Lihat Kerukunan Umat Agama, Datanglah di Kelurahan Kota Uneng-Maumere

Keberagaman itu mengantarkan Kelurahan Kota Uneng di Kecamatan Alok, menjadi Kelurahan Sadar Kerukunan.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/EUGINIUS MOA
Ketua FKUB Sikka, Romo Telesforus Jenti,O.Carm, menandatangani prasasti Kelurahan Sadar Kerukunan, Senin (18/11/2019) di PJC Kota Maumere, Pulau Flores. 

Lihat Kerukunan Umat Agama, Datanglah di Kelurahan Kota  Uneng-Maumere

POS-KUPANG.COM|MAUMERE-- Kerukunan  hidup antarumat beragama dengan hadirnya  semua rumah ibadah dari empat agama  di  Kabupaten  Sikka, datanglah  di   Kelurahan  Kota Uneng, Kota Maumere, Pulau  Flores.

Keberagaman  itu   mengantarkan   Kelurahan   Kota Uneng  di Kecamatan  Alok, menjadi  Kelurahan Sadar Kerukunan.

Sikap toleransi, kekeluargaan dan gotong royong  antarwarga di kelurahan telah turun-temurun.  Hal itu  tampak dari berbagai kebersamaan dalam   kegiatan sosial  kemasyarakatan di  kelurahan itu.

Para  tokoh  umat   tergabung di FKUB  Sikka menyampaikan orasi bergantian  dalam  peresmian kelurahan  sadar  kerukunan, Senin  (18/11/2019)  di Pusat Jajanan dan Cinderamata  (PJC) Maumere.  Seremoni  ini disaksikan  berbagai  elemen  masyarakat, Kakan Kemenag Sikka, Antonius Nggaa Rua, dan Ketua  Tim PKK Sikka,  Cahyani Idong.

Ketua Forum Gereja Kristen Kabupaten Sikka,  Pendeta Dhyana Babys Funu,   mengibaratkan  keberagaman di   Indonesia seperti enam snar  gitar.  Bukan  kebetulan sebuah gitar mempunyai enam senar, demikian juga hidup beragama di Indonesia.

“Satu gitar adalah Bangsa Indonesia. Sedangkan enam senar melambangkan agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kongfuchu,” kata Pendeta Dhyana.

Untuk  menghasilkan harmoni yang indah, kata  Pendeta   Dhyana,  keenam senar itu harus terpasang erat. Tidak boleh kendor, semua senar harus kuat terkait pada gitar. Selanjutnya semua senar harus ada dalam kerja sama dan saling melengkapi.

Tidak boleh ada senar yang merasa diri lebih baik dari senar yang lain karena semua saling membutuhkan. Bunyi tiap senar memang berbeda, tetapi saat dibunyikan menghasilkan nada-nada yang indah untuk didengar.

Pendeta Dhyana juga mengutip Budayawan Romo.  Franz Magnis Suseno,  mengatakan kerukunan antarumat beragama dimungkinkan apabila masing-masing mengembangkan semangat toleransi dan keterbukaan, kesediaan untuk bekerjasama.

Orang beriman yang sungguh beriman, kata Pendeta Dhyana, pada hakekatnya berjiwa toleran dengan semua orang tanpa pandang bulu.

Tokoh  Agama Islam Sikka, Abdul Rasyid Wahab mengatakan, perekat kerukunan di Sikka sudah ada sejak abad ke-17 melalui pendekatan agama dan budaya.

“Kehidupan yang universal ini saling membutuhkan. Tidak ada satupun orang yang hidup sendirian. Apalagi perekat empat  pilar kebangsaan yang sakti untuk tegak berdirinya NKRI,” ungkap Rasyid.

Ida Bagus Wiryawan, perwakilan Agama Hindu menggarisbawahi hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, hubungan horisontal antar sesama dan lingkungan hidup.

Ketua FKUB Sikka,  Romo Telesforus Jenti,O.Carm, mengatakan  toleransi  berarti menghormati  keberagaman, keyakinan  dalam praktek  hidup keagamaan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved