi saja, karena bisa saja anak-anak ini sengaja dan tahu dan mau untuk melakukan tindak kekerasan terhadap gurunya. Ini jangan dibiarkan," ujarnya.

Yohanes sedih dan prihatin atas sikap tiga siswa yang melakukan penganiayaan terhadap gurunya. "Dari cara dan sikap perilaku anak-anak ini tentu gejolak sebagai anak remaja yang sedang tumbuh dan sedang dalam proses pendewasaan terbilang wajar. Namun demikian yang paling kita butuhkan anak-anak ini harus dibina dan dididik secara baik dan benar," imbuhnya.

Tiara Anugrah: Pilih Dul atau Azriel

Hal senada disampaikan anggota Komisi V, Emanuel Kolfidus. Politisi PDIP ini mengusulkan agar perlu dilakukan penguatan BK kepada siswa di sekolah.
Menurutnya, penguatan BK dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas.

"Harus ada penguatan BK di sekolah agar sekolah dapat memetakan potensi anak didik. Selain itu juga, sekolah dapat memberi konseling kepribadian yang juga mengarahkan konsentrasi belajar anak didik," kata Emanuel, Rabu kemarin.

Emanuel prihatin dengan tindakan tiga siswa SMAN 1 Fatuleu. Ia mengatakan, perilaku siswa sudah melampaui batas toleransi, bahkan menjurus kepada tindakan kriminal.

"Perilaku ketiga orang soswa ini bisa membahayakan nyawa orang lain. Ini tentu tidak kita kehendaki bersama, karena itu kita minta masalah ini bisa diselesaikan dan jangan terulang lagi," katanya.

Mantan Ketua Komisi V DPRD NTT, Jimmi Sianto mengatakan, kasus penganiayaan terhadap guru SMAN 1 Fatuleu harus diproses hukum.

"Satu sisi harus diproses hukum, karena melanggar hukum. Di sisi lain apakah anak akan dibiarkan semakin terpuruk mentalnya atau jadi tantangan untuk ubah karakternya," kata Jimmi.

"Kita tunggu langkah apa yang akan diambil oleh para pengambil kebijakan di daerah ini," ujarnya.

Sebelumnya, tiga siswa kelas XII SMAN I Fatuleu Kabupaten Kupang mengeroyok dan menganiaya Yelfret Malafu (45), guru bidang studi Bahasa Indonesia, Senin (2/3). Ketiga pelaku berinisial YC, CYT dan OB.

Guru honorer yang telah 15 tahun mengajar di sekolah itu, mengalami luka pada pergelangan tangan kanan, telinga kiri, serta dada dan punggung sakit. Korban merupakan warga RT 011 RW 005 Desa Sillu Kecamatan Fatuleu.

Peristiwa ini terjadi di kelas XII SMAN I Fatuleu, sesuai upacara bendera dan menjelang ujian semester. Yelfret tidak menyangka mengalami nasib sial. Ia mengaku dikeroyok oleh siswa saat sedang melaksanakan tugas sebagai pegawas ujian semester genap siswa kelas XII IPS-4.

Kasus ini bergulir ke ranah hukum. Polisi menangkap tiga pelaku dan menetapkan sebagai tersangka. (yel)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved