Begini Pendapat DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana Terkait Meningkatnya Penderita Gangguan Jiwa

Faktor otentik munculnya masalah kejiwaan yang meningkat di NTT adalah kesiapan dari masyarakat menghadapi globalisasi sekarang ini yang begitu cepat.

Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/VINSEN HULER
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana Sp. KJ, (K)., MARS salah satu narasumber Lunch Symposium yang bertajuk Pencegahan Bunuh Diri dan Gangguan Jiwa dalam rangka merayakan hari ulang tahun RSIA Dedari ke 11. 

Begini Pendapat DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana Terkait Meningkatnya Penderita Gangguan Jiwa

POS KUOANG, COM│KUPANG-- Faktor otentik munculnya masalah kejiwaan yang meningkat di NTT adalah kesiapan dari masyarakat menghadapi globalisasi sekarang ini yang begitu cepat.

Sementara, budaya di sini seperti yang saya lihat adalah budaya rileks, menikmati kehidupan dengan santai. Apalagi ditunjang oleh kondisi alam yang masih dikatakan murni, membuat masyarakat lebih berada pada posisi tidak berpacu dengan kecepatan globalisasi itu sendiri. Ini menjadi salah satu faktor banyak terjadi konflik dan masalah kejiwaan yang meningkat.

Hal ini dikatakan DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana Sp. KJ, (K)., MARS salah satu narasumber Lunch Symposium yang bertajuk Pencegahan Bunuh Diri dan Gangguan Jiwa dalam rangka merayakan hari ulang tahun RSIA Dedari ke 11.

Fakta bahwa Permasalahan atau kasus-kasus jiwa,( contohnya kasus bunuh diri dan lain-lain) yang meningkat di NTT, merupakan salah satu isu yang harus diangkat.

Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat, bahwa ada persoalan penting yang harus disikapi bersama.

Seperti yang dikatakan oleh dr. Cokorda bahwa, orang cenderung melakukan tindakan bunuh diri karena, mereka tidak mendapatkan jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga merasa bahwa dirinya merasa sangat terpuruk atas kondisi yang dihadapinya.

Di tengah kesendirian itulah, ujar dr.Cokorda,  sebenarnya hadir orang-orang terdekat untuk membantu mereka mencari jalan keluar atas permasalahannya.

"Saya berpendapat bahwa, diskomunikasi adalah salah satu faktor terjadinya persoalan kejiwaan. Tidak adanya kemampuan mengomunikasikan persoalan yang dihadapi, sehingga banyak dari mereka memendam permasalahan itu. Sehingga ketika mencapai titik terberat atau yang dinamakan krisis, mereka jatuh pada pilihan untuk mengakhiri hidup,"  tutur dr. Cokorda

Banyak orang memberikan reaksi ketika ada peristiwa. Jarang sekali orang memikirkan atau membuat rencana jangka panjang, untuk mencegah terjadinya aktus bunuh diri.

dr. D.A.P Shinta Widari : Tindakan Bunuh Diri Banyak Dilakukan Oleh Orang-orang Mapan

Niat Tegur Kawan Berhenti Meminum Miras, Pria Asal TTU Ditebas Kaki Kirinya

Polisi Sebut Pelaku Penganiayaan Seorang Pria di TTU Melarikan Diri

Menurutnya, seharusnya mulai dipikirkan investasi jangka panjang lewat jalur pendidikan di keluarga, maupun pendidikan formal.

Para siswa, harus ditanamkan motivasi juang bahwa, hidup ini memang harus diperjuangkan. Bukan sesuatu yang mudah untuk diakhiri, ungkap dr. Cokorda (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Vinsen Huler)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved