Kepala Desa Babokerong Lembata Menangis, Masyarakat Tolak Perusahaan Mutiara

Si Kepala Desa Babokerong Lembata Menangis, masyarakat Tolak Perusahaan Mutiara

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG.COM/RICKO WAWO
Sosialisasi Perusahaan Mutiara PT Cendana Indopearls terkait budidaya mutiara bersama masyarakat Desa Babokerong Kecamatan Nagawutung Kabupaten Lembata diwarnai aksi protes dan kericuhan pada Rabu (13/11/2019) 

Si Kepala Desa Babokerong Lembata Menangis, masyarakat Tolak Perusahaan Mutiara

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Sosialisasi Perusahaan Mutiara PT Cendana Indopearls terkait budidaya mutiara bersama masyarakat Desa Babokerong Kecamatan Nagawutung Kabupaten Lembata diwarnai aksi protes dan kericuhan pada Rabu (13/11/2019).

Suasana penolakan sudah tampak di lokasi pertemuan yang berada di tepi pantai karena warga memasang poster bertuliskan penolakan warga.

Realisasi Pekerjaan Fisik Proyek di Ende Masih Dibawah 50 Persen

Mayoritas masyarakat menolak kehadiran perusahaan asing itu beroperasi di wilayah laut mereka.

Masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan itu menilai kehadiran perusahaan mutiara ini dapat mengganggu aktivitas mereka sebagai nelayan, petani rumput laut dan mengurangi akses mereka ke laut.

Selain itu, masyarakat juga tidak mau bekerja bersama perusahaan karena penghasilan mereka sebagai nelayan sudah jauh lebih tinggi dari apa yang ditawarkan perusahaan.

Stefanus Bria Seran Daftar di Lima Parpol, Ini Parpol dan Jumlah Kursi di DPRD Malaka

Aksi protes yang berujung kericuhan terjadi pada saat sesi diskusi. Kepala Desa Babokerong, Muhammad Sogen sampai menangis di depan masyarakat saat terjadi kericuhan.

Dia merasa tersinggung dengan pernyataan tokoh muda Adnan Watan saat memberikan penjelasan alasan penolakan masyarakat.

Adnan membeberkan sejumlah alasan dari masyarakat yang tidak menghendaki adanya budidaya mutiara termasuk kesulitan nelayan mengakses laut.

Seorang warga menginterupsi pembicaraan Adnan karena dia dinilai berbicara terlalu lama dan berorasi menyinggung pihak-pihak tertentu.

"Kalau mau tolak (perusahaan mutiara), tolak saja, asalkan jangan orasi seperti itu," protes warga tersebut.

Masyarakat yang duduk di belakangnya pun langsung berdiri dan dengan marah melontarkan protes. Ada warga yang melihat kepala desa menitihkan air mata pun langsung menghardik Adnan.

Kedua pihak terlibat saling adu mulut. Situasi kembali kondusif dan terkontrol setelah aparat Polri dan TNI menenangkan masyarakat dan melerai pihak yang bertikai.

Pertemuan pun dilanjutkan dengan melakukan voting suara siapa saja yang mendukung kehadiran perusahaan mutiara dan siapa yang tidak mendukung.

Hasilnya, hanya ada 2 warga yang mendukung kehadiran PT Cendana Indopearls, sisanya warga yang hadir tegas menolak kehadiran perusahaan mutiara di wilayah ulayat mereka.

Sebelumnya dalam sosialisasi, Humas PT Cendana Haris Foeh sudah menjelaskan kalau budidaya mutiara juga bagian dari konservasi laut. Mereka juga tidak akan mengganggu aktivitas nelayan dan tetap akan menjadikan warga bagian dari pekerja perusahaan.

Perusahaan juga akan memberi kontribusi untuk desa Rp25 juta, bantuan sosial, beasiswa anak sekolah dan kontribusi bulanan bagi desa.

"Pada prinspinya rumput laut dan mutiara tidak terganggu sama sekali. Kita tidak akan merusak," ungkapnya.

Namun setelah adanya kericuhan tersebut, perusahaan berencana menghentikan aktivitas di Desa Babokerong dan melanjutkan sosialisasi di Desa Baobolak. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved