Breaking News

Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Sabtu 9 November 2019 'Membangun Desa, Ini Dasar Teologisnya''

Renungan Harian Kristen Sabtu 9 November 2019 'Membangun Desa, Ini Dasar Teologisnya''

Editor: maria anitoda
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Renungan Harian Kristen Sabtu 9 November 2019 'Membangun Desa, Ini Dasar Teologisnya'' 

Menarik bahwa dalam teks Lukas 4:16-30 ada penekanan bahwa melalui tuntunan Roh Kudus Yesus memulai pelayananNya dari kampung kecil Nazaret di wilayah Galilea dan bukan dari kota besar di Yerusalem.

 “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”. (Lukas 4:16).

Penekanan pada kampung atau desa dan bukan kota atau perkotaan merupakan sikap kerendahan hati Kristus. Bahkan hal ini sudah tergambar sejak kelahirannya, dimana ia dilahirkan dari tempat yang paling udik di Israel dan bahkan dalam sebuah kandang (Lukas 2:4-7). Puncak dari perendahan diri Kristus adalah kematiannya di salib (Lukas 23:33-49; bandingkan Filipi 2:6-8).

Kerendahan hati Kristus oleh penulis Lukas hanya mungkin terjadi karena ia dalam kontrol Roh Tuhan, dan ini sudah ditegaskan sebelumnya dalam Lukas 4:14 “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea.

Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu”.  

Memberi diri untuk selalu di kontrol oleh Roh kudus harus menjadi tekat setiap anak-anak Tuhan. Karena hanya itu yang mampu membuat kita menepis godaan-godaan dunia yang makin hari makin canggih berbagai-bagai bentuk kejahatan.

Ungkapan “dalam kuasa Roh Kudus” diterjemahkan dari ungkapan aslinya evn th/| duna,mei tou/ pneu,matoj  oleh beberapa terjemahan terlihat ada berbagai variasi yang menarik. Versi Einheitsuebersetzung (1980) Jerman: erfüllt von der Kraft des Geistes (dipenuhi dengan kuasa Roh), English Standard Version (2001): full of the Holy Spirit (penuh dengan Roh Kudus, atau dalam versi Amplified Bible (2015) full of [and in perfect communication with) the Holy Spirit (penuh dengan [dan dalam komunikasi yang sempurna dengan] Roh Kudus), E.J. Tinsley: armed with the power of the Spirit (dipersenjatai dengan kuasa Roh) (lihat E.J. Tinsley, The Gospel According to Luke, Cambrige At The University Press, 1965, halm., 51).

Ungkapan ini dalam berbagai variasinya mau menunjukkan bahwa kuasa Yesus adalah berasal dari Allah Bapa pencipta, yang diperolehnya dari sikap kerendahan hatinya untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Lukas 3:21-22 “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Sebetulnya Yohanes Pembaptis menolak untuk membaptis Yesus karena merasa itu tak pantas, karena pembaptisan adalah penyucian dari dosa-dosa, sementara Yohanes tahu bahwa Ia adalah anak Allah yang maha tinggi. Tetapi Yesus mengatakan biarlah hal itu terjadi karena itu adalah kehendak Allah sendiri (Bandingkan Matius 3:13-15). 13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" 15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.

Rasul Paulus melihat peristiwa kerendahan hati dan ketaatan Kristus ini dalam suatu perbandingan antara Adam sebagai manusia pertama  dan Kristus sebagai Adam kedua, yakni pada ketidaktaatan Adam dan ketaatan Kristus kepada Kehendak Allah.

Melalui ketidaktaatan Adam semua orang berada dalam penghukuman Allah, namun melalui ketaatan Yesus semua orang dibenarkan dan diberi kesempatan hidup dalam anugerah Allah (Roma 5:12-19).

Sikap penekanan pada kampung dan bukan kota besar juga diajarkan Yesus setelah kebangkitanNya kepada para muridNya. Galilea, bukan Yerusalem, kampung bukan kota besar (bandingkan Matius 28:7-10; Markus 16:7).  Titik tolak dari awal pelayanan para murid hendaknya dimulai dari kampung Galilea dan bukan kota besar Yerusalem. 

Yerusalem sebagai tempat para nabi dibunuh Yerusalem juga sebagai tempat pengadilan Yesus yang berujung kepada hukuman mati dalam bentuk penyalibannya.

Orientasi desa, dan bukan kota: oleh karena pedesaan masih menawarkan kesejukan, kepolosan dan kenyamanan, sebaliknya kota besar menawarkan segala kerumitan dan polusi agama, budaya dan sosial.

Memang di desa banyak keterbatasan dikota banyak fasilitas termasuk fasilitas untuk buat jahat, tetapi Yesus menyuruh para murid memulai awal yang baru dari desa.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved