Beginilah Potret SDN Fatufuaf Desa Enoraen yang Memprihatinkan, Bikin Trenyuh !

gedung sekolah yang hampir rubuh mengakibatkan sejumlah siswa di SDN Fatufuaf mengaku takut saat mengikuti proses belajar mengajar.

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/GECIO VIANA
Kondisi SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur 

Beginilah Potret SDN Fatufuaf Desa Enoraen yang Memprihatinkan, Bikin Trenyuh !

POS-KUPANG.COM | KUPANG -Beginilah Potret SDN Fatufuaf Desa Enoraen yang Memprihatinkan, Bikin Trenyuh !

Kondisi SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, memprihatinkan.

Sekolah yang berada di pemukiman warga ini memiliki dua gedung yang telah berusia 7 tahun ejak dibangun pada 2013 lalu.

Dua gedung ukuran lebar 6 meter dan panjang 12 meter merupakan swadaya dari masyarakat atas dasar memenuhi hak anak-anak desa untuk mengenyam pendidikan dasar.

Kedua gedung tersebut berdinding bebak (pelepah lontar), beratapkan daun lontar dan berlantai tanah.

Tampak tiang bendera dengan bendera merah putih berkibar dengan gagah di bagian depan sekolah yang memiliki jumlah siswa sebanyak 51 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 itu.

Namun demikian, sekolah itu tampak seperti 'nenek tua' yang sudah renta, atap gedung telah lapuk dan berlubang dimakan waktu.

Lebih memprihatinkan lagi, satu gedung pada bagian kanan tidak digunakan lagi karena tidak layak.

Beruntung beberapa kayu berukuran sedang digunakan untuk menyangga gedung itu, jika tidak, dapat dipastikan gedung itu rata dengan tanah karena telah mencapai kemiringan yang mengkhawatirkan.

"Gedung itu sudah miring sejak akhir 2018 lalu," kata Kepala Sekolah SD Negeri Fatufuaf, Adriana Beti disela peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas yang bersumber dari bantuan BBKSDA NTT.

Diakuinya, kedua gedung itu disekat menjadi 3 ruangan belajar bagi para siswa dan ruang guru.

Masing-masing gedung disekat menggunakan bebak dengan ukuran kelas 3 meter kali 6 meter.

Sejak 2018 lalu gedung tersebut menunjukkan kondisi rusak hingga miring, namun pihaknya tetap menggunakan ruangan tersebut untuk proses belajar.

Hingga Desember 2019 lalu, gedung tersebut benar-benar tidak dapat digunakan dan dapat mengancam keselamatan para siswa, pihaknya pun menutup gedung tdan melarang para siswa mendekati gedung itu.

Pasalnya, pasca hujan lebat disertai angin kencang, sekolah tersebut semakin miring dan mengalami kebocoran di sana-sini.

"Waktu masih miring sedikit, kami masih sekolah, namun saat hujan angin makin miring maka kami putuskan untuk tidak sekolah. Anak-anak saya suruh jangan dekat, takutnya sekolah rubuh menimpa mereka," paparnya.

Sementara itu, akibat keterbatasan gedung, sebanyak 7 siswa yang duduk di bangku kelas 4 pun harus melakukan aktivitas belajar di bawah pohon asam yang terletak di depan sekolah.

"Mau bagaimana lagi, jadi kursi dan meja dibawa keluar dan guru mengajar di bawah pohon," paparnya.

"Gedung kami tidak gunakan karena takut rubuh. Jadi siswa kelas 4 belajar dibawah pohon sambil menanti gedung baru," jelasnya.

Sekolah tersebut memiliki 6 guru dengan pembagian guru ASN sebanyak 2 orang dan guru honorer sebanyak 4 orang yang diupah dari dana BOS sebesar Rp 250 per bulannya

Pihaknya telah berupa untuk mangajukan proposal permohonan ruang kelas baik ke anggota DPR RI asal NTT dan ke Pemprov NTT namun tak kunjung terealisasi.

Atas kekurangan gedung itu, pihaknya pun sangat berterima kasih atas bantuan satu gedung dari BBKSDA NTT.

Gedung baru tersebut diyakini dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para siswa dan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

Pihaknya pun berkomitmen untuk menjaga ruang kelas baru yang tengah dibangun tersebut.

Sejumlah warga sekitar yang juga menyekolahkan anak-anak mereka mengaku merasa khawatir atas keselamatan para siswa yang bersekolah.

"Sebagai orangtua saya rasanya takut karena gedung ini tidak memungkinkan begitu, kami merasa gelisah, suatu saat gedung jatuh tendes anak kami," kata seorang orangtua siswa, Esliana Obehetan (40) saat ditemui usai peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas belajar bagi SDN Fatufuaf.

Diakuinya, dua gedung sekolah tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat sekitar.

Warga sekitar memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah tersebut karena berjarak lebih dekat dengan sekolah yang berada di tetangga.

Selain itu, terdapat kejadian yang mengibatkan dirinya lebih menyekolahkan kedua anaknya di sekolah tersebut.

Dikisahkannya, pada 2010 lalu, siswa SMP kelas 3 yang meninggal karena terseret air di sungai saat hendak ke sekolah

"Sehingga dari kami sebagai orangtua kalau bisa ada sekolah di sini, biar anak kami bisa sekolah," katanya saat ditanya mengapa menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

Pihaknya merasa senang dan bersyukur saat pihak BBKSDA NTT melakukan pembangunan satu ruang belajar baru bagi sekolah.

Dengan adanya sekolah tersebut, ia tidak perlu khawatir, bahkan cemas saat anaknya mengikuti proses belajar mengajar.

"Kalau bisa ada kelanjutan dari bantuan ini, karena masih kurang juga," ungkapnya diamini sejumlah orangtua siswa lainnya.

Sementara itu, gedung sekolah yang hampir rubuh mengakibatkan sejumlah siswa di SDN Fatufuaf mengaku takut saat mengikuti proses belajar mengajar.

Hal ini diungkapkan Albertus Manuel (11), siswa yang duduk di bangku kelas 4 SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Sabtu (22/2/2020).

Ketakutan para siswa semakin menjadi tatkala gedung sekolah yang beratap daun dan berlantai tanah itu semakin miring karena dimakan usia.

Kondisi SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT, Sabtu (22/1/2020).
Kondisi SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT, Sabtu (22/1/2020). (POS KUPANG/GECIO VIANA)

"Kalau hujan, kami takut kalau gedung sekolah jatuh dan menimpa kami," katanya diamini sejumlah rekannya.

Diakuinya, dalam beberapa bulan terakhir ini, siswa kelas 4 saat ini belajar di bawah pohon asam berukuran besar di depan sekolah.

Hal tersebut dilakukan karena satu dari dua gedung sekolah yang berukuran panjang 12 meter dan lebar 6 meter tersebut tidak bisa digunakan.

"Biasanya kami belajar di itu dua gedung, tapi sekarang tidak bisa lagi," paparnya.

Aktivitas sekolah selama ini rutin dilakukan jika tidak ada kendala, jika hujan lebat disertai angin kencang, maka para siswa dipulangkan lebih awal.

Ketidaknyamanan saat belajar juga disampaikan oleh Viktor Peres Obehetan (11) yang ditemui usai ceremonial peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di sekolah tersebut.

Siswa yang duduk di bangku kelas 6 ini mengaku, memasuki musim hujan para siswa sulit menjalani proses belajar karena atap gedung yang bocor.

Jika terjadi demikian, para siswa yang masih berada di kelas, lanjut Viktor, diarahkan oleh guru untuk menghindari air hujan dengan memilih posisi duduk di bagian yang tidak terkena air hujan.

"Jadi kami disuruh guru ke samping ruang kelas yang tidak kena hujan," paparnya.

Tidak hanya itu, para siswa pun harus menghadapi lumpur yang berada di area dalam gedung karena hujan..

"Kalau musim panas itu matahari juga tembus, karena atap sudah berlubang," paparnya.

Ketua Dekranasda NTT Julie Laiskodat Perkenalkan Obyek Wisata NTT ke Para Finalis Putri Indonesia

Anda Sering Merasa Lapar Meski Sudah Makan? 5 Alasan Ini Bisa Menjadi Penyebabnya

Hati Hati, 5 Gejala Penyakit Yang Berujung Fatal Karena Sering Diabaikan

Wajib Simak Guys, 1001 Langkah Meraih Sukses di Masa Depan !

Keadaan tersebut harus dialami para siswa yang memilih bersekolah di SDN Fatufuaf.

Sementara itu, SDN Fatufuaf mendapatkan satu ruang kelas baru yang dibangun oleh BBKSDA NTT.

Menanggapi hal tersebut, Albertus Manuel dan Viktor Peres Obehetan serta sejumlah siswa lainnya mengaku senang.

Dengan adanya gedung tersebut, mereka dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dan lebih nyaman.

"Kalau ruang kelas baru sudah jadi kami senang, karena tidak panas lagi dan takut kalau hujan," paparnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved