AHY Merinding Ingat Petuah Sang Ibu Ani Yudhoyono
Pemimpin Redaksi (Pimpred) Harian Pagi Pos Kupang, Hasyim Ashari berkesempatan mewawancarai politisi Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Penulis: Gecio Viana | Editor: Eflin Rote
Walaupun dalam konteks politik, muda selalu dipersepsikan terlalu muda belum saatnya, terlalu muda belum punya kesempatan, kita tidak akan mengeksplorasi potensi kita dengan baik..
Saya sendiri pun nyaman dengan apa yang saya kenakan, contohnya untuk menampilkan diri sebagai orang dinamis. Dinamis itu, orang mungkin berpersepsi AHY kaku, AHY militer, saya sangat senang dalam situasi yang rileks, santai, informal tapi juga diajak serius, ya nggak juga.
Saya diajak dialog, substansi dan berbicara di depan forum nasional dan internasional kita harus siap. Itulah saya bilang dinamis dan saya bilang kekuatan anak muda, untuk masuk ke rakyat harus siap dan nyaman, berdekatan dengan akar rumput harus nyaman karena itulah rakyat kita yang harus diperjuangkan.
Akan tetapi saat ditarik ke forum yang penuh dengan suasana intelektual, juga bisa memposisikan diri dengan baik.
Hasyim Ashari : berbicara terkait akar Rumput, seorang AHY sangat sering ke daerah untuk menjaring aspirasi, aspirasi apa yang saat ini dititipkan rakyat pada seorang AHY
AHY : Alhamdulillah ini adalah provinsi ke-34, dalam satu setengah bulan ini saya intens untuk melakukan perjalanan dari satu provinsi ke provinsi lain atau dari satu kota/kabupaten ke kota/kabupaten lain, saya enjoy betul, kalau ditanya capek atau tidak?, Pastinya Capek secara fisik, akan tetapi hal itu tergantikan ketika saya bertemu masyarakat mereka menyampaikan aspirasinya, curhat nya, kadang-kadang mereka menyampaikan secara emosional. Karena itu yang mereka hadapi.
Saya dapat petakan ada 3 kategori, pertama ekonomi, daya beli, hal ini saya tangkap di lapisan masyarakat yang dikatakan akar rumput tadi, kaum menengah ke bawah yang terkategori miskin atau kurang mampu, itu sangat kurang daya belinya, penghasilan mereka tetap atau berkurang, sedangkan harga-harga naik, hal ini tidak berimbang
Kedua, adalah lapangan pekerjaan, jadi tidak Hanya anak muda, tapi yang banyak katakan adalah anak muda, mereka katakan telah sekolah sejak SD hingga kuliah, begitu selesai, seolah-olah tidak tersedia lapangan pekerjaan yang layak dan yang formal bagi mereka. Karena tantangan nya adalah perkembangan ekonomi digital yang menuntut mereka untuk bisa survive, sedangkan lapangan pekerjaan yang mereka ketahui telah tergantikan dengan mesin dan aps, sangat bermacam-macam. Jadi mereka sangat berharap kehadiran negara untuk lapangan pekerjaan bagi mereka dan lapangan pekerjaan itu bukan hanya sekedar ekonomi, akan tetapi status. Jika kamu ditanya kamu nganggur maka akan kurang Rasa percaya diri,
Dan ketiga adalah keadilan, keadilan ini tentunya bukan masalah hukum, akan tetapi mereka juga soroti masalah hukum, kok banyak indikasi di sana-sini penegakkan hukum yang tidak adil artinya tebang pilih. Kalau ada dari kelompok tertentu sangat cepat sekali ditangkap dan langsung diekspose, dan ada yang sudah lama sekali entah kemana karena ada hubungannya dengan politik dan kepentingan lainnya.
Saya pikir kita harus merasa, sebab hal tersebut ditunjukkan kepada masyarakat, artinya kredibilitas dari penegakan hukum di negeri kita dipertanyakan.
Kita berharap lah ke depan, memang menjadi seorang yang sangat adil luar biasa sulitnya, orang-orang suci para nabi Rasulullah itu juga menghadapi hal yang sama di jamannya, menjadi pemimpin adil sangat sulit.
Akan tetapi kita berharap, negara kita adalah negara yang panglimanya hukum, bukan politik, walaupun semua serba dipengaruhi oleh politik, akan tetapi kita berharap hadirnya hukum yang adil, tidak tebang pilih, istilahnya tajam ke bawah tumpul ke atas. Nah, ini kita berharap masyarakat merasa diperlakukan secara adil.
Hasyim Ashari : ketika memutuskan untuk berpolitik, diawali dengan kontestasi pilkada di DKI Jakarta, tentu mungkin ada pesan dari ayah atau almarhumah ibu yang hari ini menjadi pegangan seorang AHY sebagai tokoh muda yang memilih politik sebagai jalan hidup di tengah peta politik nasional
AHY : Saya sangat merinding mendengar pertanyaan ini. Terimakasih bertanya tentang ini. Pertanyaan ini membuat saya ingat memori tentang almarhum Ibu saya, tapi terima kasih telah bertanya, karena memang beliau berdua memberikan kekuatan kepada saya yang utama, dalam arti tentang percakapan dengan saya ketika saya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri di TNI dan mengabdikan diri dalam dunia politik itu dari komunikasi dengan beliau berdua selain dengan istri saya, dan tentunya sejak awal beliau berdua selalu bertanya apakah kamu siap? Karena beliau berdua merupakan orangtua yang tidak pernah memaksakan kehendaknya, banyak persepsi dibangun, AHY itu korban politik ayahnya, AHY itu korban ambisi politik ayahnya, sama sekali tidak seperti itu.
Pertama, saya datang sebagai manusia yang sudah mandiri dan dewasa, artinya segala keputusan pasti menjadi tanggung jawab saya sendiri. Bahkan sebelum ini, keputusan menjadi taruna akademi militer merupakan keputusan saya sendiri. Justru saat itu di tahun 1997, beliau berdua yang bertanya, kamu siap tidak menjadi perwira prajurit, karena konsekuensi dan resikonya juga tidak ringan, jangan melihat karena posisi ayah saat itu sudah menjadi jenderal, justru diingatkan beliau berdua juga selalu memperlihatkan ini konsekuensi dan resikonya, kalau peluang dan kebaikannya tidak perlu diberitahu agar mental kita siap dengan politik juga demikian, ada pertanyaan.