Mencari Siput di Pulau Awololong, Mendengar Sejarahnya Sambil Menunggu Sunset

siput di Pulau Awololong lebih manis dan punya cita rasa khas dan berbeda dari siput di tempat lainnya.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/RICARDUS Wawo
Warga Kota Lewoleba Kabupaten Lembata sedang mencari siput di Pulau Siput Awololong, Sabtu (26/10/2019) 

Mencari Siput di Pulau Awololong, Mendengar Sejarahnya Sambil Menunggu Sunset

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA-Bagi orang Lembata, Pulau Awulolong adalah surga bagi para penikmat siput laut. Oleh sebab itu, pulau ini juga lebih akrab disapa Pulau Siput.

Pada hamparan pulau berpasir putih ini, setiap hari, warga Kota Lewoleba khususnya, sering mengumpulkan siput (molusca) untuk dinikmati di rumah bersama keluarga.

Selain siput, biota laut lainnya juga bisa ditemukan di sana seperti teripang, bintang laut dan beraneka jenis binatang laut lainnya termasuk burung laut.

Biasanya, orang akan pergi ke pulau seluas satu hektare lebih itu pada siang hari dan baru kembali ke daratan Lewoleba saat senja.

Mereka biasa menyewa perahu bermotor milik para nelayan di pesisir seharga Rp 10 ribu untuk sekali pergi dan pulang. Kira-kira hanya 10 menit, kita sudah bisa sampai di pulau kecil ini.

Pulau Siput baru muncul ke permukaan pada siang hari saja dan akan tertutup permukaan laut kala hari sudah gelap. Itulah sebabnya sangat mustahil ada pemukiman di sana.

Namun menurut cerita, pulau berpasir ini sebenarnya punya sejarah panjang. Beberapa abad yang lalu, pernah ada pemukiman kampung di sana. Sebuah bencana besar kemudian menghanyutkan perkampungan itu dan melenyapkan sebagian besar pulau.

Beberapa suku yang ini bermukim di Pulau Lembata disebut berasal dari Pulau Awololong dan mengungsi akibat bencana itu.

Marlin Pukan, seorang warga Lewoleba, mengisahkan neneknya pernah bercerita kalau suku mereka memang berasal dari Pulau Awololong.

Saat bencana itu, nenek buyutnya terdampar di Desa Riangdua dan kemudian menyebar ke beberapa kampung di Pulau Lembata.

"Nenek saya yang cerita itu sudah meninggal," ungkap Marlin yang dijumpai Pos Kupang di Pulau Awololong sedang mencari siput, Sabtu (26/10/2019).

Menurut Marlin, kalau dia bisa memperkirakan, kejadian yang menimpa nenek moyangnya itu berlangsung sekitar lima generasi sebelum dia. Jika satu generasi dihitung berusia 50 tahun saja, maka bencana alam yang menyisakan pulau berpasir itu terjadi 500 tahun lalu atau lima abad silam.

Perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil itu mengakui kalau ada banyak suku di Pulau Lembata yang nenek moyang mereka berasal dari Pulau Awololong. Namun sayang, banyak orangtua penutur kisah sejarah itu sudah meninggal dunia.

Sampai saat ini Marlin masih tetap giat mencari siput di pulau itu. Kebiasaan mengais siput itu sudah dia lakoni sejak remaja.

"Awalnya saya dulu ikut mama kecil (bibi) datang ke sini cari siput."

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved