Ustadz Yusuf Mansur

Ustadz Yusuf Mansur Sorot Demo Mahasiswa, Sebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo: Istighfar!

Ustadz Yusuf Mansur Sorot Demo Mahasiswa, Sebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo: Istighfar!

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
(ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA) via Kompas.com
Ustadz Yusuf Mansur Sorot Demo Mahasiswa, Sebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo: Istighfar! 

Memakai jas kebesaran masing-masing perguruan tinggi, mereka menyuarakan beberapa tuntutan dengan dipimpin seorang koordinator aksi disertai ratusan poster yang bertuliskan berbagai tuntutan.

Sepanjang Jalan Pahlawan Kota Semarang pun dipadati massa.

Tak puas berorasi di atas armada mobil, puluhan mahasiswa nekat menaiki pintu gerbang utama Kantor DPRD Jateng.

Orator dari Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Erlina (22) menyampaikan selain dari mahasiswa, para massa juga terdiri dari berbagai aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kota Semarang.

"Kami bersama di sini untuk menyuarakan apa yang menurut kami tidak adil," jelas Erlin.

Sejak pukul 09.00 WIB, massa terlihat semakin bertambah memadati Jalan Pahlawan.

Mereka membawa pocong-pocongan, keranda jenazah, dan spanduk.

Koordinator Aksi dari Aliansi Semarang Raya, Cornelius Gea mengatakan, "aksi rakyat turun ke jalan lawan oligarki koruptor reformasi" sebagai bentuk seruan kepada DPR dan juga pemerintahan Indonesia.

Mereka menyuarakan 7 tuntutan yakni agar DPR RI membatalkan draft RKUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan dan juga mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, dan RUU Masyarakat Adat.

Menuntut Presiden untuk mengeluarkan Perppu Pencabutan UU KPK dan UU Sumber Daya Air, menuntut Presiden untuk memberikan sanksi tegas kepada korporasi pembakar hutan,

menuntut Kepolisian RI untuk membebaskan dan menghentikan kriminalisasi aktivis Papua, pejuang HAM dan bertanggung jawab atas pemulihan nama baik setiap aktivis dan menghentikan segala intimidasi terhadap masyarakat Papua.

Menuntut Pemerintah untuk menjamin terlaksananya pemberian jasa layanan kesehatan BPJS yang baik dengan skema pembiayaan yang ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah sebagai lembaga yang berkewajiban untuk memenuhi hak atas kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Menuntut Pemerintah untuk mengusut tuntas kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu dan masa kini.

Serta menuntut pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang demokratis, gratis dan transparan dalam keuangannnya,

menghentikan komersialisasi pendidikan yang mengakibatkan akses pendidikan semakin sulit diperoleh oleh seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan guru honorer dan mengangkat guru honorer golongan K2 menjadi PNS dan atau PPPK, dan memoratorium kebijakan PPG bagi lulusan LPTK.

"Menurut kami satu-satunya cara ya aksi turun ke jalan, menuntut Presiden Joko Widodo bertanggungjawab.

Kalau misal (nanti) presiden tidak merespon, tidak menutup kemungkinan massa akan ke Jakarta secara serentak. Hari ini sebagian massa sudah bergerak ke Jakarta ikut serta menyuarakan tuntutan," tandasnya.  (jam/Sam)

* TERUNGKAP! Penggalang Dana Demo Mahasiswa di DPR, Ananda Badudu Bukan Sosok Sembarangan

Mahasiswa dari berbagai wilayah menggelar aksi menolak sejumlah rancangan undang-undang (RUU) yang memicu kontroversi di depan gedung MPR/DPR.

Akibatnya muncul tagar #HidupMahasiwa yang menjadi trending di Twitter.

Di berbagai cuitan #HidupMahasiswa, tergambar suasana aksi mahasiswa di DPR dan berbagai spanduk yang menghiasinya.

Rupanya dibalik aksi mahasiswa di DPR pada 23 - 24 September 2019 tersebut, ada sosok Ananda Badudu, yang menjadi pengumpul dana ratusan juta untuk mendukung aksi tersebut.

Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com pada pukul 14.00 WIB Selasa (24/9/2019), donasi yang dikumpulkan telah mencapai Rp157.491.520 dari target dana Rp50 juta.

Ananda Badudu menggalang dana untuk aksi mahasiswa di DPR melalui situs Kitabisa.com.

Lewat situs tersebut, Ananda Badudu turut menuliskan bagi masyarakat untuk berkontribusi melalui donasi dana yang akan digunakan untuk makanan, minuman, dan sound system mobile (mobil/gerobak komando).

Tak hanya itu, Ananda Badudu juga menuliskan lima tuntutan mahasiswa.

1. Batalkan UU KPK, RUU KUHP, Revisi UU Ketenagakerjaan, UU Sumber Daya Air, RUU Pertanahan, RUU Pertambangan Minerba, UU MD3 serta sahkan RUU PKS, RUU Masyarakat Adat dan RUU Perlindungan Data Pribadi.

2. Batalkan hasil seleksi calon pimpinan KPK

3. Tolak dwifungsi

4. Selesaikan masalah Papua dengan pendekatan kemanusiaan

5. Hentikan Operasi Korporasi yang merampok dan merusak sumber-sumber agraria, menjadi predator bagi kehidupan rakyat.

Termasuk mencemari Udara dan Air sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa. Seperti Halnya Kebakaran Hutan yang saat ini terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta Pidanakan semua pihak yang terlibat.

Berdasarkan laporan Kompas.com, Ananda Badudu turut mengajak rekan musisi untuk menunjukkan sikap atas permasalahan bangsa sata ini.

Ananda Badudu menilai, beberapa masalah seperti revisi UU KPK dan RKUHP yang dinilai janggal dan tak berpihak pada kepentingan publik.

Untuk itu, Ananda Badudu memutuskan untuk menggalang donasi di Kitabisa.com untuk mendukung aksi mahasiswa di Gedung DPR/MPR.

"Saya juga lewat (situs) Kitabisa ingin mengajak musisi lain untuk bersikap dan urun usaha lah gitu, bersikap dan beraksi," imbuh Ananda Badudu.

Tak hanya menggalang donasi, Ananda Badudu juga turut ikut aksi tersebut.

"Karena bikin lagu doang enggak cukup saat seperti ini," aku Ananda Badudu.

Lantas siapakah sebenarnya Ananda Badudu?

1. Personil Banda Neira

Ananda Badudu bersama Rara Sekar merupakan personil Banda Neira.

Banda Neira merupakan grup band yang berawal dari keisengan dua personelnya untuk bermusik bersama.

Rupanya keisengan Ananda Badudu dan Rara Sekar menciptakan empat buah lagu yakni Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).

Hingga kemudian, karya tersebut mereka unggah dan sebarkan melalui media sosial Soundcloud. 

Dari sana, Ananda Badudu dan Rara Sekar mulai punya pendengar. 

Banda Neira pun akhirnya dikenal.

Mendapat banyak respons positif, pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyek isengnya itu. Mereka sangat bersemangat.

Dari Agustus hanya memiliki empat lagu, pada Desember tahun yang sama mereka sudah menambah enam album baru untuk satu album penuh Banda Neira.

Banda Neira telah merilis dua buah album yakni Di Paruh Waktu (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016).

Rara Sekar dan Ananda Badudu lantas sepakat membubarkan Banda Neira pada Jumat (23/12/2016 lalu).

2. Kuliah di Jurusan HI

Memiliki nama asli Ananda Wardhana Badudu, rupanya pria kelahiran 26 Desember 1987 itu berkuliah di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2006.

3. Mantan wartawan Tempo

Ananda Badudu rupanya sempat bekerja menjadi wartawan di Tempo.

Saat menjadi wartawan, Ananda Badudu sempat mengalami pengalaman tak mengenakkan ketika kantornya diserang sekelompok pemuda pada Sabtu malam (16/3/2013). 

4. Cucu Ahli Bahasa JS Badudu

Ananda Wardhana Badudu rupanya bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan cucu ahli bahasa JS Badudu.

Dalam hidupnya, JS Badudu mengabdikan dirinya untuk bahasa Indonesia.

JS Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan pada tahun 1985-1986.

Pada saat itu, TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia.

Dari data yang diterima Kompas.com, beberapa karya besar JS Badudu antara lain Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994),

revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003); Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971); Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993);

Kamus Peribahasa (2008); dan Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).

Pendidikan bahasa yang pernah ditempuhnya adalah kursus B1 Bahasa Indonesia (1951); Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran atau Unpad (1963);

Studi Pascasarjana Linguistik pada Fakultas Sastra dan Filsafat Rijksuniversiteit Leiden, Belanda (1971-1973).

JS Badudu memperoleh gelar doktor dari Fakultas Sastra UI pada 1975 dengan disertasi berjudul "Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo".

JS Badudu adalah orang pertama yang mendapat gelar guru besar dari Fakultas Sastra Unpad. Ia dinobatkan menjadi guru besar pada 1985 dalam usia 59 tahun. (TribunJakarta/Kompas)

Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sebelum Menutup Sambutan, Ganjar Pranowo Minta Pendemo Bertanggung Jawab: Mau Gak Besok Pagi?, 

SebagianArtikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Setelah Menghitung Sampai 10, Mahasiswa Jebol Pintu Gerbang Kantor Gubernur Jateng, 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved