TKI ilegal Asal TTS Yang Mati Karena Diserang Buaya Di Malaysia Gunakan Identitas Palsu
Fakta baru terungkap dari TKI ilegal asal Kabupaten TTS yang tewas akibat diserang buaya di Malaysia pada Maret lalu.
Penulis: Dion Kota | Editor: Rosalina Woso
TKI ilegal Asal TTS Yang Mati Karena Diserang Buaya Di Malaysia Gunakan Identitas Palsu
POS-KUPANG.COM|SOE -- Fakta baru terungkap dari TKI ilegal asal Kabupaten TTS yang tewas akibat diserang buaya di Malaysia pada Maret lalu.
Setelah dilakukan penelusuran ternyata korban menggunakan identitas palsu saat masuk ke Malaysia sekitar tahun 2011 silam dengan memakai nama Yosep Tefa. Nama sebenarnya korban adalah Yeri Sae.
Hal ini diungkap Kepala Dinas Transmigrasi Kabupaten TTS, Joni Lakapu kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (11/10/2019) di ruang kerjanya. Korban sendiri diketahui berangkat ke Malaysia dengan cara ilegal tanpa sepengetahuan orang tuanya. Korban baru menelpon sang ayah, Herman Sae saat berada di perbatasan Malaysia dan Indonesia.
Korban sengaja menggunakan nama palsu untuk memudahkannya saat masuk ke Malaysia.
"Korban ini nama aslinya Yeri Sae, namun saat mau masuk ke Malaysia untuk keperluan pembuatan paspor korban menggunakan nama palsu, Yosep Tefa," ungkap Joni.
Setelah diserang buaya pada 9 Maret silam, dengan bantuan pawang buaya pada 16 Maret, buaya yang menyerang korban berhasil ditangkap dan dibunuh.
Saat dibelah perut buaya itu, ditemukan tulang-belulang yang diduga merupakan tulang korban.
Untuk memastikan jika tulang tersebut merupakan tulang korban, akhirnya dilakukan tes DNA dengan DNA ayah kandung korban Herman Sae.
Barulah pada awal bulan Oktober diketahui jika tulang-belulang tersebut memang merupakan tulang korban.
Selanjutnya, dengan bantuan perusahan sawit dimana korban bekerja akhirnya potongan tubuh korban dikirim ke Indonesia dan tiba di Kupang pada 9 Oktober lalu dan langsung dibawah ke Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu, kampung halaman korban. Pada tanggal 10 Oktober kemarin, potongan tubuh korban dimakamkan di halaman rumah orang tua korban.
"Hampir delapan bulan setelah korban diserang baru bisa dipastikan jika tulang-belulang tersebut adalah tulang korban," ujarnya.
Joni menghimbau kepada masyarakat Kabupaten TTS yang hendak bekerja ke Malaysia menempuh jalur prosedural.
Saat ini, pemerintah Propinsi NTT tengah berusaha merekrut 1000 tenaga kerja guna dikirim ke Malaysia.
Kabupaten TTS sendiri diberikan jatah 100 tenaga kerja, namun hingga memasuki pertengahan Oktober, jumlah calon tenaga kerja yang mendaftar hanya 6 orang. Itu pun baru satu yang memenuhi syarat dan sudah mengikuti pelatihan di Kupang. Sedangkan lima lainnya terkendala KTP.