Setahun 2 Ribu Orang Meninggal Karena TB

Karena itu, temuan-temuan tersebut akan menjadi rekomendasi tim yang selanjutnya disampaikan ke pemerintah pusat.

Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Setahun 2 Ribu Orang Meninggal Karena TB
POS KUPANG/GERADUS MANYELA
Rapat evaluasi TB dipimpin Asisten I Setda NTT, Jamaludin Ahmad di Aula Lantai 2 Kantor Gubernur NTT, Senin (27/1/2020) Jamaludin Ahmad di Aula Lantai 2 Kantor Gubernur NTT, Senin (27/1/2020)

Setahun 2 Ribu Orang Meninggal Karena TB

POS-KUPANG.COM| KUPANG---Setahun 2 ribu warga Provinsi Nusa Tenggara (NTT) yang meninggal dunia karena dIrenggut Tuberculosis (TB). Mestinya kematian ini bisa dihindari karena TB masih bisa disembuhkan. Namun pengobatan TB di NTT masih rendah padahal penderitanya masih tinggi.

NTT dibawah rata-rata pencapaian eliminasi sehingga perlu dicarikan langkah yang lebih tepat dengan program tepat sasaran.

Hal ini terungkap dalam rapat evaluasi penanganan TB di NTT oleh Tim JointbExternal Monitoring Mission yang beranggotakan para pakar bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur di Aula Lantai 2 Kantor Gubernur NTT, Jalan El Tari, Kupang, Senin (27/1/2020).

Rapat dipimpin Asisten I Setda NTT, Drs. Jamaludin Ahmad dihadiri Kadis Kesehatan Provinsi NTT, Dr. drg. Dominikus Mere, M. Kes bersama Kabid P2P, Ir. Erlina R. Salmun, M. Kes, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wayuningsih, pimpinan OPD, para pejabat dari berbagai instansi, stakeholder dan tim advokasi dan eliminasi Malaria dan TB Provinsi NTT.

Melihat data penderita TB yang tinggi, Asisten I, Jamaludin meminta tim mengevaluasi setiap tahun bukannya 3 tahun sekali, agar masalah yang ditemukan langsung dicarikan jalan keluarnya.

Menanggapi hal itu tim JEMM mengatakan, hal itu bisa dilakukan jima ada permintaan dari pemerintah pusat.
Kadis Kesehatan Provinsi NTT, Dr. drg. Dominikus Mere, M. Kes mengakui perhatian TB di NTT agak kendor.

Namun Domi optimis bisa menurunkan TB seperti hasil kerja tim terhadap eliminasi malaria yang saat ini tinggal 4 kabupaten di Sumba yang masih merah.

Sejumlah pakar yang tergabung dalam Tim Joint External Monitoring Mission (JEMM) berkunjung ke dua kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan kajian tehadap kemajuan dan kendala program Tuberculosis (Tb) di daerah itu.

Kegiatan ini bertujuan melihat kesiapan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota melakukan eliminasi TB demi mencapai target eliminasi nasional pada 2030.

"Kami juga mengunjungi Kota Kupang dan Belu, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas dan pasien. Kami menemukan infrastruktur di puskesmas sudah baik. BPJS juga sudah ada dan cukup baik sehingga pasien tidak harus membayar banyak," kata anggota Tim JEMM, dokter Sreeenivas A Nair dari Global Health Campus, Genewa, Swis, seusai pertemuan.

Anggota tim lainnya berasal dari dokter Partha Pratim Mandal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Global Fund, USAID, dan Kementerian Kesehatan melaporkan hasil kajian lapangan tersebut kepada Asisten 1 Setda NTT, Jamaludin Ahmad dan Kepala Dinas Kesehatan NTT,Dr.drg. Dominikus Mere,M.Kes.

Di lapangan, tim yang terdiri dari sembilan orang, mengkaji kemajuan dan kendala TB meliputi penemuan kasus secara aktif, public private mix (PPM), pelibatan organisasi berbasis masyarakat, program manajemen tuberculosis reisten obat, TB HIV, TB Anak, TB Laten dengan penyakit lainnya.

"Kami melihat ada kelemahan seperti masih kurangnya pelibatan masyarakat. Kita akan beri rekomendasi ke pusat untuk kampanye besar-besaran pemberantasan TB seperti kampanye polio dan malaria," tandasnya.
Tim merekomendasikan kampanye aktif untuk mengakhiri TB dengan dukungan dari stakeholder dan kerja sama lintas sektor.

Meningkatkan pemanfaatan Alat Tes Cepat Molekuler (Gene-Xpert) dan perluasan jejaring penggunaannya dengan fasyankes lain di setiap wilayah kabupaten/kota. Peningkatan Kapasitas Pengawas Menelan Obat dan penguatan biaya transportasi kader dalam penemuan dan pendampingan pasien hingga selesai minum obat.

Meningkatkan pendampingan terhadap pasien untuk dukungan pengobatan .

Meningkatan Pelacakan kontak dan pemberian profilaksis (penggunaan Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid) pada kelompok yang terpapar dengan TB (anak, pasien HIV AIDS).

Monitoring dan Evaluasi secara berjenjang dan teratur terhadap pelaksanaan program TB di layanan dan pemerintahan.

Pelatihan dan pelatihan penyegaran untuk dokter, wasor, laboratorium dan seluruh tenaga kesehatan terkait.
Meningkatkan kegiatan membangkitkan kesadaran di masyarakat, konseling pasien dan layanan dukungan pasien.

Mendorong perencanaan mikro yang lebih baik dari tingkat Puskesmas ke atas untuk semua kegiatan inti dan untuk mendukung program TB.

Tim juga meminta pemerintah daerah dari level tertinggi sampai di desa mendorong warga yang mempunyai gejala TB seperti batuk dan demam segera memeriksakan diri, menganjurkan pemeriksaan TB menggunakan tes diagnostik terbaru yakni Tes Cepat Molekuler (TCM), sudah tersedia di seluruh kabupaten dan kota.

Menurut Tim, masih banyak kebutuhan sumber daya untuk program TB di NTT. Karena itu, temuan-temuan tersebut akan menjadi rekomendasi tim yang selanjutnya disampaikan ke pemerintah pusat.

"Ketika kami membawa ini sebagai rekomendasi nasional, pusat yang akan memberikan arahan kepada daerah," tambahnya.

Bursa Transfer Arema FC MAMANAS: Singo Edan Datangkan 3 Pemain Amerika Latin, Lihat Profil

PNS Polri di Kota Kupang Pergoki Istri Sekamar dengan PIL

Sesuai data yang ada, cakupan pengobatan TB di NTT masih rendah yakni 30%. Namun, capaian sebesar itu menjadi arah bagi pemerintah ke mana seharusnya mengarahkan program eliminasi TB.

"Masih ada kesempatan bisa mencapai eliminasi TB pada 2030, tetapi tidak hanya melakukan pengobatan orang yang sakit, tetapi memberikan pengobatan terhadap orang yang tidak sakit, tetapi terinfeksi TB tetapi belum sakit. Pengobatan ini yang belum dimulai," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Geradus Manyela)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved