Tak Dapat Beras dan Uang Bantuan Pemerintah, Begini Ungkapan Hati Pemulung TPA Alak Kota Kupang
Tak Dapat Beras dan uang Bantuan Pemerintah, begini ungkapan hati pemulung TPA Alak Kota Kupang
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Tak Dapat Beras dan uang Bantuan Pemerintah, begini ungkapan hati pemulung TPA Alak Kota Kupang
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Sejumlah pemulung yang sehari-hari mengais sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak Kota Kupang mengaku tak mendapat bantuan beras bantuan pemerintah (Raskin/Rastra).
Bahkan ada pemulung tidak pernah mendapat bantuan beras dan uang tunai kompensasi kenaikan harga BBM dari pemerintah sejak tahun 2002.
• Bertambah Korban Keracunan Makanan di Desa Oebelo, Begini Cerita Mereka
Padahal mereka tergolong keluarga kurang mampu bahkan dikategorikan sebagai keluarga miskin.
Senin (14/10/2019) POS-KUPANG.COM, menyusuri lokasi TPA Alak. Puluhan pemulung tampak berjibaku dengan sampah-sampah yang menggunung. Sapi dan kambing pun lalu lalang memakan sampah-sampah.
Dari kejauhan mereka hampir tak terlihat, lantaran asap dan debu yang membumbung pekat. Bau busuk menyeruak, suara lalat-lalat besar menggaung.
• Polres Sikka Kerahkan Lima Unit Mobil Antar Anak Sekolah
Seorang bocah perempuan Sekolah Dasar tampak tenggelam di antara gundukan sampah. Seragamnya lusuh, rambutnya terurai tak beraturan, wajahnya coklat dibalut debu.
Kalista, nama bocah itu, baru saja tiba di TPA Alak. Ia pulang dari sekolah yang jaraknya hampir 3 km dari TPA Alak.
Setelah melewati gundukan sampah, Kalista sampai di sebuah gubuk reot. Ada tembok yang tingginya kurang lebih dua meter yang membatasi gunungan sampah dengan gubuk itu.
Kalista disambut hangat oleh sang Ayah, Maklon Masu. Kalista tak enggan mencium tangan ayahnya yang kotor dan berkeringat. Wajah Maklon pun tampak kusam dan berminyak.
Maklon merupakan warga RT 20, Kelurahan Manulai II Kota Kupang, yang menggantungkan hidupnya di pada sampah di TPA Alak. Ia dan istrinya susah payah memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak.
Maklon mempunyai empat anak yang saat ini duduk di bangku SD, SMP dan SMA. Maklon mengatakan, keluarganya tidak pernah mendapat bantuan beras (Raskin/Rastra) dan uang tunai progran kompensasi kenaikan harga BBM sejak tahun 2002.
"Setiap kali ada informasi ada bantuan, saya cek nama saya, selalu saja tidak terdaftar. Pernah disuruh mendaftar ke kelurahan tetap saja saat bantuan keluar nama saya tidak ada. Yah saya heran, tapi mau bagaimana, saya orang kecil tidak bisa buat apa-apa," ujar Maklon.
Tak jauh dari gubuk Maklon, sejumlah ibu-ibu dan pria dewasa tampak sedang duduk bercerita. Diwawancarai POS-KUPANG.COM, Feni Manafe, ketua komunitas pemulung mengungkap, ada sekitar 10 KK, yang tergabung dalam komunitas pemulung TPA Alak tidak mendapat bantuan Rastra.
"Kalau si Maklon itu yang tidak pernah dapat, nah kalau yang sembilan lainnya, sejak sudah dua tahun belakangan ini tidak dapat bantuan beras. Saya tidak tau kenapa, tapi sebelum-sebelumnya mereka dapat," ungkap Feni.