Terharu Kisah Kakek Tobias di Koting Sikka, 20 Tahun Buta, Tinggal di Gubuk Tua Beralas Karpet Lusuh
Bikin Terharu kisah kakek Tobias di Koting Sikka, 20 tahun buta, tinggal di gubuk tua beralas karpet lusuh
Bikin Terharu kisah kakek Tobias di Koting Sikka, 20 tahun buta, tinggal di gubuk tua beralas karpet lusuh
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Bikin Terharu kisah kakek Tobias di Koting Sikka, 20 tahun buta, tinggal di gubuk tua beralas karpet lusuh.
Kakek Tobias Muut (70), warga Desa Koting D, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, sudah 20 tahun mengalami kebutaan. Kakek Tobias mengalami kebutaan karena terkena serangga saat bekerja di kebunnya.
Sejak mengalami kebutaan, kakek Tobias hanya bisa terbaring lemas di dalam sebuah gubuk tua. Di gubuk tua itu, ia tidur tanpa kasur dan bantal.
• Pratikno Ungkap Alasan Jokowi Tak Jadi Rekrut Menteri Muda di Bawah 30 Tahun
Di siang hari, suhu di pondok tua ini sangat panas. Kakek Tobias terpaksa membuka baju agar tidak gerah.
Untuk buang air besar dan kecil serta mandi, ia harus jalan merangkak menuju kamar mandi. Tak jarang, ia juga buang air di tenda tidurnya.
"Sudah 20 tahun saya ini buta, Pak. Awalnya kena serangga, lama-lama saya jadinya tidak bisa melihat sampai sekarang. Mau obat ke dokter, uang dari mana. Kami ini orang miskin. Tidak punya apa-apa," tutur kakek Tobias kepada Kompas.com, Kamis (24/10/2019).
• Gempa Bumi 3,8 SR Guncang Tenggara Ende, Flores NTT
Ia mengungkapkan, setelah mengalami kebutaan, ia tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa. Setiap hari, ia hanya bisa baring di tenda tidur sambil menunggu makan dari sang istri.
Kakek Tobias mengaku, dulunya ia bekerja menanam kacang tanah, memetik kakao, dan kelapa untuk memperoleh uang.
Namun, sejak matanya buta, uang susah sekali diperoleh. "Saya hanya kasihan dengan istri. Dia terpaksa kerja keras untuk kasih saya makan. Sebenarnya saya ingin sekali melihat lagi. Itu saja mimpi saya dari dulu," kata kakek Tobias.
Sementara itu, istri kakek Tobias, Odilia Oliva menuturkan, keluarganya tidak mendapat bantuan sosial dari pemerintah.
Mulai dari bantuan sosial program keluarga harapan (PKH), beras sejahtera hingga program bedah rumah.
"Sepuluh tahun lalu pernah ada bantuan jumlahnya Rp 500.000. Hanya sekali itu saja. Sampai sekarang sudah tidak dapat lagi," tutur Oliva.
Ia mengatakan, suaminya selalu berharap ingin kembali melihat seperti sediakala. Namun, apa daya, kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk berobat ke dokter. Niat besar untuk berobat ke dokter terkendala di biaya.
"Tolong suami saya, Pak. Dia pingin sekali melihat lagi," kata Oliva.