Nees

Runtuhan di Dusun Bao Ponu Belum Ditangani Pemkab Sikka, Warga Khawatir Diterjang Longsor

Semenjak runtuhan tanah di Kali Mati membatasi wilayah Nita Retawolo, Desa Nita dengan Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, tak ada upaya penanganan.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/EGINIUS MO’A
Kali Mati longsoran di Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, Kecamatan Nita, 10 Km arah barat Kota Maumere, Pulau Flores,Selasa (12/11/2019). 

 Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Egy Moa

POS KUPANG, COM , MAUMERE -G emuruh runtuhan tanah sekuat guncangan gempa bumi pada bulan Maret 2011 masih membekas dalam ingatan warga Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, Kecamatan Nita-Sikka.

Kini ketika memasuki musim hujan, kekhawatiran terjadi runtuhan tanah kembali menghantui warga.

Semenjak runtuhan tanah di Kali Mati membatasi wilayah Nita Retawolo, Desa Nita dengan Dusun Bao Ponu, Desa Nitakloang, tak ada upaya penanganan.

Runtuhan tanah telah membentuk jurang curam sedalam kurang lebih 40-an meter dan lebar belasan meter.

Runtuhan tanah ini tak hanya mengancam rumah-rumah warga, tetapi juga potensial memutuskan jalan raya Nita menuju Desa Nitakloang, Desa Ladogahar dan Desa Riit.

"Kalau hujan sudah semakin lebat dan lama, kami pindah ke rumah tetangga. Tidak nyaman kalau tetap di dalam rumah. Kami takut tiba-tiba longsor," kata Hermin Anarince, warga Dusun Bao Ponu, Selasa (12/11/2019).

Ibu empat orang anak ini terkenang kembali longsoran tanah tahun 2011. Ketika itu hujan sangat lebat dan lama, seketika terdengar gemuruh runtuhan tanah yang sangat keras seperti gempa bumi.

Hermin bersama suami dan anak-anak mengungsi ke rumah tetangga yang jaraknya relatif jauh dari kali mati. "Setiap menjelang musim hujan, kami selalu waspada. Kalau hujan makin lebat dan lama, kami harus keluar ke rumah tetangga," ujar Hermin.

Warga Desa Nitakloang, Sebastianus Kesik, mengatakan, longsoran di Dusun Bao Ponu mengancam permukiman warga di Dusun Bao Ponu dan sebagian warga Nita Retawolo serta jalan utama dari Nita ke Desa Nitakloang, Ladogahar sampai Desa Riit.

"Setiap tahun runtuh terus. Rumah-rumah warga yang berdekatan dengan longsoran suatu waktu akan lenyap. Ancaman berikutnya jalan raya dari Nita sampai ke Desa Riit," kata Sebastianus.

Longsor berlangsung setiap tahun membentuk lubang besar dan dalam sepanjangan 400-an meter hingga di Waimetit. Menurut Sebastianus, kerusakan berlangsung setiap tahun mendatangkan kekhawatiran bagi warga.

"Runtuhan tempo hari (2011), kami kira gempa. Terasa sampai 200-an meter lebih. Mungkin karena lubang dalam puluhan meter sehingga ketika tanah runtuh getaran sangat kuat," ujar Sebastianus. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved