Puisi
Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu Ini, Ikutin di Sini Yuk!
Puisi-Puisi Pos Kupang, Melki Deni, Di Beranda Perpusatkaan, Di Terminal, Hujan Berbau agama.
Puisi-Puisi Melki Deni
Di Beranda Perpustakaan
Di beranda perpustakaan ini
masih terasa bau buku-bukumu
di teras kepala ini.
Teori-teori mondar-mandir dan berkawin secara tidak resmi;
selingkuh, dan ada yang kawin kontrak saja.
Saya mendadak insomnia dan sedang menuju skizofrenia melintasi Finlandia.
Menjadi berjaga-jaga selamanya dan terpecah-pecah.
• Cerpen Sonny Kelen: Happy Valentine Day Lenia
// Di Terminal
Gaduh.
Aduh.
Duh.
Uh.
H.
Orang-orang menghilang menuju bayang-bayang
Dan kau sedang menikmati darah orangtuamu di dalam toilet umum.
• Mahasiswa Undana Nadia Riwu Kaho Miss Indonesia NTT, Siap Bersaing di Miss Indonesia 2020
/// Hujan Berbau Agama?
Tidak pada saatnya buku-buku mengemis; berteriak di balik laci ingatan.
Kita sedang bertengkar dengan lupa.
Melari dan pulang kembali melalui jalur sendiri-sendiri di balik tirai mati.
Di tengah hutan setengah botak; tersesat dan bolak-balik di pusaran sarang laba-laba.
Sebelumnya kau mengamini Yuvol Noah Harari; dunia, imajinasi yang direalisasikan.
Sedangkan agama bagimu, ilusi pertama sebelum yang terakhir di dunia, tempat manusia membentangkan seprai tidur nyenyak dan benci kepada yang alergi suapan agama.
• AHY Silaturahmi dengan Warga Kota Kupang
Tidak pada saatnya hujan menenggelamkan luka; menumbuhkan agama dalam batas kotak.
Kita sedang bergulat dengan lidah agama.
Datang dan pergi mesti melintasi trotoar hati berluka di balik jendela senyuman.
Di dalam kolam mata setengah terbuka; berenang dan menelan air hujan yang mengandung plankton agama.
Setelah itu kau percaya Goenawan Mohamad; hari hanya satu narasi. Tuhan menamainya kematian.
Sedangkan hujan bagimu; realitas tersengit sesudah agama di dunia suasana di mana manusia bisa mandi untuk mengotori diri dan atau membersihkan diri.
Tidak pada saatnya hujan mengantar undangan perkawinan agama dan hujan;
keduanya beroperasi di luar agenda yang dijelaskan Tuhan sebelum aku ditendang dari surga.
(Melki Deni, penyair lepas sedang belajar pada STFK Ledalero, Maumere).