Mengenal Grup Musik HLF: Sembilan Tahun Sebarkan Virus Hip-Hop di Lembata

tidak pernah memasang target tinggi tapi menurutnya yang paling penting adalah mereka tetap berkarya sebagai musisi.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/RICARDUS WAWO
Grup Musik Hip-Hop Lembata Foundation (HLF) saat tampil dalam rangka HUT kesembilan di Taman Swaolsa Titen, Senin (9/12/2019) 

Mengenal Grup Musik HLF: Sembilan Tahun Sebarkan Virus Hip-Hop di Lembata

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Siapa yang tak kenal lagu 'Ukur Gutun' yang dipopulerkan oleh Grup Musik Hip-Hop Lembata Foundation (HLF)? Lagu dengan ciri etnik ini sudah sering diputar di tempat-tempat pesta di NTT dan di luar NTT.

Lagu yang diciptakan untuk menyindir orang-orang yang selalu sirik dan suka nyinyir itu merupakan salah satu lagu paling hits yang diciptakan grup musik hip-hop asli Lembata ini.

"Ukur gutun itu artinya sifat buruk dari bahasa Atadei Lembata. Lagu ini lahir dari hujatan-hujatan yang acapkali dialamatkan terhadap kami," ungkap Manajer HLF Fransiskus Handrian Jedo, di Taman Swaolsa Titen, Senin (9/12/2019) malam.

HLF berdiri secara resmi pada 11 Desember 2010 di Kota Jogja. Nama HLF sendiri terinspirasi dari nama grup Hip-Hop kondang asal Kota Gudeg, Jogja Hip-Hop Foundation.

Kini, para personilnya sudah malang melintang di dunia musik NTT. Keseriusan mereka sekaligus menunjukkan eksistensi HLF menyebarkan virus hip-hop di Lembata.

Lebih lanjut, Jedo mengatakan acara milad kesembilan grupnya itu dilangsungkan selama tiga hari, yakni dari tanggal 9-11 Desember 2019 bertempat di Taman Swaolsa Titen. Mereka mengundang para rapper dan musisi dari Larantuka, kelompok Hip-Hop Crew Father Said dari Kota Maumere dan kelompok akustik OI dari Adonara.

Ingin Terus Berkarya

Salah satu fundato, Irsan Young Dead, menceritakan HLF awalnya terbentuk dari kesamaan hobi anak-anak muda Lembata yang berkuliah di Pulau Jawa. Mereka pun memilih bertemu di Jogja dan membentuk sebuah grup musik hip-hop. Selain Irsan, ada juga Amran, Boby dan sejumlah pecinta musik hip-hop Lembata lainnya.

Dua lagu pertama mereka berjudul Rindu Lembata dan This Is HLF.
Kembali ke Lembata, pihaknya berusaha menyesuaikan aliran musik mereka dengan selera masyarakat.

"Awalnya kami aliran genre Old School, kami ubah supaya sesuai dengan selera masyarakat. Di sini kami cari supaya orang bisa terima jadi cari lagu joget," kata Irsan.

Irsan yang sudah aktif sebagai guru berstatus ASN itu mengatakan sampai saat ini total sudah 100 lebih lagu yang mereka hasilkan. Mereka juga sering tampil live di Lembata, Adonara dan Larantuka.

"Di Lembata orang tahu dan hanya dengar sepintas, untuk lebih ke dalam orang belum tahu. Jadi tantangannya, kita banyak yang kena maki, mereka bilang nyanyi teriak-teriak apa ini," ungkapnya tersenyum.

Di usainya yang kesembilan, Irsan tidak pernah memasang target tinggi tapi menurutnya yang paling penting adalah mereka tetap berkarya sebagai musisi.

"Kenyataannya memang begitu; musik masih belum bisa jadi sandaran hidup di NTT. Tapi kami juga dapat uang dari buat lagu dan buat video. Juga dari Youtube meski tidak besar penghasilannya. Ya jadi harapannya kami bisa sampai di kancah musik Indonesia," tegas

Guru SMPN 2 Omesuri Lembata itu.

Dalam sesi diskusi, Pater Stef Tupeng Witin, menuturkan, sudah saatnya anak muda meninggalkan adagium lama yang menyebutkan kalau mau maju dan berkembang harus tinggalkan NTT, merantau ke Jawa dan bisa berkembang di sana.

"Kenapa? karena di sana ada ruang yang menyediakan kesempatan berkreativitas, kalau di tanah rantau kita punya kemampuan ekstra untuk berjuang. Pertanyaannnya, apakau kalau kita tinggal di Lembata kita tidak bisa berkembang, kita punya potensi punya bakat, kalau apresiasi kurang itu ruang bagi kita untuk mengembangkan diri dan berkreativitas," tegasnya.

Menurut dia, berkarya dalam keterbatasan sebetulnya bisa menghadirkan sesuatu yang asli dan murni dan lahir dari para seniman yang sebetulnya tumbuh dan berkembang di tanah Lewotana.

Akhirnya Arab Saudi Cabut Aturan Memisahkan Pria dan Wanita di Restoran

Tes Kepribadian - Tentukan Pilihanmu, Warna Favorit Bisa Ungkap Karaktermu

"Kita bisa menyediakan ruang-ruang publik di mana kreativitas bisa kita asah dan kembangkan. Dalam gerakan masyarakat sipil kita harus bersinergi. Jangan dikalahkan oleh situasi. Karya seni akan bernilai," kata Pater Stef.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved