Uskup Maumere, Mgr.Edwaldus, Soroti Perdagangan Manusia di Kotbah Natal
dalam kotbah misa natal di Replika Situs Betlehem,8 Km arah selatan Kota Maumere, Pulau Flores
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
Uskup Maumere, Mgr.Edwaldus, SorotiPerdagangan Manusia di Kotbah Natal
POS-KUPANG.COM|MAUMERE--Uskup Maumere, Mgr.Edwaldus Martinus Sedu, menyoroti masalah migran dan perantau dalam kotbah misa natal di Replika Situs Betlehem,8 Km arah selatan Kota Maumere, Pulau Flores, Rabu (25/12/2019).
Ia mengatakan, Natal tahun ini merefleksikan tentang solidaritas Allah terhadap manusia. Terutama masalah migran dan perantau, keluarga yang tidak tertata dengan baik dan perdagangan manusia yang mengerikan dewasa ini.
Mgr. Edwaldus, menegaskan kejahatan perdagangan manusia telah menjadi industri besar tangf dilindungi oleh kerjasama yang menguntungkan, tidak peduli dengan jerit tangis para korban. Perantau tidak selalu aman, selalu ada hati yang jahat dan serakah yang mengerikan bagi pahlawan devisa dan kemudian menelantarkan mereka karena ketiadaan status dan kewarganegaraan.
“Rantai kekuasaan dan kekayaan yang kejam dan keji menjadi refleksi amat tajam pada Natal tahun ini,” kata Mgr.Edwaldus.
Yesaya, yang hidup dalam migran perantau meramalkan nubuat kehidupan orang Israel dan kehidupan dunia, kejahatan dan kelaliman akan selalu dikalahkan oleh kerahiman kekuatan Yesus yang lahir dari seorang Perawan.
Dalam konteks pembuangan orang-orang Israel ke negeri asing, mereka harus bertarung hidup dan mempertahankan identitas iman. Ada tiga hal penting yang diwartawakan Yesaya dalam nubuat.
Pertama, kekuatan dunia sering kali congkak dan manusia yang bermain dalam kekuasaan itu sering kali haus darah. Yang abadi hanyalah kepentingan. Persaudaraan dan kekeluargaan hanya jadi basa basih sejenak yang sewaktu-waktu bisa dikorbankan demi takta kekuasaan. Pada titik inilah Yesus hadir sebagai terang dalam kegelapan nurani dan hawa napsu pada tahta kekuasaan.
Kedua, raja yang abadi tidak hidup dalam ikatan kekuatan dan prestasi dunia yang kerap kali membanggakan menterengnya istana hingga kehidupan serba mewah para penguasa. Inilah natal menurut Yesaya, pembalikan yang tepat pada pola kesenangan dunia. Tuhan lahir dalam kesederhanaan dan kesahajaaan dengan dampak keselamatan menakjubkan.
Ketiga, waktu besar keselamatan harus lahir dalam hati nurani manusia pesiarah yang tidak satu kali jadi, melainkan tumbuh dalam hati nurani yang penuh cinta, tobat dan pengampunan.
• Open House di Rujab Gubernur NTT, Rina Elik : Terima Kasih Pemprov NTT
• Kenalkan Kisah Kelahiran Yesus Kristus Kepada Anak Lewat Drama Natal
“Iman tidak lagi sekadar status sosial, lebih dari itu iman menjadi dasar pikiran dan perbuatan orang Kristinia. Simbol agama tidak lagi menjadi pertunjukan dan dipertontonkan semata, melainkan harus menjadi tanda memperjuangkan iman yang hidup, berbelas kasih dan iman yang menyelamatkan,” tegas Mgr. Edwaldus. (Laporan wartawan POS-KUPANG.COM/Euginius Mo’a).
