Ketua FPK NTT Kecewa Pembangunan Monumen Pancasila Terhenti
Dengan berhentinya pembangunan Monumen Pancasila ini, saya pribadi maupun sebagai ketua sangat kecewa
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - "Dengan berhentinya pembangunan Monumen Pancasila ini, saya pribadi maupun sebagai ketua sangat kecewa. Tapi kekecewaan itu terobati saat saya konfirmasi kepada pemerintah dan menyatakan pembangunan hanya dihentikan sementara,".
Hal ini disampaikan Ketua Forum Pembauran Kebangsaan ( FPK) NTT, Pius Rengka, yang ditemui, Selasa (21/1/2020).
Menurut Pius, hadirnya pembangunan itu atas gagasan FPK, sehingga jika pemberhentian itu akibat adanya masalah hukum, maka harus disampaikan kepada publik agar jelas, sebab sejak awal proses pembangunannya sangat transparan.
• 900-an Pelanggan Indihome Penuhi Loket Pembayaran
"Sebagai pribadi dan Ketua FPK NTT ,saya kecewa soal pemberhentian pembangunan itu. Tapi, untuk menyembuhkan kekecewaan itu, saya tanya ke Kadis PUPR NTT, Maksi Nenabu. Saya tanya bagaimana ini, beliau katakan benar dihentikan sementara tapi akan dilanjutkan," kata Pius.
Dia menjelaskan, saat itu dirinya santai saja, sebab jika pemberhentian itu akibat adanya persoalan hukum, maka tentu harus disampaikan kepada publik.
• Peningkatan Kasus DBD di Lembata Mencemaskan
Lebih, lanjut dikatakan, asalkan gagasan dari FPK NTT telah selesai dan dirinya melihat secara positif pemberhentian itu, karena kemungkinan saat ini Pemprov NTT masih fokus soal pembangunan infrastruktur terutama jalan.
"Tapi menurut saya mungkin pak gubernur masih fokus pada pembangunan infrastruktur jalan. Beliau sudah janji untuk menyelesaikan jalan provinsi di NTT selama tiga tahun. Karena itu beliau membangun tim birokrasi yang kuat dan dibantu dengan tim sayap yang kuat, yakni orang-orang profesional dan swasta yang reputasinya kita tahu," katanya.
Pius mengharapkan, pembangunan monumen iti harus dilanjutkan,karena ada konteks sejarahnya bukan karena mimpi semalam.
Terkait gagasan membangun monumen ini, Ketua Komisi Informasi Provinsi NTT ini mengatakan, ada beberapa yang menjadi dasar munculnya gagasan pembangunan monumen itu, bahwa FPK melihat ada konteks soal politik nasional, terutama di kawasan Indonesia Barat, ketika saat itu tuntutan menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi lain sangat kuat, sehingga FPK melihat ini sesuatu yang buruk dan perlu diatasi.
"FPK memilih metode untuk melakukan dua hal, yakni konsep membuat seminar dan seminar ini menghadirkan semua FPK di Indonesia, meski ada sebagian tidak hadir. Saat itu saya pidato soal makna pentingnya ideologi Pancasila dalam rangka merekatkan persatuan bangsa," katanya.
Pius mengatakan, karena gagasan Pancasila awalnya direnungkan atau dtemukan oleh Soekarno di Kota Ende di bawah sebuah pohon Sukun.
Saat itu, Soekarno berdiskusi dengan para pastor yang adalah Pastor asal Belanda dan berbicara soal kehidupan bersama dalam keragaman.
"FPK kemudian memilih untuk membangun wujud, ada yang bilang patung, ada yang bilang monumen, sehingga kita di NTT bangun monumen Pancasila," ujarnya.
Dikatakan, wujud pembangunan monumen ini menunjukkan bahwa NTT tidak setuju dengan adanya ide untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
"NTT ini tempat yang nyaman sehingga kita sampaikan kepada semua, bahwa kita di NTT tempat nyaman dan damai dan kita berelasi berbasis kultural dan persaudaraan tanpa membedakan suku ras dan agama,karena itu dibuatlah monumen ini," kata Pius.