Ini Alasan Presiden Afghanistan Tolak Bebaskan 5.000 Tahanan Sesuai Perjanjian Damai AS-Taliban

Ini alasan Presiden Afghanistan tolak bebaskan 5.000 tahanan sesuai perjanjian damai AS-Taliban

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/OMAR SOBHANI/REUTERS
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara di konferensi pers di Kabul, Afghanistan, Minggu (1/3/2020). 

POS-KUPANG.COM | KABUL - Ini alasan Presiden Afghanistan tolak bebaskan 5.000 tahanan sesuai perjanjian damai AS-Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani tolak bebaskan 5.000 tahanan Taliban sebagai syarat terjalinnya perundingan intra-Afghanistan.

Pernyataan ini diungkapkan presiden yang menjabat sejak 29 September 2014 itu, pada Minggu (1/3/2020) seperti dilansir dari Reuters.

"Pemerintah Afghanistan telah memutuskan untuk menolak pembebasan 5.000 tawanan Taliban," ucap Ghani pada wartawan di Kabul, sehari setelah perjanjian damai ditandatangani di Doha, Qatar.

Cerita Sopir Truk Tewas Diamuk Massa Depan Polisi Bersenjata, Kapolda Papua: Salah Paham

Dalam perjanjian damai Amerika Serikat (AS) dengan Taliban, tercantum Sebanyak 5.000 tahanan perang dan politik Taliban dan 10 ribu tahanan lainnya akan dilepas AS mulai 10 Maret 2020. Hari itu adalah waktu negosiasi intra-Afghanistan digelar.

Pihak-pihak terkait harus menunaikan kewajiban ini dalam tiga bulan. AS sudah berkomitmen untuk melakukannya, dan Taliban juga berkomitmen tahanan yang dibebaskan tidak akan melancarkan serangan ke AS, sekutu, serta koalisi.

Diduga Depresi, Warga Negara Korea Selatan Bunuh Diri

Namun Ghani menolaknya, dengan alasan pembebasan tawanan Taliban bukan wewenang AS.

"Bukan wewenang AS untuk memutuskan, mereka hanya fasilitator," kata presiden Afghanistan ke-13 itu.

Perjanjian damai pada Sabtu kemarin ditandatangani oleh Mullah Abdul Ghani Baradar selaku pemimpin Taliban, dan Zalmay Khalilzad yang merupakan utusan AS.

Kesepakatan bersejarah ini juga disaksikan langsung oleh Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo. Setelah seremoni selesai, Baradar bertemu dengan para Menteri Luar Negeri dari Norwegia, Turki, dan Uzbekistan di Doha.

Turut hadir pula diplomat dari Rusia, Indonesia, dan negara-negara tetangga.

"Para pejabat yang bertemu Mullah Baradar menyatakan komitemen mereka terhadap rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan... Perjanjian AS-Taliban sangat bersejarah," kata juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, dikutip dari Reuters.

Presiden AS Donald Trump juga berencana akan bertemu dengan pemimpin Taliban dalam waktu dekat.

Namun para pembantu Presiden Ghani mengatakan langkah Trump untuk bertemu Taliban akan menimbulkan risiko tersendiri bagi pemerintah, ketika penarikan pasukan AS sudah terjadi.

Berdasarkan perjanjian damai AS-Taliban, Washington DC akan mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 8.600 personel dari yang sebelumnya 13.000 personel.

Penarikan pasukan ini dilakukan bertahap selama 135 hari atau 4,5 bulan. Jumlah ini termasuk sekutu dan pasukan koalisi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved