Rektor Unwira Kupang Buka Seminar Nasional Vista 1 Prodi Arsitektur
Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ( Unwira Kupang), P. Dr. Philipus Tule, SVD membuka seminar nasional Vista 1 Prodi Arsitektur
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ( Unwira Kupang), P. Dr. Philipus Tule, SVD membuka seminar nasional Vista 1 Prodi Arsitektur, Senin (9/12/2019).
Seminar bertajuk 'Eksistensi Arsitektur Vernakular' ini dilaksanakan di Aula Kampus II Unwira Jln San Juan Penfui, Kota Kupang.
Hadir sebagai pemateri dan juga pembicara kunci yakni peneliti sekaligus guru besar UGM, Prof. T. Yoyok W. Subroto, M.Eng., Ph.D., IPU.
• Ini Nama-Nama Lulusan Undana Kupang yang Diwisuda Pada Periode Desember 2019
Hadir pula sebagai pemateri, praktisi arsitektur vernakular, Gegorius Yori Antar Awal dan peneliti dari Prodi Arsitektur Unwira, Ir. Pilipus Jeraman, MT dan Rektor Unwira Kupang, P. Dr. Philipus Tule, SVD,
Sebelum membuka kegiatan, Rektor Unwira Kupang, P. Dr. Philipus Tule, SVD menyampaikan secara kelembagaan, pihaknya menyambut baik seminar nasional yang mengangkat tema 'Eksistensi Arsitektur Vernakular' itu.
Menurutnya, yang diharapkan masyarakat yakni output pendidikan yang dapat melakukan transformasi, inovasi bagi masyarakat, juga bagi ilmu pengetahuan yang ditekuni.
• 897 Luluskan Undana Kupang Diwisuda, Simak Isi Pidato Rektor Fredrik L Benu
"Oleh karena itu, kegiatan yang diselenggarakan oleh Prodi Arsitektur Unwira menyandang nama suatu visi vernakular arsitektur yang inovatif, sustainable dan transformatif," katanya.
Dijelaskannya, dalam seminar tersebut juga akan dicari bentuk, merancang apa yang akan dilakukan secara kolektif.
Pihaknya juga mendukung kegiatan tersebut karena ia secara pribadi memiliki minat ilmu yang sama.
Sebagai pastor, lanjut Rektor Unwira, ia menekuni bidang ilmu filsafat teologi antropologi agama tapi thesis dalam studinya bergulat dengan topik strukturalisme Levi-Straus dengan teorinya house Based Society.
"Bagaimana kekuatan, ideologi dan persepsi sebuah rumah yang dilihat tidak hanya sebagai rumah. Akan tetapi dilihat secara aspek simbolik, tata ruang dan orientasi. Yang kemudian dari perspektif antropologi agama, antropologi sosial sangat kaya, karena yang diteliti oleh para antropolog itu lebih banyak antropolog fisik, seperti bangunan fisik tapi belum menyentuh aspek simbolik yang terkandung di dalamnya yakni kosmologi dan geografi," jelasnya.
Menurutnya, semua hal itu menjadi motivasi mengapa manusia membangun rumah dengan model dan struktur yang dapat dilihat diberbagai tempat di nusantara.
"Dengan semangat dan ide-ide ini saya sangat menyambut baik dan mendukung seminar ini. Sehingga memberikan manfaat luar biasa untuk pembangunan lokal masyarakat Indonesia dan visi keilmuan arsitektur," katanya.
Dikesempatan yang sama, Ketua Prodi Arsitektur Unwira, Benediktus Boli, ST., MT mengatakan, Seminar Nasional Vista 1 merupakan rangkaian rencana kegiatan dari Prodi Arsitektur Unwira untuk melakukan kegiatan ilmiah 10 tahun ke depan.
Sebelumnya, pihak Prodi Arsitektur telah melakukan kegiatan bersama Universitas Atma Jaya dan ia juga berterima kasih atas semua pihak yang memberikan dukungan termasuk para pemateri yang hadir.
"Terkait dengan tema kali ini yakni Eksistensi Arsitektur Vernakular ini, kami berharap ada banyak hal yang kami dapatkan terutama seputar pemahaman terkait arsitektur vernakular yang debatable di mana-mana," tegasnya.
Dijelaskannya, dalam visi dan misi Prodi Arsitektur Unwira Kupang juga termuat terkait capaian arsitektur vernakular.
Sehingga pihaknya berharap mendapatkan masukan banyak hal untuk penyempurnaan visi dan misi program studi.
Kepada mahasiswa, diharapkan melalui seminar nasional itu dapat memberikan banyak sumber pemahaman kepada mahasiswa dan membuka wawasan terkait arsitektur vernakular.
Selanjutnya bagi para dosen, kata Benediktus, seminar nasional itu diharapkan menjadi stimulus agar meneliti dan menulis terkait arsitektur vernakular, terutama arsitektur vernakular NTT untuk dikembangkan dalam desain bangunan terkini yang ada di NTT dengan tektonika vernakularnya.
Sementara itu, peneliti sekaligus guru besar UGM, Prof. T. Yoyok W. Subroto, M.Eng., Ph.D., IPU diakhir kegiatan mengatakan, eksistensi arsitektur vernakular di NTT dapat bertahan jika ada kerja kolaborasi antara 4 komponen.
Empat komponen itu, kata Yoyok, di antaranya, Akademisi, pengusaha (swasta) komunitas masyarakat dan pemerintahan..
"Terkait dengan eksistensi vernakular masih bisa bertahan akan tetapi harus didukung oleh 4 kelompok tadi," jelasnya.
Diakuinya, para akademisi atau para peneliti harus membantu dan para pengusaha atau bisnisman juga harus membantu dengan memberikan dana baik melalui CSR atau bantuan lainnya untuk mendukung.
Selain itu, komunitas masyarakat pun harus ada keinginan untuk memperhatikan kampungnya dalam hal ini produk arsitektur asli di daerahnya dan pemerintah pun hadir dalam memberikan dukungan secara optimal.
"Jadi akademisi harus ikut memikirkan dan mengarahkan dan yang mendanai bisa dari swasta dan pemerintah juga ikut mendorong. Supaya arahnya benar, karena salah satunya hilang maka susah," katanya.
"Harus ada kerja kolaborasi yang namanya Public Private Partnership, kemitraan antara wilayah publik dan swasta. Publik itu ada formal yakni pemerintah dan yang informal itu comunity," jelasnya.
Diakuinya, arsitektur vernakular di NTT sangat beragam sehingga untuk mempertahankan memerlukan 4 hal tersebut
Selain itu, pihaknya juga berharap para dosen di NTT semakin banyak melakukan penelitian.
"Kewajiban sebagai akademisi yakni tri darma pendidikan. Saya lihat dosen di NTT kurang meneliti. Itu harus didorong untuk melakukan penelitian. Mengabdi dan mengajar harus berbasis riset. Sedangkan riset itu jarang," katanya.
Untuk mendorong para dosen melakukan penelitian, lanjut Yoyok, minset dosen harus diubah untuk melakukan penelitian.
"Mindset para dosen jangan banyak proyek, banyak-banyaklah meneliti. Dosen itu mengajar berbasis peneliti. Akan lemah jika tidak ada penelitian," katanya.
Untuk menunjang penelitian para dosen, dijelaskannya, saat ini banyak sumber pendanaan untuk riset dari Kementerian Ristek Dikti. "Tapi harus kompetisi," ujarnya.
Diskusi dalam seminar tersebut berlangsung menarik karena para peserta terlihat antusias. Hadir pula dalam kegiatan tersebut Dekan Fakultas Teknik Unwira Kupang, Patrisius Batarius, ST., MT dan puluhan mahasiswa. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)