Berita Pendidikan

Lawan Radikalisme Masuk Kampus, Ini Yang Dilakukan FKIP Unwira Kupang

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Unwira Kupang menggelar seminar nasional tentang lawan radikalisme masuk kampus.

Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Dokumentasi FKIP Unwira
FKIP Unwira Kupang Gelar Seminar Kebangsaan 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Unwira Kupang menggelar seminar nasional di aula lantai tiga kampus Teknik Informatika Penfui, Sabtu (2/11/2019).

Seminar tersebut mengusung tema 'Peran Mahasiswa Generasi Muda Milenial Dalam Melawan Radikalisme dan Terorisme Demi Menjaga Keutuhan Bangsa".

Seminar tersebut diikuti mahasiswa dari tujuh program studi di FKIP Unwira, Rektor Unwira, Pater Philipus Tule, SVD, Dekan FKIP, Dr. Damianus Talok, MA, Kapolda NTT dan sejumlah dosen.

Warga Indonesia Asal Manggarai NTT Jadi Pilot Pesawat Tempur AU Amerika Ini Nasib Warga Negaranya

Seminar yang dimulai pukul 09.00 WITA hingga pukul 12.00 WITA tersebut menghadirkan dua pembicara utama, yakni Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD, dan Kapolda NTT, Irjenpol Drs. Hamidin.

Dalam pemaparan materi yang diberikan oleh Kapolda NTT, Irjenpol Drs. Hamidin, menyampaikan perkembangan para teroris di Indonesia serta Undang-undang yang berlaku untuk tindakan para teroris.

Hamidin, mengatakan, para teroris menggunakan teknologi dalam merekrut anggota.

"Kepada para mahasiswa mohon lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, jika ada berita atau informasi mengenai paham radikalisme dan terorisme saringlah terlebih dahulu infonya baru dishering kepada sesama. Kita harus pandai mensharing informasi," katanya.

Poltekes Kemenkes Kupang dan BNN Bersinergi, Ini Yang Dilakukan untuk Cegah dan Berantas Narkoba

Pater Philipus Tule, SVD, menekankan dua hal sebagai wacana baru, yaitu memahami agama secara benar, mengahayati agama dengan baik, dan memahami agama dengan konteks kebudayaan.

Pater Philipus meminta kepada semua mahasiswa yang hadir dalam seminar tersebut agar menggunakan medsos untuk memberi konten pada kebaikan.

"Kebudayaan lokal perlu diketahui, hanya memahami budaya luar saja tidak cukup harus berbasis lokal istilahnya glokalisasi atau penggabungan antara yang global dan lokal," katanya.

Pater Philipus, menambahkan, alat untuk menghadapi radikalisme adalah dengan dua senjata, pertama mengerti agama. Radikalisme terjadi karena salah mengerti agama, salah menghayati agama. Kedua, dengan instrumen kebudayaan.

Renungan Harian Katolik Selasa 5 November 2019 Berbahagia dalam Perjamuan

Penghayatan agama atas dasar kebudayaan adalah agama yang terbuka.

Ketua panitia, Vinsensius Polli, mengatakan tema dalam seminar tersebut merupakan refleksi kritis Senat FKIP terhadap realitas sosial yang sering terjadi di Indonesia.

"Tema ini hadir sebagai jawaban atas realitas yang terjadi di negeri kita. Saat ini intoleransi dan radikalisme berembus deras menerpa kekokohan nilai-nilai toleransi dan solidaritas antar umat beriman yang sudah tertanam kokoh. Lantas, siapakah yang mesti bersuara mengenai nilai-nilai toleransi dan solidaritas di negeri ini," katanya.

Vinsensius mengatakan sebagai generasi penerus mahasiswa mempunyai peran besar demi terciptanya bangsa yang berbhineka.

Dia berharap sebagai generasi penerus dapat belajar dan memformat diri sebagai generasi yang cerdas dan berintegritas. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved