Di TTS Daging Babi Tak Laku, Pedagang Merugi
Merebaknya virus Hog Cholera dan virus African Swine Fever ( ASF) yang menyerang ternak babi di Pulau Timor tidak terkecuali Kabupaten TTS
Penulis: Dion Kota | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | SOE - Merebaknya virus Hog Cholera dan virus African Swine Fever ( ASF) yang menyerang ternak babi di Pulau Timor tidak terkecuali Kabupaten TTS, membuat tingkat penjualan daging babi turun drastis.
Hal inilah yang menjadi keluhan para pedagang babi di Kota Soe. Jika sebelumnya dalam sehari di rumah pemotongan hewan (RPH) Soe mampu memotong hingga 6 ekor babi dalam sehari, saat ini RPH Soe hanya memotong satu atau dua ekor babi dalam sehari.
• Jaga Suasana Kondusif, 500 Personel Gabungan TNI-Polri Diterjunkan ke Lokasi Perang Suku Adonara
"Dulu sebelum ada serangan Hog Cholera dan ASF kita bisa potong babi 4 hingga 6 ekor babi dalam sehari. Namun sekarang mau potong dua ekor saja, itu pun kita mau julan kasih habis susah karena yang datang beli daging babi menurun drastis," keluh Daniel Selan kepada POS- KUPANG.COM, Jumat (6/3/2020) di RPH Soe.
Minimnya pembeli yang datang membeli daging babi membuat Daniel dan kawan-kawan harus memutar otak untuk bisa menjual daging babi.
• 537 Mahasiswa Poltekkes Kupang Siap PKN, Wabup Berang Kades Tidak Hadir
Jika hingga sore daging babi tak kunjung terjual, Daniel terpaksa menurunkan harga daging babi hingga Rp 40.000 per kilogram.
Padahal, normalnya per kilogram daging babi dihargai Rp 70.000. "Pak, dulu siang begini daging babi sudah habis. Sekarang sampai malam juga tidak habis. Kita sudah coba kasih turun harga sampai Rp. 40.000 per kilogram tetapi susah cari pembeli. Kami bahkan tawar daging ini dari rumah ke rumah," ujarnya.
Ditambahkan Silvester Liu Nokas, pedagang daging babi lainnya, anjolknya penjualan daging babi sudah terjadi sejak awal Februari pasca merebaknya virus Hog Cholera dan ASF.
Ia mengaku, rugi besar akibat anjolknya penjualan daging babi.
"Pak kami rugi banyak pak. Satu hari kami potong satu atau dua ekor, itu pun tidak bisa laku semua. Padahal kita sudah kasih turun harga bahkan sampai kasih bon. Kami bisa bangkrut kalau keadaan seperti ini terus berlanjut," keluhnya. (Laporan Reporter POS- KUPANG.COM, Dion Kota)