Perdebatan RKUHP dan RUU KPK
Perdebatan Sengit RUU KPK, Fahri Hamzah Disemprot Presiden ITB dan Ketua BEM UGM di Mata Najwa
Perdebatan sengit terjadi antara Fahri Hamzah dengan Presiden ITB dan Ketua BEM UGM di Mata Najwa.Gara-gara Fahri Hamzah ngotot RUU KPK yang terbaik
Royyan A Dzakiy, Presiden Kelompok Mahasiswa (KM) Institut Teknologi Bandung (ITB), yang turut menjadi narasumber menyeletuk.
"Kok saya belum pernah ketemu ya Pak?," tanya Royyan sambil tertawa.
"Kalau saya juara itu," ujar Fahri Hamzah tak menyahuti ucapan Royyan.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Haris Azhar yang mendengar klaim Fahri Hamzah lantas menyinggung gerakan baru yang dibuat Fahri Hamzah.
"Karena lagi bikin organisasai baru," sindir Haris Azhar.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah sempat mengabaikan pertanyaan dari pemimpin acara 'Mata Najwa', yakni Najwa Shihab. (Channel Youtube Najwa Shihab)
Mendengar hal itu, Fahri Hamzah tertawa.
"Baik, tapi kembali itu Bang Fahri, 'Ini permainan, presiden mau dilumpuhkan sampai keluar Perpu', itu siapa yang bermain?," tanya Najwa Shihab ketiga kalinya kepada Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah kembali membahas hal lain dengan mengatakan ada paradigma yang berbeda mengenai lembaga KPK.
"Ada dalam perbedaan yang paradigmatik sifatnya, sebagian menganggap bahwa KPK harus dijaga, mengangkut kesuciannya," ujar Fahri Hamzah.
"Karena itu adalah instrumen yang melawan koruptor-koruptor ini. Itu satu mahdzab," sambungnya.
"Anda tidak menjawab pertanyaan saya. Permainan siapa ini?," tanya Najwa Shihab keempat kalinya.
Fahri Hamzah lantas mengatakan seharusnya presiden yang memiliki permainan.
"Presiden yang seharusnya punya permaianan. Dialah yang harusnya menentukan dan ditagih, 'Kok korupsinya enggak selesai', dan dia harus membuat definisi," jawab Fahri Hamzah kembali dipotong Najwa Shihab.
"Dalam definisi konteks ketika Anda mengatakan ada permainan, apakah itu yang dilakukan teman-teman mahasiswa?," tanya Najwa Shihab melemparkan pertanyaan ke mahasiswa.
"Apakah ada permainan untuk melumpuhkan presiden?," ujar Najwa Shihab.
"Entar dulu, makanya saya jawab dulu dong," protes Fahri Hamzah.
"Langsung dijawab Bang Fahri, soalnya muter-muter sih, to the point dong," jawab Najwa Shihab kesal.
Penonton studio pun ramai bersorak mendengar protes Najwa Shihab.
"Gini lo, kalau kita jalan-jalan muter-muter kan lebih romantis," seloroh Fahri Hamzah.
"Jadi maksudnya gini, saya tanya presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dua kali, presiden Jokowi selalu ditanya, 'Gimana ini menyelesaikan korupsi ini?'"
"Kita perkuat KPK, Pak Jokowi pernah diwawancara panjang, 'Kita perkuat KPK'."
"Ini yang saya sebel, tapi waktu kita tanya, 'KPK independen tidak bisa kita ganggu'."
"Loh ini presidensialisme, rakyat itu nyetrum sampeyan kok, sebagai presiden kok tidak punya determinasi untuk mengatakan lima tahun saya selesaikan korupsi, dua tahun saya selesaikan."
Kalau saya jadi presiden setahun ini saya selesaikan," sambung Fahri Hamzah.
Jawaban itu kemudian membuat riuh studio Mata Najwa.
* Innalillahi! Randi Mahasiswa UHO Kendari Meninggal Dunia Usai Demo Tolak UU KPK
Aksi unjuk rasa menolak sejumlah rancangan Undang-Undang di Gedung DPRD Provinsi Sultra, Kamis (26/9/2019) menelan korban.
Satu mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari bernama Randi (21) dinyatakan meninggal karena mengalami luka parah di dada sebelah kanannya, setelah mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Ismoyo Kendari.
Mahasiswa semester 7 itu dilarikan ke Rumah Sakit Korem pada pukul 15.30 Wita, dan dinyatakan meninggal pada pukul 15.45 Wita.
Tim Medis RS Ismoyo Kendari Sersan Mayor Salam SR mengatakan, sekitar pukul 15.00 Wita lebih, Randi dibawa oleh sejumlah rekannya ke Unit Gawat Darurat RS Dokter Ismoyo dalan keadaan kritis.
Namun nahas, nyawa Randi tidak tertolong. Danrem 143 Haluoleo Kendari Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto yang berada di RS Ismoyo membenarkan jika mahasiswa itu meninggal saat aksi unjuk rasa di gedung DPRD Sultra.
Namun demikian, Danrem belum dapat memastikan penyebab kematian korban apakah akibat luka tembakan atau luka benda tajam.
"Iya, memang ada luka di dadanya. Kami periksa kedalaman dua jari, tapi belum temukan benda apa di dalamnya ," kata Danrem.
Untuk memastikan penyebab kematian, korban dibawa ke RS Kendari untuk dilakukan autopsi.
Di RS Ismoyo Kendari, kakak korban saat tiba di UGD menangis histeris saat mengetahui adiknya meninggal dunia.
Bahkan, ia sempat pingsan dan tidak bisa berdiri lagi, dan beberapa orang kerabatnya menggandeng kakak dari almarhum Randi.
Selain Randi, seorang mahasiswa lain, Yusuf Kardawi (19), semester tiga dari Fakultas Teknik UHO sedang kritis dan menjalani perawatan serius di RS Bahteramas.
Demonstrasi yang dilakukan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Kota Kendari di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (26/9/2019) berakhir ricuh.
Bentrokan bermula ketika Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh, Wakil Ketua Nursalam Lada dan Herry Asiku sempat keluar dari gedung DPRD menuju ke depan pintu masuk untuk menemui massa aksi.
Namun, terjadi perbedaan pandangan dari beberapa pemimpin lapangan mahasiswa.
Tidak diketahui apa yang menjadi substansi dari perbedaan itu.
Mereka lalu berinisiatif berkumpul untuk menyatukan pendapat. Kurang lebih setengah jam berdiskusi, mereka kemudian melakukan orasi di atas mobil tronton.
Abdurrahman Saleh ikut naik ke atas mobil bersama Nursalam Lada dan beberapa anggota lain.
"Saya mau naik di situ, tapi sebelum naik saya mau dengar aspirasi kalian," ungkap Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sultra tersebut.
Orasi dimulai oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UHO Maco, di saat bersamaan juga mahasiswa teknik ikut berorasi sendiri mengabaikan orasi Maco.
Terjadi desakan dari beberapa organisasi kemahasiswaan untuk tidak menerima Ketua DPRD di jalan, melainkan masuk ke dalam gedung.
Desakan itu diamini semua pemimpin lapangan, mahasiswa langsung berkumpul dan mendesak masuk.
Situasi pun kurang kondusif, para anggota DPRD kemudian satu persatu masuk ke dalam kawasan kantor, diikuti pengawalan dari polisi dan Pejabat Utama (PJU) Polda Sultra.
Sekitar pukul 13.10 Wita, mahasiswa mendesak masuk ke gedung DPRD, namun polisi langsung menutup pagar, bentrokan pun pecah, pagar kawat duri yang dibentangkan polisi dipindahkan ke pinggir jalan.
Beberapa mahasiswa lalu mulai menyerang kantor DPRD dengan batu. Gemuruh suara lemparan batu diikuti dengan suara kaca yang pecah.
Polisi langsung membalas dengan semprotan water canon dari dalam gedung.
Konsentrasi massa pun terpecah, ditambah lagi dengan tembakam gas air mata membuat pendemo berlarian.
Bukannya mundur, para pengunjuk rasa semakin terpancing melontarkan batu ke arah polisi.
Bahkan, beberapa bangunan gedung DPRD dan sejumlah motor staf dewan terbakar.