Tenggo dan Dewi Usulkan Lomba Dansa Perlu Ditingkatkan. Ini Pertimbangannya

Pasangan dansa asal Kupang, Marthen Karelau dan Mishel Dewianty Adoe (Tenggo & Dewi) meraih juara satu lomba dansa yang digelar di Atambua, Kabupaten

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG.COM/TENI JENAHAS
TENGO & DEWI--Peserta lomba dansa yang mendapat juara satu. LOMBA DANSA---Lomba dansa dalam rangka menyemarakan Festival Fulan Fehan 3 tahun 2019 di pelataran Plaza Pelayanan Publik Atambua, Jumat malam (25/10/2019). 

Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Teni Jenahas

POS KUPANG.COM| ATAMBUA----Pasangan dansa asal Kupang, Marthen Karelau dan Mishel Dewianty Adoe (Tenggo & Dewi) meraih juara satu lomba dansa yang digelar di Atambua, Kabupaten Belu, Jumat malam (25/10/2019).

Kepada Pos Kupang.Com, Tenggo dan Dewi mengusulkan lomba dansa perlu ditingkatkan dan digaungkan di Kabupaten Belu bahkan NTT. Kemudian, lomba dansa juga mesti terbuka bagi semua level usia seperti pemula dan lansia.

Keduanya mengusulkan lomba dansa perlu dilakukan karena dansa sudah menjadi bagian dari olahraga yang sudah mendunia.

Menurut Tenggo, dansa jangan hanya dilihat sebagai budaya barat tetapi dansa itu bagian dari olahraga. Olahraga gerak seperti dansa memberikan manfaat bagi kesehatan seseorang.

Pemain Sayap Macan Kemayoran Persija Jakarta Akui Lebih Semangat Hadapi Persib Bandung, Info

Dapat Fasilitas Mobil Dinas Rp 800 Juta, Simak Gaji dan Tunjangan Wakil Menteri Jokowi

Olahraga lewat dansa sama halnya dengan olahraga jalan santai. Semuanya berkaitan dengan gerak. Bedanya, jalan santai bisa dilakukan sendiri tetapi dansa mesti berpasangan.

Kata Tenggo, lomba dansa merupakan bagian dari olahraga gerak yang memiliki unsur seni. Saat ini, olahraga seni gerak sudah menjadi trend seperti goyang zumba, rock and roll, cha-cha dan lainn sebagainya.

"Even demikian perlu ditingkatkan dan terbuka terbuka bagi semua level seperti lansia dan pemula. Bisa tingkatkan lagi lomba dansa yo dansa, walls, cha-cha, jai, rock and roll dan dansa dua satu yang semakin mendunia. Mengingat dansa sudah masuk dalam olahraga", kata Tenggo diamini Dewi.

Menurut Tenggo dan Dewi, menyelenggarakan lomba dansa tidak berarti mengabaikan budaya asli daerah seperti tebe dan likurai. Budaya asli harus dijaga dan dilestarikan lewat pementasan di setiap event di daerah seperti event Festival Fulan Fehan.

Even besar seperti Festival Fulan Fehan perlu disemarakan dengan berbagai acara hiburan, pentas seni, olahraga dan literasi. Lomba dansa termasuk bagian dari olaraga yang lebih mengarah pada sisi seni gerak.

Tenggo dan Dewi menambahkan, banyak orang memiliki talenta dalam seni gerak seperti dansa. Jika dansa dilombakan pasti banyak yang berminat. Ia mencotohkan dirinya dengan Dewi. Mereka datang jauh-jauh dari Kupang untuk mengikuti lomba dansa di Atambua Kabupaten Belu.

Untuk diketahui, Pemerintah Kabupaten Belu bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT serta disponsori beberapa intansi swasta menyelenggarakan lomba dansa.

Lomba dansa ini merupakan rangkaian kegiatan untuk menyemarakan Festival Fulan Fehan 3 tahun 2019 yang puncaknya tanggal 28 Oktober 2019.

Lomba dansa yang digelar di pelataran Kantor Plaza Pelayanan Publik-Timor Atambua ini diikuti tujuh pasang. Sebagian besar peserta berasal dari Atambua Kabupaten Belu. Peserta mengikuti lomba dansa selama 30 menit tanpa jedah.

Dari hasil penilaian juri, pasangan dansa Tenggo dan Dewi meraih juara satu dengan perolehan nilai mencapai 381. Pasangan bernomor punggung 4 ini berasal dari Kupang. Juara dua Annitha M.A Corrua dan Asril Nahak, Juara tiga Jeki M. Da Costa dan Selviana Indah P Betten.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved