Demo Mahasiswa
Fadli Zon dan Yasonna Laoly Ungkap Ada Kelompok Tunggangi Aksi Mahasiswa,Tapi Beda Versi Soal Pelaku
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon dan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly terang-terangan menyebut ada Kelompok yang menunggangi Aksi Mahasiswa
Fadli Zon dan Yasonna Laoly Ungkap Ada Kelompok Tunggangi Aksi Mahasiswa,Tapi Beda Versi Soal Pelaku
POS-KUPANG.COM - Fadli Zon dan Yasonna Laoly ungkap ada Kelompok tunggangi Aksi Mahasiswa, tapi beda versi soal pelaku
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon dan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly terang-terangan menyebut ada Kelompok yang menunggangi Aksi Mahasiswa menolak sejumlah rancangan undang-undang.
Namun keduanya berbeda soal versi Kelompok penunggang itu. Fadli Zon mengakui adanya penunggang gerakan mahasiswa 2019 yang kini menemukan momentumnya siklus 20 tahunan, yakni para pelajar.
Sementara Yasonna Laoly menyebut Aksi Mahasiswa ditunggangi Kelompok yang ingin menjatuhkan Jokowi atau bermotif politik.
ISU gerakan ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia ditungganggi terus menjadi pembicaraan di dunia digital.
• Akhirnya Fadli Zon Blak-blakkan Ungkap Sosok yang Tunggangi Aksi Mahasiswa Ternyata Kelompok Ini
• Begini Isi Surat Edaran Rektor Undana Terkait Beredarnya Seruan Aksi Mahasiswa di Media Sosial
• Ustadz Yusuf Mansur Unggah Foto Sepatu, Viral Sepatu Kotor Presiden Jokowi, Sindir Fadli Zon?
Aksi Mahasiwa ditungganggi antara lain dikatakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly di Gedung DPR.
"Kami harus jelaskan dengan baik karena di luar sana sekarang ini isu dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan politik," ujar Yasonna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Indikasi Aksi Mahasiwa ditungganggi antara lain munculnya hastag #TurunkanJokowi.
Sebagian orang kemudian mengaitkan Kelompok penunggang itu dengan Kelompok pada Pemilu Presiden atau Pilpres 2019.
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon akhirnya menulis cuitan khusus terkait Aksi Mahasiswa itu melalui akun twitternya, Kamis (26/9/2019) pagi ini.
Wakil Ketua DPRD Fadli Zon sebut gerakan mahasiswa 2019 ini memang ditunggangi.
Siapa penunggang gerakan mahasiswa versi Fadli Zon?
Fadli Zon menyebut, penunggang gerakan mahasiswa 2019 ternyata adalah para pelajar.
"Yang unik kini ditunggangi oleh pelajar," ujar Fadli Zon melalui twitternya.
Tetapi, kata Fadli Zon, para pelajar yang berunjuk rasa itu biasanya memiliki militansi yang lebih tinggi.
Fadli Zon pun memberi contoh aksi para pelajar tahun 1966 lewat gerakan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) untuk menumbangkan PKI.
"Pelajar biasanya lebih militan klu melihat KAPPI n KAPI mengganyang PKI thn 1966," ujar Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan, gerakan mahasiswa 2019 kini menemukan sebuah momentum baru,
Simak cuitan Fadli Zon terkait gerakan mahasiswa 2019.
@fadlizon: Siklus 20 tahunan Gerakan Mahasiswa kini menemukan momentum. Mahasiswa adlh agent of change n selalu tampil menghela perubahan zaman.
Yg unik kini ditunggangi oleh pelajar. Pelajar biasanya lebih militan klu melihat KAPPI n KAPI mengganyang PKI thn 1966.
Seperti ketahui, gerakan mahasiswa kemarin juga diikuti oleh unjuk rasa sekelompok pelajar, sebagian besar adalah para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau dulu disebut Sekolah Teknologi Menengah (STM).
Tagar #AnakSTM kemarin menjadi trending topic.
Hari ini, tagar #DennySiregarDicariAnakSTM juga menjadi trending topic pertama di twitter.
• Begini 5 Komentar Yasonna Laoly, Malu Dengar Komentar Mahasiswa Soal RKHUP, Sebut Dian Sastro Bodoh
Menkumham: Gerakan Mahasiswa Ditunggangi
Sementara itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menilai aksi mahasiswa menuntut pembatalan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sejumlah undang-undang ditunggangi pihak tertentu.
Namun, Yasonna tak merinci siapa pihak tertentu yang dia maksud.
"Kami harus jelaskan dengan baik karena di luar sana sekarang ini isu dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan politik," ujar Yasonna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9/2019), seperti ditulis Kompas.com.
"Saya berharap kepada para mahasiswa, kepada adik-adik, jangan terbawa oleh agenda-agenda politik yang enggak benar," kata politisi PDI-P itu.
Yasonna menyatakan, jika para mahasiswa mau bertanya, bahkan berdebat tentang RUU, sebaiknya tinggal datang ke DPR atau dirinya.
"Jangan terbawa oleh agenda-agenda politik yang enggak benar. Kalau mau debat, kalau mau bertanya tentang RUU, mbok ya datang ke DPR, datang ke saya, bukan merobohkan pagar," ujar Yasonna.
• Kontroversi RKUHP, Dian Sastrowardoyo dan Menteri Yasonna Laoly Perang Kata-kata, Sebut Kata Bodoh
Ia menambahkan, DPR dan pemerintah juga telah memenuhi permintaan mereka menunda pembahasan RKUHP dan sejumlah RUU bermasalah lainnya.
Yasonna menambahkan, pembahasan RKUHP dan sejumlah RUU yang mendapat kritik keras dari masyarakat akan dibahas pada periode DPR 2019-2024 bersama pemerintahan yang baru.
"Kemarin kan sudah ditemui oleh Ketua Baleg. Tadi sudah disepakati kalau ada, nanti mau ketemu ya ketemu. Saya hanya mengingatkan, kita ini mendengar, melihat ada upaya-upaya yang menunggangi, jangan terpancing," tutur Yasonna.
Adapun terkait UU KPK yang baru saja direvisi DPR dan pemerintah, Yasonna menyatakan bahwa ada mekanisme hukum untuk menolaknya.
Salah satunya adalah uji materi ke Mahkamah Konstitusi.
"Termasuk revisi UU KPK, negara kita negara hukum. Ada mekanisme konstitusional untuk itu, yaitu ajukan judicial review ke MK, bukan ke mahkamah jalanan. Sebagai intelektual, sebagai mahasiswa yang taat hukum, kita harus melalui mekanisme itu," kata dia.
• Jawaban Cerdas Dian Sastro Pasca Disebut Terlihat Bodoh oleh Menteri Yasonna Laoly Terkait RKUHP
Ketua BEM UI Jawab Tudingan Ditunggangi
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI Manik Marganamahendra memastikan jika aksi unjuk rasa mahasiswa tidak ditunggangi siapapun.
Sebab menurutnya, mahasiswa meyakini baik oposisi maupun pemerintah sama ngawurnya dalam menyusun Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP).
“Ada asumsi liar bahwa aksi kami ditunggangi katanya, kami akan jawab ia betul aksi kami ditunggangi, tapi ditunggangi oleh rakyat,” tegas Manik di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (24/9/2019) malam seperti dikutip Wartakotalive.
Hal itu kata Manik terlihat jelas dari aksi mahasiswa yang sama sekali tidak menyinggung soal guling menggulingkan jabatan elit tertentu.
“Saya rasa itu urusan para elit politik, silakan kalian urus saja, tidak perlu bawa-bawa rakyat dalam urusan elit politik,” kata Manik.
Apalagi kata Manik, selama ini baik oposisi atau pemerintah dianggap telah lalai dengan kepentingan publik yang lebih luas.
“Maka kami sayangkan tudingan liar yang mendeskreditkan aksi kami sendiri,” jelas Manik.
Misalnya saja kata Manik hal itu terlihat dari RKUHP yang tengah digodok oleh pemerintah dan DPR RI saat ini.
“Mau oposisi atau pemerintah menurut kami dua-duanya sama-sama ngawur dan dua-duanya sama-sama mau mengesahkan RKUHP yang ngawur,” jelas Manik.
Dikutip dari Kompas.com ribuan mahasiswa dari berbagai kampus akan kembali gelar unjuk rasa di depan gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta Gregorius Anco bantah anggapan bahwa aksi mahasiswa ditunggangi kepentingan politik tertentu.
Ia menegaskan bahwa selama ini mahasiswa sudah secara tegas menyuarakan tuntutannya, yakni pembatalan undang-undang komisi pemberantasan korupsi (UU KPK) hasil revisi dan RKUHP.
Anco menilai kedua rancangan undang-undang tersebut tak sesuai dengan amanat reformasi.
"Tuntutan kami jelas, RUU KPK dan RKUHP dibatalkan karena RUU itu bermasalah dan tidak sesuai dengan reformasi. Kan enggak ada tuntutan turunkan Jokowi," ujar Anco kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).
Secara terpisah, Perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trisakti Edmund Seko mengatakan, pihaknya kembali akan gelar aksi dengan jumlah massa yang lebih banyak.
Unjuk rasa Beberapa perwakilan mahasiswa dari luar Jakarta direncanakan ikut bergabung.
Edmund memperkirakan ada 1.000 mahasiswa Trisakti yang akan turun ke jalan.
"Kurang lebih ada 1.000 mahasiwa dari Trisaksi," ujar Edmund melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).
Setidaknya ada empat poin tuntutan mahasiswa dalam aksinya, yakni:
1. Merestorasi upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2. Merestorasi demokrasi, hak rakyat untuk berpendapat, penghormatan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia, dan keterlibatan rakyat dalam proses pengambilan kebijakan.
3. Merestorasi perlindungan sumber daya alam, pelaksanaan reforma agraria dan tenaga kerja dari ekonomi yang eksploitatif.
4. Merestorasi kesatuan bangsa dan negara dengan penghapusan diskriminasi antaretnis, pemerataan ekonomi, dan perlindungan bagi perempuan.
Paling tidak, pemerintah dan DPR sepakat untuk membatalkan pengesahan rancangan undang-undang yang dianggap bermasalah.
* Mahasiswa Demo di DPR, Ustadz Abdul Somad Sebut 2 Panglima Perang Termuda Umat Islam
Ramai Demo Mahasiswa, Ustadz Abdul Somad Sebut 2 Panglima Perang Paling Muda Taklukkan Constantinopel
Ustadz Abdul Somad atau yang biasa disapa UAS mengunggah dua panglima perang yang sangat terkenal dalam sejarah Islam di jazirah Arab Saudi hingga daratan Eropa.
Ya Ustadz Abdul Somad memposting dua panglima perang termuda Umat Islam tersebut di akun Instagram miliknya, @ustadzabdulsomad_official.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sahabat UAS
Usamah ibn Zain menjadi panglima perang usia 18 tahun.
Muhammad al-Fatih menaklukkan Constantinopel usia 21 tahun.
Usia berapa anak-anak muda kita mencetak sejarah?
Postingan ini kemudian memicu komentar dari netizen.
@rahmannurfaiz: Mohon doanya ustadz. Insya Allah anak anak muda saatini sedang berjuang mencetak prestasi digedung dpr untuk menumbangkan Kedzoliman, Semoga tumbang sampai akar akarnya. Aamiin.
@mojiboer: Usia 18, saya kmarin ikut aksi mnolak Rkuhp pak ustd..massanya sngat ramai:v
@rismandroid: Semoga 2019 ini menjadi catatan sejarah yg hebat bagi adik2 mahasiswa kita utk merubah bangsa dan negara ini menjadi lebih baik. Lepas dari keterpurukan yg mengungkung selama 5 tahun ini. Kalian bisa wahai mahasiswa indonesia !!!
@safi3yani: insya Allah anak anak muda negata ini sedang berjuang..doakan @ustadzabdulsomad_official
Postingan Ustadz Abdul Somad ini berbarengan waktunya dengan aksi demonstrasi mahasiswa yang mengepung gedung DPR, Selasa (24/9/2019).
Kronologi Demo Mahasiswa yang Ricuh di DPR, Pedih Gas Air Mata hingga Malam
Demo mahasiswa yang berlangsung di depan Gedung DPR sejak tadi pagi pecah dan ricuh, Selasa (24/9/2019). Suasana tidak kondusif terjadi sejak sore hari.
Kericuhan bermula ketika sekumpulan mahasiswa memaksa masuk ke dalam Gedung DPR.
Polisi yang bersiaga di dalam gedung menembakkan air dari mobil water cannon ke arah mahasiswa untuk menghalau mereka.
Setidaknya ada dua mobil water canon yang dikerahkan aparat kepolisian untuk menghalau mahasiswa yang berusaha menerobos masuk.
Keriuhan pun pecah. Mahasiswa melawan.
Mereka melempar polisi dengan botol, bambu, dan bebatuan.
Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa.
Kerumunan mahasiswa mulau terpencar. Sebagian besar mahasiswa memilih menjauh dari pusat ricuh.
Mahasiswa terpencar melarikan diri ke sejumlah titik.
Dipukul mundur, mahasiswa terpencar Tembakan gas air mata dan semprotan air dari water cannon akhirnya memukul mundur para mahasiswa.
Area depan Gedung DPR seketika bersih dari kerumunan para mahasiswa.
Mereka melarikan diri ke sejumlah titik seperti Stasiun Palmerah, lampu merah Slipi, Semanggi, hingga Jakarta Convention Center.
Namun, melarikan diri bukan berarti mereka berhenti melakukan perlawanan.
Pada pukul 18.35 WIB, puluhan mahasiswa berkerumun di gerbang masuk Jakarta Convention Center.
Mereka berniat masuk ke dalam yang merupakan tempat polisi berjaga.
Kapolda Metro Jaya Kombes Gatot Eddy Pramono dan Dirlantas Kombes Yusuf ada di dalam JCC. Polisi lalu memasang tameng dan menyiagakan mobil barakuda.
Mobil pikap polisi juga sudah dinyalakan. Dalam keriuhan itu, polisi sempat meminta massa untuk mundur.
"Mundur! Rekan-rekan mahasiswa mundur, ayo mundur!" teriak seorang polisi lewat pengeras suara.
Pingsan kena gas air mata Sejumlah mahasiswa pun jatuh karena terkena gas air mata.
Sebanyak enam orang peserta unjuk rasa tampak digotong pasca polisi menembakkan gas air mata di depan gedung DPR, Selasa (24/9/2019) sore.
Keenamnya adalah mahasiswa pria. Mereka tampak lemas dan digotong temannya menuju ke arah ambulans.
Sementara itu seperti dikutip dari Antara, sebanyak lima mahasiswa terkapar di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (24/9/2019), akibat kehabisan oksigen setelah terkena asap gas air mata saat perjalanan balik dari aksi di depan Kompleks Parlemen Senayan.
Lima mahasiswa tersebut terdiri dari dua laki-laki dan tiga perempuan yang berasal dari pergurungan tinggi berbeda.
Tiga mahasiswa asal STMIK Bani Saleh Bekasi, satu mahasiswa dari STIKES Bani Saleh, dan satu orang mahasiswa dari ISIP Jakarta.
Lima mahasiswa itu mengeluhkan sesak nafas, batuk, lemas dan pusing.
Selanjutnya petugas Stasiun Palmerah membantu memberikan perawatan medis.
Dua orang mahasiswa laki-laki ditandu karena kondisinya cukup lemah.
Mahasiswa menyampaikan orasi di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019). (KOMPAS.com/M ZAENUDDIN)
Sementara tiga mahasiswa lainnya dibopong ke pintu masuk stasiun yang dijadikan posko darurat.
Tiga tim medis Stasiun Palmerah memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswa yang mengalami sesak nafas, pusing dan lemas.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan lengkap mengenai jumlah mahasiswa yang jadi korban.
Pukul 20.36 WIB, ricuh masih berlanjut Meski sudah dipukul mundur menjauhi depan Gedung DPR, bentrok antara mahasiswa dan polisi masih berlanjut.
Bentrokan salah satunya terjadi di kawasan Simpang Susun Semanggi.
Pantauan Kompas.com dari kawasan Simpang Susun Semanggi pukul 20.10 WIB, barikade polisi yang dibantu aparat TNI mulai dilempari batu oleh massa.
Padahal sebelumnya, polisi yang berada di mobil komando mengimbau massa untuk membubarkan diri.
"Silakan adik-adik untuk membubarkan diri," kata salah satu polisi yang berada di mobil komando.
Setelah itu, gas air mata kembali ditembakkan ke arah massa yang berkumpul di depan Simpang Susun Semanggi.
Polisi menembakkan gas air mata ke arah massa yang berkerumun di depan Plaza Semanggi.
* Ini Perbedaan Komentar Ustadz Abdul Somad dan Yusuf Mansur soal Film The Santri Dibintangi Wirda Mansur
Kontroversial, bandingkan komentar Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Yusuf Mansur soal film The Santri dibintangi Wirda Mansur.
Bandingkan komentar 2 dai kondang soal film The Santri, Ustadz Abdul Somad : jangan ajari Muslim tolerans i, Ustadz Yusuf Mansur: jangan mundur!
Pendapat Ustadz Abdul Somad tentang Film The Santri yang diperankan Wirda Mansur, putri Ustadz Yusuf Mansur.
Film The Santri garapan sutradara ternama Livi Zheng menuai pro dan kontra hingga membuat Ustadz Abdul Somad angkat suara tentang film yang dibintangi Wirda Mansur putri Ustadz Yusuf Mansur itu.
Film yang diperankan oleh putri Ustaz Yusuf Mansur yakni Wirda Mansur, Gus Azmi, Veve Zulfikar, dan Emil Dardak ini rencananya akan tayang serentak di bioskop pada Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2019.
Film The Santri ini rupanya menuai pro dan kontra, bahkan terancam diboikot.
Ya Ustadz Abdul Somad pun ikut berkomentar soal film ini.
Dikutip dari channel YouTube ASWAJA TV, Rabu (18/9/2019), Ustadz Abdul Somad tampak tertawa saat diminta pendapatnya soal film The Santri.
"Apa pendapat ustaz tentang Film The Santri yang tidak mencerminkan kehidupan pesantren yang sebenarnya, dan disutradarai oleh Livi Zheng yang kontroversi itu?," kata Ustadz Abdul Somad membacakan pertanyaan di secarik kertas.
Ia pun tampak melirik ke para jamaahnya sambil tersenyum.
"Kalian mancing-mancing saja," ujarnya sambil tertawa.
Wirda Mansur, pemeran utama film The Santri (TRIBUNNEWS.COM/DOK PRIBADI)
Ia lalu meletakkan kertas tersebut dan meminta jamaahnya untuk mengikuti komentar dari yang lainnya.
"Sudah banyak yang komentar, ikuti aja yang sudah ada itu, saya yang beban lama saja belum selesai," katanya kemudian tersenyum dan disambut tawa para jamaahnya.
Kemudian, Ustadz Abdul Somad pun menjelaskan beberapa bagian yang ada di trailer film The Santri tersebut.
"Saya tak nonton film ini sampai habis, baru menengok trailernya aja. Tapi di dalamnya itu yang bisa saya komentari pertama, masuk ke rumah ibadah," kata Ustadz Abdul Somad/
Kemudian Ustadz Abdul Somad pun menjelaskan soal hukum masuk ke rumah ibadah agama lain dengan mencontohkan Nabi Muhammad SAW
Dia juga menyorot adegan di mana santri dan santriwati saling berpandangan.
"Dua, tentang masalah laki-laki perempuan berduaan tak mahrom pandang-pandangan, oleh sebab itu maka kita jaga anak cucu kita dari perbuatan-perbuatan maksiat," katanya.
Namun, Ustadz Abdul Somad tak mau membahas lebih lanjut soal film tersebut secara lebih mendalam.
"Bahwa ada misi-misi sesuatu di balik ini semua, wallahualam bi shawab, kita akan diminta tanggung jawab di hadapan Allah SWT," katanya.
Ustadz Abdul Somad atau UAS (DOK TIM USTADZ ABDUL SOMAD)
Lebih lanjut, Ustadz Abdul Somad juga menjelaskan kalau Islam adalah agama yang penuh toleransi.
"Islam tak perlu diajari bagaimana berinteraksi sosial dengan saudara kita non muslim, karena kita sudah lama bertetangga," katanya.
Ustadz Abdul Somad kemudian memberikan penjelasan, "Kita semuanya bisa menerima siapapun yang datang, semua bertetangga, berkawan, bersahabat, tapi kalau sudah dalam masalah ibadah, ritual, tak ada tawar menawar.
Wala antum 'abiduuna ma a'bud, ala ana 'abidun ma 'abattum. Wala antum 'abiduuna ma a'bud. Lakum diinukum waliya diin (aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku)."
Menurut Ustadz Abdul Somad, saat ini banyak yang tak bisa membedakan mana toleransi mana telor asin.
"Harus bisa dibedakan, jangan karena toleransi mengorbankan keyakinan, akidah anak-anak kita, nauzdubillah. Dan orang-orang yang pernah di pesantren pun, ketika menonton itu 'ini bukan anak pesantren' anak pesantren tak begitu," katanya.
Tanggapan Ustadz Yusuf Mansur
Putri Ustadz Yusuf Mansur, yakni Wirda Mansur kembali jadi perbincangan.
Setelah fotonya dengan Gus Azmi yang mendapat banyak kritik, kini filmnya pun mendapat penolakan dari sejumlah orang.
Wirda Mansur dan Gus Azmi belakangan memang terlibat syuting film The Santri.
Penolakan terhadap film tersebut datang dari admin akun Instagram @shifrunn pada Rabu (8/7/2019).
Ia mem-posting video dengan cover depan yang memperlihatkan Wirda Mansur, Gus Azmi dan Veve lalu menambahkan tulisan 'Bukan Akhlak Santri'.
Video itu memperlihatkan Wirda Mansur sedang merekam videonya bersama Gus Azmi.
Keduanya duduk berdampingan dan menceritakan kalau mereka sedang syuting di sebuah candi.
Pada bagian itu ditulis. "Akhwat dan ikhwan kok deketan gini?".
Hal itu tampaknya menyorot Wirda Mansur dan Gus Azmi yang duduk berdekatan.
Kemudian video itu juga menyoroti film The Santri yang sempat dipromosikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan disutradarai oleh Livi Zheng.
Ada foto wirda Mansur dan Gus Azmi sedang bertatapan.
Ia pun menambahkan tulisan, "Yakin ini santri?" yang merujuke ke Wirda Mansur.
Kemudian video itu juga menyertakan tulisan, "Gembong liberal perusak Islam dan sutradaranya bukan pula dari kalangan santri!".
Ia kemudian mengajak untuk menolak flm The Santri tersebut.
Kemudian beberapa pandangan lainnya tentang film The Santri dan santri sesungguhnya.
"Ini merusak citra santri," demikian bunyi tulisan di video tersebut.
"Taukah apa itu santri?
Video itu juga menyebut kalau film itu merusak citra santri pondok yang kesannya bebas bergaul antara laki-laki dan perempuan.
Tak hanya itu, admin akun @shifrunn juga menjelakan beberapa hal tetang santri yang sesungguhnya.
Postingan itu dikomentari juga oleh Taqy Malik, seorang hafidz.
"Miris liatnya asli," tulis admin @taqy_malik.
Video itu pun ditanggapi oleh Ustaz Yusuf Mansur, bahkan ia posting di akun Instagramnya, @yusufmansurnew.
Ustadz Yusuf Mansur pun berterima kasih kepada pemilik akun atas nasihat yang diberikan kepada putrinya.
Ia pun mengimbau kepada semua untuk belajar dari kesalahan.
Bahkan Ustadz Yusuf Mansur mengajak para pengikutnya untuk menonton video tersebut agar dijadikan pembelajaran.
Kemudian untuk putriny. Wirda Mansur, Gus Azmi dan Veve, ia meminta agar ketiganya menerima nasihat dan masukan dari semua pihak termasuk dari video tersebut.
Ia juga mengingatkan untuk tidak sibuk membuat klarifikasi.
"Terima dg ikhlas. Dan doakan semua yang bersalah dan berdosa. Agar bs jg dimaafkan dan diampuni Allah. Teruslah berkarya, jgn mundur jgn lemah. Jadikan catatan siapapun, jadi pengingat dan pelajaran trbaik," tulisnya.
Ini caption lengkap yang ditulis Ustaz Yusuf Mansur,
"Terima kasih buat @shifrunn. InsyaaAllah nasihatnya berguna buat Wirda, Veve dan Azmi. Buat anak2 Ayah Yusuf seIndonesia. Belajarlah terus menjadi lebih baik. Ga usah kecil hati. Termasuk belajar dari kesalahan, jika emang ada kesalahan.
Silahkan kwn2 liat video yg diupload sama @shifrunn. Bagus. Jd nasihat buat semua. Doain anak2 Indonesia. Agar besar hatinya. Lapang hatinya. Ga baperan. Terus memperbaiki diri.
Terus belajar u/ jadi yg lbh baik lagi. Khususnya buat Wirda, Veve, Azmi. Terimain nasihat2 orang banyak. Susah2 orang menasihati. Jd terima. Terima banget. Ga rugi.
Dan ga usah sibuk klarifikasi. Terima dg ikhlas. Dan doakan semua yang bersalah dan berdosa. Agar bs jg dimaafkan dan diampuni Allah.
Teruslah berkarya, jgn mundur jgn lemah. Jadikan catatan siapapun, jadi pengingat dan pelajaran trbaik. Salam buat seluruh anak Indonesia. Dari Ayah Yusuf yang buanyak jg salahnya dan dosanya. Samaan kita, hehehe."(*)
* TERUNGKAP! Penggalang Dana Demo Mahasiswa di DPR, Ananda Badudu Bukan Sosok Sembarangan
Mahasiswa dari berbagai wilayah menggelar aksi menolak sejumlah rancangan undang-undang (RUU) yang memicu kontroversi di depan gedung MPR/DPR.
Akibatnya muncul tagar #HidupMahasiwa yang menjadi trending di Twitter.
Di berbagai cuitan #HidupMahasiswa, tergambar suasana aksi mahasiswa di DPR dan berbagai spanduk yang menghiasinya.
Rupanya dibalik aksi mahasiswa di DPR pada 23 - 24 September 2019 tersebut, ada sosok Ananda Badudu, yang menjadi pengumpul dana ratusan juta untuk mendukung aksi tersebut.
Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com pada pukul 14.00 WIB Selasa (24/9/2019), donasi yang dikumpulkan telah mencapai Rp157.491.520 dari target dana Rp50 juta.
Ananda Badudu menggalang dana untuk aksi mahasiswa di DPR melalui situs Kitabisa.com.
Lewat situs tersebut, Ananda Badudu turut menuliskan bagi masyarakat untuk berkontribusi melalui donasi dana yang akan digunakan untuk makanan, minuman, dan sound system mobile (mobil/gerobak komando).
Tak hanya itu, Ananda Badudu juga menuliskan lima tuntutan mahasiswa.
1. Batalkan UU KPK, RUU KUHP, Revisi UU Ketenagakerjaan, UU Sumber Daya Air, RUU Pertanahan, RUU Pertambangan Minerba, UU MD3 serta sahkan RUU PKS, RUU Masyarakat Adat dan RUU Perlindungan Data Pribadi.
2. Batalkan hasil seleksi calon pimpinan KPK
3. Tolak dwifungsi
4. Selesaikan masalah Papua dengan pendekatan kemanusiaan
5. Hentikan Operasi Korporasi yang merampok dan merusak sumber-sumber agraria, menjadi predator bagi kehidupan rakyat.
Termasuk mencemari Udara dan Air sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa. Seperti Halnya Kebakaran Hutan yang saat ini terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta Pidanakan semua pihak yang terlibat.
Berdasarkan laporan Kompas.com, Ananda Badudu turut mengajak rekan musisi untuk menunjukkan sikap atas permasalahan bangsa sata ini.
Ananda Badudu menilai, beberapa masalah seperti revisi UU KPK dan RKUHP yang dinilai janggal dan tak berpihak pada kepentingan publik.
Untuk itu, Ananda Badudu memutuskan untuk menggalang donasi di Kitabisa.com untuk mendukung aksi mahasiswa di Gedung DPR/MPR.
"Saya juga lewat (situs) Kitabisa ingin mengajak musisi lain untuk bersikap dan urun usaha lah gitu, bersikap dan beraksi," imbuh Ananda Badudu.
Tak hanya menggalang donasi, Ananda Badudu juga turut ikut aksi tersebut.
"Karena bikin lagu doang enggak cukup saat seperti ini," aku Ananda Badudu.
Lantas siapakah sebenarnya Ananda Badudu?
1. Personil Banda Neira
Ananda Badudu bersama Rara Sekar merupakan personil Banda Neira.
Banda Neira merupakan grup band yang berawal dari keisengan dua personelnya untuk bermusik bersama.
Rupanya keisengan Ananda Badudu dan Rara Sekar menciptakan empat buah lagu yakni Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Hingga kemudian, karya tersebut mereka unggah dan sebarkan melalui media sosial Soundcloud.
Dari sana, Ananda Badudu dan Rara Sekar mulai punya pendengar.
Banda Neira pun akhirnya dikenal.
Mendapat banyak respons positif, pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyek isengnya itu. Mereka sangat bersemangat.
Dari Agustus hanya memiliki empat lagu, pada Desember tahun yang sama mereka sudah menambah enam album baru untuk satu album penuh Banda Neira.
Banda Neira telah merilis dua buah album yakni Di Paruh Waktu (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016).
Rara Sekar dan Ananda Badudu lantas sepakat membubarkan Banda Neira pada Jumat (23/12/2016 lalu).
2. Kuliah di Jurusan HI
Memiliki nama asli Ananda Wardhana Badudu, rupanya pria kelahiran 26 Desember 1987 itu berkuliah di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2006.
3. Mantan wartawan Tempo
Ananda Badudu rupanya sempat bekerja menjadi wartawan di Tempo.
Saat menjadi wartawan, Ananda Badudu sempat mengalami pengalaman tak mengenakkan ketika kantornya diserang sekelompok pemuda pada Sabtu malam (16/3/2013).
4. Cucu Ahli Bahasa JS Badudu
Ananda Wardhana Badudu rupanya bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan cucu ahli bahasa JS Badudu.
Dalam hidupnya, JS Badudu mengabdikan dirinya untuk bahasa Indonesia.
JS Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan pada tahun 1985-1986.
Pada saat itu, TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia.
Dari data yang diterima Kompas.com, beberapa karya besar JS Badudu antara lain Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994),
revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003); Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971); Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993);
Kamus Peribahasa (2008); dan Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).
Pendidikan bahasa yang pernah ditempuhnya adalah kursus B1 Bahasa Indonesia (1951); Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran atau Unpad (1963);
Studi Pascasarjana Linguistik pada Fakultas Sastra dan Filsafat Rijksuniversiteit Leiden, Belanda (1971-1973).
JS Badudu memperoleh gelar doktor dari Fakultas Sastra UI pada 1975 dengan disertasi berjudul "Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo".
JS Badudu adalah orang pertama yang mendapat gelar guru besar dari Fakultas Sastra Unpad. Ia dinobatkan menjadi guru besar pada 1985 dalam usia 59 tahun. (TribunJakarta/Kompas)