Kadis Kesehatan Kota Kupang : Pembalikan Paradigma " Takuju Menjadi Paradigma Hidup Sehat"

DBD sekarang ini menjadi extrem karena jangka waktu sakit dan kematiannya sangat pendek, sebab masa incubasinya hanya 7 sampai 10 hari

Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Kadis Kesehatan Kota Kupang : Pembalikan Paradigma
POS KUPANG/VINSEN HULER
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati M.Kes.

Kadis Kesehatan Kota Kupang : Pembalikan Paradigma " Takuju Menjadi Paradigma Hidup Sehat"

POS-KUPANG.COM| KUPANG-- Banyaknya masyarakat yang terpapar Demam Berdarah Dengue ( DBD) yang terjadi di hampir setiap wilayah NTT dipengaruhi oleh paradigma berpikir masyarakat yang keliru. Untuk itu, diperlukan pembalikan paradigma " Takuju" menjadi " paradigma Hidup sehat"

" Pemikiran masyarakat tentang paradigma itu apa dulu? Bagaimana kita berperilaku, bergaya hidup sehat yang diawali dari pengetahuan tentang apa itu hidup sehat, kemauan untuk hidup sehat dan mampu untuk hidup sehat. Sebagai misal, merokok. Meskipun seorang perokok tahu bahaya dari merokok, belum tentu dia mau untuk berhenti merokok. Apalagi dia mampu berhenti merokok."

Hal ini dikatakan Kadis Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, M.Kes, Rabu, ( 26/2) di ruang kerjanya.

Masyarakat ujar Retnowati, dalam hal pembersihan sarang nyamuk atau kebersihan lingkungan, dia tahu, jika tidak ada tempat perindukan nyamuk. Mengandaikan tidak adanya jentik-jentik nyamuk sebab kami sudah menginformasikannya lewat sosialisasi, baik itu di media massa maupun kegiatan tatap muka; baik itu forum formil maupun non-formil.

Persoalannya, ungkap Retnowati, kemauan dari seseorang untuk hidup sehat belum nampak.

Menurut Retnowati, orang-orang di sini ( Kota Kupang) belum memiliki paradigma hidup sehat. Sebaliknya paradigma yang digunakan adalah paradigma " Takuju " jika ada kematian baru disadarkan. Jadi yang harus diubah adalah paradigma.

" Ayo kita mengubah paradigma takuju-takuju menjadi paradigma hidup sehat dengan memenuhi unsur persaratan yakni: tahu, mau dan mampu" kata Retnowati.

Jika paradigma ini sudah benar, urai Retnowati, maka DBD sudah pasti hilang.

Dikatakan Retnowati, langkah yang paling baik dalam penaganan DBD karena berbasis lingkungan, maka lingkungan yang harus dijaga dan hal itu harus disadari setiap masyarakat.

Selain itu, ungkap Retnowati, masyarakat perlu menjaga perilaku hidup sehat karena demam berdarah berkaitan dengan musim dan lingkungan. Langkah satu-satunya, ungkap Retnowati, adalah dengan melakukan perbaikan lingkungan yang berpotensi terjadinya wabah.

Dikatakan Retnowati, DBD sekarang ini menjadi extrem karena jangka waktu sakit dan kematiannya sangat pendek, sebab masa incubasinya hanya 7 sampai 10 hari sehingga menjadi trend.

" Apabila kita menyadari kembali, kalau DBD itu penyebabnya sepele dan tindakan yang harus dibuat juga sangat sepele lalu mengapa tidak melakukan itu?." Ucap Retnowati menanyakan.

Jika pilihan hanya sekadar melakukan pengobatan, ujar Retnowati, maka itu merupakan kesalahan paradigmanya dan hal itu yang harus ditekankan kepada masyarakat.

Bagi Retnowati, pendidikan ini untuk diterima di masyarakat tidak semudah membalikan telapak tangan. Oleh sebab itu, dirinya telah meminta bantuan puskesmas, infokom untuk melaukan sosialisasi maupun membentang spanduk-spanduk tentang DBD. Akan tetapi, masyarakat malas tahu. Budaya ini yang harus diubah dan hal ini tidak bisa melibatkan sektor kesehatan saja, melainkan lembaga pendidikan.

Kadis Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati : Di Kelurahan Sikumana Hanya 15% ABJ

36 Uskup Hadir Saat Pentabhisan Uskup Siprianus Hormat, Pr di Gereja Katedral Ruteng

Satu Daerah di NTT Hari Ini Berpotensi Terjadi Hujan Disertai Petir, Waspadalah!

Polisi Limpah Berkas Perkara Tahap Satu Kasus Kakek Cabuli Cucu Tirinya

Selain itu, ujar Retnowati menambahkan, langkah preventif melalui sosialisasi antara lain : mengajak seluruh lurah melalui group perangkat kecamatan PSN group agar setiap hari jumat dan sabtu melakukan bersih-bersih lingkungan dan kemauan masyarakat untuk memanfaatkan abate yang didistribusikan melalui puskesmas maupun kelurahan.(Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Vinsen Huler)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved