Bupati Kupang Minta Warganya Jangan Tunggu Ada Tamu Potong Ayam
Pejabat Bupati Kupang Korinus Masneno minta warganya jangan tunggu ada tamu potong ayam
Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
Pejabat Bupati Kupang Korinus Masneno minta warganya jangan tunggu ada tamu potong ayam
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Bupati Kupang, Korinus Masneno meminta agar warga mengkonsumsi makanan sehat, salah satunya daging ayam untuk memperbaiki gizi mereka.
Hal itu dikatakan, Korinus kepada POS-KUPANG.COM di Hotel Neo Aston Kota Kupang, menanggapi hasil riset yang dilakukan oleh Bengkel Appek terkait pola konsumsi remaja di 20 Desa di Kabupaten Kupang, Kamis (12/12/2019).
• Reaksi Keluarga Korban di Nagekeo Mengetahui Pria 59 Tahun Cabuli Bocah
Korinus menjelaskan umumnya masyarakat mengkonsumsi daging ayam atau menyajikan menu lengkap hanya ketika ada tamu istimewa atau ketika perayaan-perayaan tertentu.
Menurutnya, kebiasaan ini harus diubah. "Ini faktor sosial budaya yang sudah lama dan memang sulit diubah tapi kita akan terus mendorong masyarakat, kita libatkan semua pihak untuk sosoliasi dan beri edukasi kepada masyarakat," ungkapnya.
Korinus katakan, sebagian besar masyarakat belum sampai pada kesadaran pentingnya asupan gizi bagi anak-anak. Untuk itu sosialisasi dan edukasi perlu gencar dilakukan.
• Polsek Kewapante Akui Laporan Pencurian Gading Besar di Sikka
Terkait penanganan masalah stunting, kata Korinus pihaknya sudah memanggil semua Kepala Desa untuk mulai melakukan pendataan sampai ke tingkat RT. "Supaya kita mendapatkan data yang jelas lalu kita tangani lintas sektor dari PKK, Kesehatan dan dari Dana Desa bagaimana itu dianggarkan untuk pencegahan stunting," katanya.
Korinus mengakui angka stunting di Kabupaten Kupang masih tinggi untuk itu butuh kerja sama lintas sektor dan masyarakat harus menerapkan pola hidup sehat dalam keseharian mereka.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh tim Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung atau Bengkel APPek Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dinyatakan status gizi remaja di Kabupaten Kupang kurang.
Riset tersebut memilih 300 remaja putra dan putri dari 33 desa di enam Kecamatan di Kabupaten Kupang dan 6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 6 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Metode riset yang dilakukan yakni kuantitatif, kualitatif yakni wawancara mendalam dan analisis konten dokumen kebijakan.
Riset ini dipaparkan oleh tim riset dari Bengkel Appek yang dikemas dalam 'Desiminasi Hasil Riset Pola Konsumsi Remaja dan Penghargaan bagi Desa Peduli Stunting di Kabupaten Kupang' yang berlangsung di Hotel Neo Aston Kota Kupang, Kamis (12/12/2019).
Apa yang dilakukan oleh Bengkel Appek ini sebagai bagian dari upaya advokasi preventif berbagai masalah kesehatan terutama stunting di masa yang akan datang.
Hasil riset menunjukkan Indeks Masa Tubuh (IMT) kurus pada 33% putra dan 23% putri. Sementara tinggi badan (pendek) putra 25%, putri 19%.
Dari aspek prilaku kesehatan, Lingkar Lengan Atas (Lila) 69% rematri beresiko KEK, 65% jarang mengukur tinggi badan dan 67% jarang mengukur berat, sarapan 71% konsumsi air putih/hari 2 liter ari 41 tidak pernah.
Selanjutnya dari aspek konsumsi menu lengkap (empat sehat lima sempurna) hanya 21% mengkonsumsi menu lengkap, 84% menyatakan menu lengkap tidak tersedia, 64% tiga kali makan sehari (makan telur), 28, 7% jarang makan pagi.
Kebiasaan merokok dan miras, merokok 16,7 % karena faktor kebiasaan, 82% tidak pernah konsumsi miras. Kebiasaan mengkonsumsi mie instan (<4 kali) 19,7%, seminggu beberapa kali (<3 kali) 62%, cenderung setiap hari 12,3 persen.
"Masalah yang terjadi kita sudah masuk dalam zona status kesehatan gizi kurang, baik jangka panjang maupun jangka pendek," ungkap Indriati Tedjuhini dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana sebagai salah satu anggota tim riset.
Dia katakan status gizi jangka pendek bisa dilihat dari kondisi berat badan. "Jika kurus maka ada kurang gizi, bisa jadi dalam beberapa bulan dia mengalami sakit, tidak nafsu makan dan daya tahan tubuhnya menurun," ungkapnya.
Sementara jangka panjang, lanjutnya milsanya stunting. Dia katakan stunting merupakan masalah kesehatan di masa lampau, bisa dipicu oleh pola makan, pola asuh atau pun riwayat kesehatan. Dia tegaskan, dari data ada bisa diprediksi status kesehatan gizi di tahun-tahun berikutnya.
"Misalnya remaja saat ini kita ukur dari lingkar lengan tidak sesuai standar, berarti dia kekurangan energi secara kronis nah nanti kalau dia sudah berkeluarga dan melahirkan akan memberikan efek jangka panjang. Dari dalam kandungan janinnya sudah bermasalah, bahkan bisa berisko keguguran dan kecamatan," ungkapnya.
Dia katakan, selama ini intervensi kesehatan lebih cenderung dilakukan ibu hamil, bayi dan balita, sementara remaja tidak disentuh, padahal akar masalah di Hulu, kata dia, pada remaja.
"Kalau remaja baik laki-laki maupun perempuan diperbaiki gizinya maka mereka akan melahirkan generasi-generasi yang sehat dan unggul," ungkapnya.
Lanjutnya, dengan memberi perbaikan gizi pada remaja maka mata rantai gizi buruk, stunting bisa diputuskan.
"Tapi kalau kita hanya intervensi ibu hamil, bayi dan balita maka siklus gizi buruk, stunting, akan tetap berjalan. ," ungkapnya.
Dia jelaskan, pilihan terbaik untuk memutus siklus gizi buruk, stunting ada pada remaja, karena remaja secara mandiri sudah mampu menyerap informasi dan didukung dengan edukasi, sosialisasi yang berkelanjutan. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)