Virus Babi Serang NTT, Pelaku Usaha : Jangan Biarkan Berlarut Larut

Ribuan ekor ternak babi di beberapa wilayah NTT mati akibat serangan virus berbahaya yang diduga Virus Demam Babi Afrika

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/RYAN NONG
Owner Rumah Makan Bambu Kuning Gustaf Yance Ndaumanu, Senin (24/2/2020). 

Virus Babi Serang NTT, Pelaku Usaha : Jangan Biarkan Berlarut Larut 

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Ribuan ekor ternak babi di beberapa wilayah NTT mati akibat serangan virus berbahaya yang diduga Virus Demam Babi Afrika (African Swine Fever Virus/ASF) dalam beberapa pekan terakhir. 

Di wilayah Pulau Timor, yakni di Kabupaten Belu bahkan terdata jumlah babi yang mati akibat virus mencapai angka 500-an ekor. Sementara itu Kabupaten TTU mencapai angka lebih dari 100 ekor. 

Meski untuk beberapa kabupaten lain di Pulau Timor belum didata secara pasti, namun informasi penyebaran virus mematikan tersebut mencemaskan masyarakat. Dampak informasi penyebaran virus babi tersebut  bahkan menyebabkan permintaan terhadap daging babi mengalami penurunan yang signifikan, termasuk di Kota Kupang, ibukota Provinsi NTT. 

Gustaf Yance Ndaumanu, pelaku usaha daging babi di Kota Kupang ketika diwawancara wartawan pada Senin (24/2/2020) mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. 

"Biasanya dalam sehari kita potong sepuluh ekor babi untuk permintaan di rumah makan, sekarang kita hanya potong dua ekor. Dan itu pun tidak habis," ujar pemilik rumah makan daging babi Bambu Kuning ini. 

Ia menyebut, meski pihaknya telah memastikan kualitas kesehatan daging babi untuk rumah makan tersebut, namun masyarakat seringkali tidak mengecek hal itu.

Masyarakat cenderung awas dan memilih untuk mengantisipasi keadaan akibat informasi serangan virus mematikan tersebut.

Namun demikian ia tetap memastikan, daging yang disuplai dari Rumah Potong Hewan (RPH) untuk kebutuhan rumah makannya merupakan daging yang sehat karena telah melalui pemeriksaan tim dokter hewan. 

Terhadap kondisi tersebut, ia meminta pemerintah melalui dinas teknis terkait segera melakukan langkah langkah nyata. 

"Peristiwa ini sudah cukup lama terjadi, tapi belum ada langkah yang dilakukan  pemerintah untuk mengatasi hal ini," ujarnya. 

Hal ini dikatakannya, karena imbas dari persoalan serangan virus ini menyebabkan kerugian material baik di kalangan peternak, pelaku usaha hingga masyarakat. Apalagi katanya, Kupang dan NTT sebagai daerah yang terkenal dengan olahan daging babi  se'i sebagai ikon kulinernya.

 "Kalau pemerintah mendiamkan ini, maka ini memang hal yang sangat disayangkan," katanya

Saat ini, jelasnya belum ada koordinasi dari dinas terkait dengan para peternak maupun para pelaku usaha daging babi terkait kejadian serangan virus mematikan itu. Ia menyebut, salah satu contoh, meski di wilayah Oebufu Kota Kupang ada banyak babi masyarakat yang mati namun belum ada koordinasi dari pihak pemerintah atau minimal pihak kelurahan.

"Saya katakan bukan pemerintah tidak peduli, tapi ini kondisi yang berimbas pada banyak pihak, jangan biarkan ini berlarut larut," pintanya.

RSUD Maumere Kewalahan Rawat Pasien DBD, 1 Tempat Tidur Dipakai 2 Pasien, Ada yang Pakai Kursi

Koperasi Profita Bejo Joyo Dukung Program Jokowi, Berdayakan Ekonomi Rakyat NTT

Sidang Perdana Korupsi Kredit Fiktif Bank NTT, Terdakwa Rame-Rame Ajukan Eksepsi

Berani Coba Guys ? 5 Benda Sederhana di Rumah yang Dipercaya Bisa Meningkatkan Gairah Bercinta

Ia berharap, pemerintah lebih tanggap dan turun tangan, bila perlu bekerjasama dengan pihak kampus untuk menindaklanjuti persoalan ini. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong )

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved