Megawati Protes Anies Baswedan Terkait Rencana Balap Formula E di Monas, Kenapa Mesti di Situ?
Megawati Protes Anies Baswedan Terkait Rencana Balap Formula E di Monas, " Kenapa Mesti di Situ?"'
POS KUPANG.COM -- Rencana penyelenggarakan balapan Formula E di kawasan Monumen Nasional atau Monas terus menui politik
Bahkan mantan Presiden Megawati Soekarno Putri pun ikut 'protes' penyelenggaraan balapan mobil balap listrik tersebut
Kawasan monas sebagai kawasan cagar budaya memang sepantasnya hanya untuk kegiatan-kegiatan budaya
Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengkritik soal rencana menggelar event balapan mobil listrik Formula E di kawasan Monumen Nasional ( Monas), Jakarta pada 6 Juni 2020.
Megawati mempertanyakan keputusan Gubernur DKI Jakarta Anie Baswedan yang menggelar balapan mobil listrik tersebut di kawasan Monas.
Bukan tanpa alasan, Megawati menegaskan, Monas merupakan cagar budaya yang dilindungi, maka sudah semestinya pemerintah melindungi kawasan tersebut. "Monas itu di dalam keputusan, peraturan, itu adalah cagar budaya," ujar Megawati di Kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta, Rabu (20/2/2020).
• Kondisi Terkini BCL dan Noah Setelah Pemakaman Ashraf Sincalin Diungkap Reza Rahadian, Janji Unge
Sebelumnya, Tim Ahli Cagar Budaya Nasional menyatakan hal serupa bahwa Monas adalah cagar budaya dan tempat sakral. Mereka pun menolak kawasan Monas menjadi tempat balapan Formula E.
Megawati mengatakan, seharusnya Anies tidak menjadi kawasan Monas sebagai tempat balapan Formula E. Ia pun mempertanyakan, mengapa Anies tak mencari tempat lain selain Monas.

"Kenapa sih, mau bikin Formula E kenapa sih harus di situ? Kenapa sih enggak di tempat lain? Kan begitu. Peraturan itu ya peraturan," kata Mega.
Kenangan Soekarno Ia pun jadi teringat sosok sang ayah, Presiden pertama RI, Soekarno. Megawati masih ingat bagaimana perjuangan Soekarno membangun kawasan Monas.
Saat itu, menurut dia, Soekarno mencari dana sendiri untuk membangun Monas.
"Dulu ketika Bung Karno dilengserkan, Bung Karno itu cari uang sendiri. Beliau bilang, saya masih ingat, karena saya dengar," kata dia.
Adapun Monas merupakan proyek kebanggaan sang proklamator, Soekarno. Pembangunannya dicanangkan pada tahun 1961, sedangkan proses penyelesaiannya dilakukan di tengah situasi peralihan politik menuju Orde Baru.
Diberitakan Harian Kompas, 17 April 2019, pembangunan Monas dianggap jadi cerminan semangat gotong royong warga dari beragam suku, ras, dan agama.

Selain dari anggaran pemerintah, biaya pembangunan Monas diperoleh dari iuran masyarakat Nusantara, salah satunya, sumbangan wajib pengusaha bioskop dari seluruh pelosok Tanah Air. Sepanjang November 1961-Januari 1962, tercatat 15 bioskop menyumbang Rp 49.193.200,01.