Karolina Yunita, Mitra Binaan PLN Lulusan S2 Tekuni Bisnis Kain Tenun NTT
Kebetulan kepala museum yang membeli sayur di lapaknya berbahasa Inggris. Nita pun mengeluarkan kemampuan berbahasa Inggrisnya.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Rosalina Woso
Karolina Yunita, Mitra Binaan PLN Lulusan S2 Tekuni Bisnis Kain Tenun NTT
POS-KUPANG. COM | SEOUL --“It’s not about what type of job you do, but it’s about how you do your job that makes you succeed,” tegas Karolina Yunita M. Liwulangi dengan aksen British-nya, usai mengikuti pameran Festival Indonesia 2019 yang baru saja berlangsung di Seoul, Korea Selatan pada 20-22 September 2019 lalu.
Perempuan asal Nusa Tenggara Timur yang akrab disapa Nita tampak fasih dengan bahasa Inggris. Pernah mengenyam pendidikan master jurusan bahasa Inggris di La Trobe University Melbourne, Australia, tak lantas membuatnya lupa akan tanah air.
“Kain tenun membawa saya keluar negeri untuk kali pertama. Saya merasa harus mengembangkannya,” kenang Nita, melalui Vice President Public Relation PLN, Dwi Suryo Abdullah, Rabu (25/9/2019)malam.
Pada waktu itu, tahun 2007, Nita tengah menunggu wisuda S1 Jurusan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Sambil mengisi waktu, anak pertama dari delapan bersaudara ini membantu Ibunya berjualan sayur di pasar.
Kebetulan kepala museum yang membeli sayur di lapaknya berbahasa Inggris. Nita pun mengeluarkan kemampuan berbahasa Inggrisnya.
Kepala museum terheran-heran dan mengajak Nita untuk ikut program Pertukaran Pemuda (Australian Indonesian Youth Exchange Program) ke Australia.
Ia terpilih sebagai perwakilan NTT karena memahami proses pembuatan kain tenun, mulai dari pemetikan kapas, diikat, diwarnai sampai ditenun.
Nita pun membawa kain tenun khas Kupang beserta aksesorisnya untuk dipakai pada saat pentas budaya di sekolah-sekolah dan kampus di Australia.
“Dari situ saya merasa bahwa kain tenun harus dilestarikan,” ucap Nita.
Namun usai lulus S1, Nita tak langsung terjun dalam bisnis tenun. Dirinya merasa bahwa pendidikan tinggi adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan derajat keluarganya.
“Setelah diwisuda sebagai lulusan terbaik, saya melihat cara orang memperlakukan keluarga saya berbeda. Keluarga saya lebih dihormati dan dipandang. Ini menginspirasi saya untuk kuliah setinggi-tingginya,” jelas Nita.
Pada tahun 2011, Nita mendapat beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) untuk kuliah S2 di La Trobe University, Melbourne, Australia.
Ia pun memboyong suaminya ke Australia.