Resmi, Irfan Setiaputra Ditunjuk Erick Tohir Jadi Dirut Garuda: "Saya Sempat Deg-degan"

Irfan Setiaputra mengaku sempat deg-degan saat mengikuti proses penjaringan untuk menjadi direktur utama PT Garuda Indonesia Tbk.

Editor: Agustinus Sape
Instagram/Irfansetiaputra
Dirut Garuda yang baru, Irfan Setiaputra 

Kemudian, Irfan Setiaputra menjabat sebagai Direktur Utama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT Inti) pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Ia mengundurkan diri tiga tahun setelah menjabat sebagai Dirut PT Inti dengan alasan gaji.

Selanjutnya, Irfan Setiaputra menjadi CEO di sebuah perusahaan pertambangan, PT Titan Mining Indonesia dari tahun 2012 hingga 2014.

Kemudian, pada Juli 2014 hingga Mei 2017, ia menjadi CEO di PT Cipta Kridatama, sebuah perusahaan yang bergerak di sektor batu bara. 

Tak hanya itu, Irfan Setiaputra juga tercatat menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) ABM Investama Tbk PT (ABMM) selama satu tahun, yaitu dari tahun 2015 hinga 2016.

Ia pernah menjadi President Director dan CEO PT Reswara Minergi Hartama.

Sementara, kariernya dalam satu tahun terakhir adalah sebagai CEO Sigfox Indonesia, yaitu sebuah perusahaan Internet of Things (IoT).

Jangan Cuma Jago di Dalam Negeri

Pengamat penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI, Alvin Lie mengatakan, Garuda Indonesia harus mampu meningkatkan penghasilan dari rute internasional di bawah kepemimpinan yang baru.

"Garuda ini jangan hanya jago di negeri sendiri. Perkuat rute internasionalnya," kata Alvin Lie di Jakarta, Rabu (22/1/2020).

Salah satu cara memperkuatnya adalah dengan bekerjasama dengan maskapai dunia yang tergabung dalam Sky Team.

"Dengan demikian, walaupun yang mengangkut airline (maskapai) lain, Garuda tetap dapat penghasilan," ucap Alvin.

Namun kata Alvin Lie, memperkuat rute internasional bukan berarti membuka semua rute penerbangan. Misalnya, alih-alih membuka penerbangan ke London, lebih baik membuka penerbangan ke Amsterdam dan Frankfurt yang lebih ramai.

Selain itu, Garuda juga perlu merancang rute-rute penerbangan sesuai kepentingan penumpang. Misalnya, penumpang dengan tujuan bisnis akan lebih banyak mengarah ke Jakarta sedangkan tujuan rekreasi akan lebih mengarah ke Bali dan tempat lain.

"Ini yang menjadi pekerjaan rumah direksi yang baru, merancang kembali rute-rutenya, dan jenis pesawat yang dipakai agar lebih efisien dan menghasilkan profit (keuntungan)," saran Alvin.

Nantinya, Garuda mampu melihat peluang pasar yang lebih profitable. Entah mempertahankan diri sebagai maskapai kelas premium, atau justru menurunkan harga tiket sehingga lebih terjangkau.

"Ya, harga tiket juga, kan Garuda price-nya untuk International itu premium. Kemudian bisa dilihat apakah pasar (premium) itu lebih menarik, atau pasar yang harganya sedikit dibawah dengan pelayanan yang sedikit dibawah (yang lebih menarik)," jelas Alvin.

Sumber: Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved