Bos Surya Paloh Diacuhkan Megawati Soekarnoputri, Johnny G Plate Tanggapi Begini, Nyindir?

Bos Surya Paloh Diacuhkan Megawati Soekarnoputri, Johnny G Plate Tanggapi Begini, Nyindir?

KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Sekretaris Jenderal Partai Nasional Demokrat Johnny G Plate di Kompleks Parlemen, Minggu (29/9/2019). 

Bos Suryo Paloh Diacuhkan Megawati Soekarnoputri, Johnny G Plate Beri Tanggapan Seperti Ini, Nyindir?

POS-KUPANG.COM - Bos Surya Paloh Diacuhkan Megawati Soekarnoputri, Johnny G Plate Tanggapi Begini, Nyindir?

Video berdurasi sekitar 15 detik itu begitu mencuri perhatian masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak, dalam video itu nampak jelas Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri 'mengacuhkan'  Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan AHY.

Dikutip dari Warta Kota, saat pelantikan anggota DPR/MPR/DPD, Selasa (1/10/2019), Megawati terlihat tidak menyalami Surya Paloh saat sedang berjalan di wilayah VIP di dalam Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen.

Orang-orang yang dilewati Megawati berdiri dan menyalami Presiden ke-5 RI itu. Momen tersebut tertangkap dari video yang beredar luas dari siaran langsung Kompas TV.

Dalam video itu pula Megawati juga melewati politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY yang sudah mengulurkan tangan.

Video itu tersebar luas dan mengundang komentar netizen.

Ada yang memberi tanggapan positif, ada yang memberi tanggapan negatif. 

Nah, bagaimana Sekretaris Partai Nasdem, Johnny G Plate menanggapi peristiwa saat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terlihat seperti tidak menyapa Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh?

Menurut Johnny, peristiwa tersebut adalah hal privat dan bukan urusan partai. "Kalau gestur atau yang sejenisnya itu adalah hal privat.

Karenanya tentu menjadi urusan yang sangat pribadi. Kalau kami Nasdem mengurus masalah bangsa," ujar Johnny saat ditemu di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (2/10/2019).

"Kami menerjemahkan dalam video itu adalah masalah personal dan privat yang kemudian diselesaikan juga secara urusan pribadi," tuturnya.

Namun demikian, Johnny mendorong masalah ini membangun sekat antara PDIP dan Nasdem ataupun melemahkan kekuatan koalisi Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Kami (koalisi) akur dan solid, apalagi situasi saat ini harus membangun kekuatan untuk menyelesaikan agenda besar, yakni kerja sama politik lewat DPR, MPR, dan DPD.

Perlu kekerabatan politik yang kuat karena masih ada lobi-lobi politik," tutur Johnny.

Sementara itu, Surya Paloh enggan mengomentari videonya dan Megawati Soekarnoputri yang tengah viral di sosial media.

"Hahaha, tanggapan saya, saya ketawa saja," kata Surya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Reaksi PDIP

Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratiko memberi penjelasan soal peristiwa saat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak menyapa Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Dalam video itu pula Megawati juga melewati Agus Harimurti Yudhoyono yang sudah mengulurkan tangan.

Apakah video itu memperlihatkan hubungan yang tak baik antara Megawati dan Surya Paloh?

Hendrawan membantah.

"Tidak ada apa-apa, orang (Megawati) lagi jalan, dipanggil kanan-kiri. Saya juga sering," ujar Hendrawan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (2/10/2019).

"Jadi kemarin begini lho, di DPP juga sering kok saat saya duduk di belakang, lalu Ibu (Megawati) lewat, salaman, dan terus ada yang manggil, itu biasa," tuturnya.

Menurut Hendrawan, peristiwa tersebut menjadi hal yang lumrah, apalagi saat acara yang kebetulan dihadiri oleh banyak pejabat penting.

"Biasa ya, apalagi yang disalami banyak."

"Jadi tidak disengaja, ketika dalam komunitas yang banyak orangnya, ada yang bisa salaman dan ada yang tidak itu biasa."

"Ini kan dibuat seolah-olah ada rivalitas antara PDIP dan Nasdem," tuturnya.

Detik-detik Megawati Lewati Surya Paloh dan AHY

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tampak tidak berjabat tangan dengan Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh saat menghadiri pelantikan anggota DPR RI 2019-2024, Selasa (1/10/2019).

Hal itu tampak dalam tayangan live streaming  yang diunggah di channel  YouTube Kompas TV pada Selasa (1/10/2019).

Dalam video tampak Megawati yang tengah memakai sebuah kebaya merah dengan selendang putih berjalan melewati sejumlah undangan acara pelantikan.

Kemudian Megawati pun menyalami sejumlah tokoh yang dilewatinya dengan senyuman.

Namun saat Megawati melewati depan AHY, ia terlihat tidak menyalami AHY dan langsung berjalan begitu saja.

AHY juga tertangkap kamera sempat mengulurkan tangannya untuk menggapai Megawati bermaksud menyalami putri presiden pertama Indonesia itu.

Hal yang sama Megawati lakukan saat lewat di depan Surya Paloh, ia terlihat memalingkan mukanya dan tidak menengok sama sekali ke arah Ketua Umum Nasdem itu.

Padahal Surya Paloh telah berdiri untuk menyambut Megawati yang lewat di depannya itu.

Tidak dihiraukan sama sekali oleh Megawati, Surya Paloh pun kembali duduk di kursinya.

Setelah melewati Surya Paloh, Megawati kemudian menyalami Plt Ketua Umum PP Soeharso Monoarfa.

Namun, hingga berita ini ditulis belum ada klarifikasi dari pihak terkait soal kejadian tersebut.

* Pelantikan Anggota DPR RI 2019-2024

Sementara itu, dalam acara pelantikan itu, Politikus PDIP Puan Maharani secara resmi menjabat menjadi Ketua DPR periode 2019 hingga 2024, dikutip dari Kompas.com.

Putri Megawati itu diketahui maju di daerah pemilihan (Dapil V) Jawa Tengah dengan perolehan 404.034 suara.

Sebelum resmi menjadi Ketua DPR, Puan pernah menjadi kursi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Diangkatnya Puan Maharani menjadi Ketua DPR itu mencetak sejarah baru bagi Indonesia lantaran menjadi perempuan pertama yang mengemban tugas itu.

"Yang pasti nantinya ini akan pecah telur baru ada perempuan pertama setelah 74 tahun ketua DPR," jelas Puan pada Selasa (1/10/2019).

Saat menjabat menjadi Ketua DPR, Puan akan didampingi oleh keempat wakilnya.

Empat wakil DPR adalah Aziz Syamsuddin dari Fraksi Partai Golkar, Sufmi Dasco Ahmad dari Fraksi Partai Gerindra, Rachmat Gobel dari Fraksi Partai Nasdem serta Muhaimin Iskandar dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

Berikut Pimpinan DPR RI 2019-2024:

1. Puan Maharani sebagai Ketua DPR

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

2. Dr M Aziz Syamsuddin sebagai Wakil Ketua DPR

Partai Golongan Karya (Golkar)

3. Dr Ir Sufmi Dasco Ahmad sebagai Wakil Ketua DPR

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

4. Rachmad Gobel sebagai Wakil Ketua DPR

Partai Nasional Demokrat (NasDem)

5. Dr. H.A Muhaimin Iskandar, M.Si. Wakil Ketua DPR

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul TANGGAPAN Surya Paloh, Video Viral Megawati Cuekin Surya Paloh dan Tolak Salami AHY di DPR, 

* Jadi Ketua DPR Perempuan Pertama Indonesia, Simak Jejak Langkah Puan Maharani Anak Megawati Soekarnoputri

Puan Maharani Nakshatra Kusyala resmi menjadi Ketua DPR periode 2019-2024 usai dilantik pada Selasa (1/10/2019). Dia menjadi ketua DPR perempuan pertama di Indonesia.

Publik mengenal Puan Maharani sebagai putri dari Presiden Indonesia ke-5 Megawati Sukarnoputri sekaligus cucu Presiden Indonesia pertama Soekarno.

Puan memulai pengalaman keorganisasian saat masih muda dengan menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pada tahun 2006. Kemudian menjadi pengurus PDIP.

Di internal partai tersebut, Perempuan lulusan Jurusan Komunikasi Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini pernah menjadi pengurus dalam DPP PDIP bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga periode 2010-2015.

Puan pertama kali mengikuti pemilu pada 2009. Ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif mewakili PDIP di daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten dan Boyolali.

Puan terpilih dengan meraih 242.504 suara dan ditempatkan di Komisi IV DPR yang membidangi pertanian, pangan, maritim, dan kehutanan.

Pada pemilu 2014, Puan Maharani kembali maju sebagai caleg di dapil yang sama. Ia kembali menang dengan memperoleh 369.927 suara.

Puan kemudian ditempatkan di Komisi VI DPR yang membidangi industri, investasi, dan persaingan usaha. Ia kemudian ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di kabinet kerja Presiden Joko Widodo periode 2014-2019.

Puan menjadi satu-satunya menko yang tidak terkena reshuffle atau pergantian kabinet kerja jelang satu tahun masa pemerintahan Jokowi pada Agustus 2015. Saat itu sejumlah menko diganti yakni Menko Perekonomian, Menko Maritim, dan Menkopolhukam.

Oleh beberapa pihak, hal itu dinilai tak lepas dari keberhasilan Puan Maharani mengantarkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai pemenang dalam Pemilu 2014. Selain itu, Puan pun putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Terakhir, Puan Maharani mundur dari jabatannya di Kabinet Kerja Jokowi karena meraih posisi di kursi Ketua DPR RI mewakili PDIP untuk masa jabatan 2019-2024. Dia menjadi caleg dengan perolehan suara terbanyak, yakni 404.034 suara.

Puan Maharani juga merupakan pemilik perusahaan keluarga berupa PT Rukun Raharja (RAJA) Tbk bersama sang suami Hapsoro Sukmonohadi. PT RAJA semula bergerak di bisnis real estate, lalu berganti menjadi perusahaan energi terintegrasi dari hulu sampai hilir, khususnya transportasi gas pada 2010.

Perubahan ini dilakukan saat PT RAJA mengakuisisi PT Panji Raya Alamindo dan PT Triguna Internusa Pratama yang merupakan milik pribadi Hapsoro. Selanjutnya, Hapsoro menjadi Komisaris Utama PT RAJA sejak 24 Juni 2010 hingga 11 Juni 2014.

Nama Puan Maharani sempat muncul dalam pemeriksaan kasus korupsi e-KTP yang menjerat mantan Ketua DPR Setya Novanto. Puan Maharani disebut menerima fee dari pengusaha.

Hal itu diutarakan sendiri oleh Setya Novanto di Pengadilan Tipikor pada Maret 2018 lalu. Akan tetapi Puan Maharani membantah.

Dia mendukung proses hukum yang berjalan di KPK. Namun, dia menegaskan tidak pernah ikut dalam pembicaraan antara pemerintah dan DPR.

"Namun yang bisa saya sampaikan bahwa apa yang jadi pernyataan Pak SN tidak benar adanya," tegas Puan pada Maret 2018 lalu.

Unjuk Gigi Kaum Perempuan di Parlemen, dari Anggota Termuda hingga Ketua DPR

Pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 telah selesai dilaksanakan.

Dari 575 tersebut, terdapat 118 perempuan yang mampu melenggang ke Senayan.

Tak hanya itu saja, peningkatan tersebut terasa lebih spesial karena ada dua perempuan yang mampu mencatatkan diri sebagai perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR dan satunya lagi dilabeli anggota DPR termuda.

Siapa saja mereka?

* Puan Maharani Jabat Ketua DPR

Anggota DPR periode 2019-2024 Puan Maharani (KOMPAS.com/Haryantipuspasari)

Sebelum menjabat sebagai Ketua DPR yang baru, Puan pernah menduduki kursi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK) pada era Presiden Joko Widodo.

"Yang pasti nantinya ini akan pecah telur baru ada perempuan pertama setelah 74 tahun ketua DPR," kata Puan seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (1/10/2019).

Selain itu, Puan akan berusaha merubah citra DPR dengan strategi yang ia miliki setelah dirinya selesai dilantik menjadi Ketua DPR RI.

 "Ya tentu insyaallah nanti saya baru bisa menyampaikan hal tersebut (strategi) kalau sudah dilantik sebagai ketua DPR. Namun terkait hal-hal tersebut pun saya harus rembukan dulu dengan pimpinan yang baru secara internal," kata Puan.

Tak hanya itu, Puan juga mengungkapkan bahwa politik mempunyai dinamika yang berkembang serta dinamis.

"Politik itu dinamikanya berkembang, dinamikanya sangat dinamis namun ternyata bisa juga menghasilkan perempuan perempuan yang nantinya bisa membawa manfaat bagi Indonesia," ujarnya.

Nantinya, Puan akan didampingi oleh empat Wakil Ketua DPR yakni Aziz Syamsuddin dari Fraksi Partai Golkar, Sufmi Dasco Ahmad dari Fraksi Partai Gerindra, Rachmat Gobel dari Fraksi Partai Nasdem dan Muhaimin Iskandar dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

* Hillary Brigitta Lasut, anggota DPR termuda

Perempuan berusia 23 tahun ini maju dari Sulawesi Utara untuk Daerah Pemilihan (Dapil) I dan mampu meraih sebanyak 70.345 suara pada Pemilu 2019.

Sedangkan ibu Hillary merupakan mantan Bupati Minahasa Tenggara masa jabatan 2008-2013.

Dikarenakan hal tersebut, Hillary pun terinspirasi untuk terjun ke politik.

 Tak berhenti disitu saja, Hillary melanjutkan studi S2 di Washington University.

"Kalau di Partai Nasdem kita itu diminta memberikan tiga pilihan. Pilihan saya itu di Komisi III karena background saya hukum, di Komisi I untuk pertahanan ya karena masih di koridor yang sama," kata Hillary kepada Kompas.com, Senin (2/9/2019).

"Dan sebenarnya di dalam hati saya karena memang saya dari Sulawesi Utara walaupun saya tahu saya akan berada untuk kepentingan Indonesia, saya ingin berada di Komisi X supaya boleh kemudian meningkatkan kualitas pendidikan dan bisa bergerak lebih banyak di sana," ucap dia.
(Sumber: CNN/Indonesia/Kompas.com/Haryanti Puspa Sari, Kristian Erdianto)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved