James Adam Prediksikan Pertumbuhan Ekonomi NTT 2020 Biasa Saja, Ini Alasannya

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi NTT berada pada angka 3,6 persen, sedangkan pada 2017, 3,8 persen. Diprediksikan tahun 2019 b

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Ferry Ndoen
PK/IRA
Doktor James Adam 

Laporan Wartawan Pos Kupang.com. Yeni Rahmawaty

POS KUPANG.COM--  -- Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi NTT berada pada angka 3,6 persen, sedangkan pada 2017, 3,8 persen. Diprediksikan tahun 2019 berada di kisaran sekira 3,3 persen.

Sedangkan prediksi BI tahun 2019 pertumbuhan ekonomi NTT ada pada kisaran 3,1 sampai 3,5 persen. Bila prediksi itu tepat maka tidak begitu jauh dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya.

Demikian disampaikan Pengamat Ekonomi, Dr James Adam, MBA, kepada wartawan belum lama ini.
Kata James masalahnya ada pada terlalu tingginya import dan kecilnya ekspor.

Misalnya NTt masih mengimpor beras. Kemudian tingkat inflasi terkendali cukup bagus, bila melihat angka pembanding sebelumnya. Walaupun pertumbuhan positif hanya dua digit setiap tahun, bukan berarti masyarakat NTT sudah sejahtera itu bukan menjadi ukuran. Karena bila bertumbuh positif maka dampaknya pada kesejahteraan masyarakat.

Bila melihat by angka masyarakat NTT belum sejahtera karena angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi ini bagus dan mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat maka bisa diukur dari terpengaruhnya dua indikator yaitu kemiskinan dan pengangguran.

"Fakta mengatakan bahwa dua indikator tersebut belum terpengaruh dengan pertumbuhan ekonomi NTT," ujarnya.

Dikatakannya data yang cukup ekstrem bahwa kucuran kredit perbankan banj umum dan daerah besar tetapi persentase kredit lebih besar pada kategori konsumtif. Artinya banyak orang meminjam uang tapi tidak ada dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat maupun pertumbuhan ekonomi. Seharusnya bank meminjamkan uang pada aktifitas produktif.

Karena pemberian pinjaman yang cukup besar dan dampakmya tidak positif akhirnya terjadi kredit macet. "Meskipun NPL kita dibawah 5 persen tapi belum tentu bank itu sehat bila diteliti bisa jadi kredit macet lebih besar," tuturnya.

Lanjutnya, oertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2015 sampai 2018 terjadi peningkatan tetapi hanya satu poin, tidak pernah berada pada 3 angka.

Saat ini pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5,1 sampai 5,5 persen. Persentase itu masih bsia tercapai antara 5,4 karena catatan kita ekonomi Indonesia tidak bisa mencapai 5,5 persen. Karena masih tergantung pada impor, anggaran masih defisit dan inflasi juga semakin tinggi.

"NTT kemugkinan besar di 2020 keadaan ekonomi masih biasa-biasa saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Walaupun secara fakta terjadi banyak perubahan. Pembangunan fisik dimana-mana, orang masuk keluar NTT, hotel dan restoran banyak tumbuh. Tetapi dampak dari pertumbuhan itu belum memberikan kotribusi positif untuk pemerintah daerah," tuturnya.

Ia mengambil contoh banyak pembangunan bendungan, jalan, jembatan dan lainnya tapi mayoritas pekerja orang dari luar NTT, sehingga uang berputar sebentar lalu dibawa keluar. Selain itu pekerja NTT pun tidak terpakai mungkin dipakai tapi persentasenya kecil, seperti menjadi buruh kasar.

Pertumbuhan ekonomi NTT pada tahun 2020 diprediksikan dengan berbagai angka. Namun untuk mencapai 6 persen itu terlalu tinggi dan sulit. Apalagi tingkat pendapatan per kapita warga NTT masih kecil, hingga orangg banyak bekerja tapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsif sehari-hari karena gajinya kecil.

Menurutnya pertumbuhan ekonomi NTT bisa semakin membaik apabila pemerintah konsisten dengan program daerah. Misalnya sektor pariwisata sebagai unggulan. Tapi melihat data di APBD kontribusi pariwisata untuk daerah hanyaa sebagian kecil, sedangkan pertanian dan perkebunan lebih tinggi. Bila mau lebih tinggi harus digencot agar semua yang dikonsepkan bisa berjalan. Kalau tidak maka masih teta0 dalam tiga sektor seperti perikanan, perkebunan dan pertanian.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved