Ansy Lema: Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia-China Dukung “Poros Maritim Dunia”

Kata Ansy Lema: Kemitraan strategis komprehensif Indonesia-China dukung “poros maritim dunia”

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Kanis Jehola
istimewa
Anggota DPR RI Terpilih 2019-2024 asal NTT, Ansy Lema 

“BRI sejalan dengan visi “Poros Maritim Dunia” karena berkaitan dengan tiga dari lima pilar yang terdapat pada visi Poros Maritim Dunia Jokowi, yaitu konektivitas maritim, ekonomi maritim dan budaya maritim. Indonesia dapat meggunakan momentum BRI untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur maritim,” tambahnya.

Pembangunan infrastruktur maritim diharapkan dapat meningkatkan konektivitas jalur-jalur maritim di seluruh pelosok nusantara, yang kemudian berdampak terhadap kegiatan ekonomi maritim Indonesia untuk pemerataan dan keadilan pembangunan. Kerja sama maritim Indonesia-China diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong pemanfaatan ekonomi berbasis maritim melalui sektor pariwisata bahari, sehingga dapat mewujudkan budaya maritim bagi masyarakat Indonesia.

“Dalam konteks kepentingan maritim Indonesia, 21st Century Maritime Silk Road menciptakan potensi bagi Indonesia di bidang ekonomi maritim, khususnya investasi untuk pembangunan infrastruktur maritim. Indonesia berpotensi mendapatkan sumber investasi untuk pendanaan dan pembangunan infrastruktur maritim yang berasal dari AIIB,” ujar Ansy.

Ansy meyakini kerja sama ekonomi Indonesia-China dalam BRI menghasilkan sikap saling ketergantungan antar-kedua negara, yang dapat menjadi dasar untuk memperjuangkan perdamaian. Kerja sama ekonomi Indonesia-China tidak hanya akan menghasilkan kesejahteraan, tetapi juga bisa mempromosikan rasa saling pengertian yang berkontribusi bagi penciptaan tatanan dunia yang damai.

“Kami meyakini bahwa kemitraan Komprehensif Strategis (Strategic Comprehensive Partnership) Indonesia-Tiongkok sangat penting bagi kepentingan nasional kedua negara. Indonesia butuh Tiongkok, Tiongkok butuh Indonesia. Sinergi keduanya dalam Strategic Comprehensive Partnership harus terus ditingkatkan kualitas dan cakupannya,” kata Ansy.

Persepsi Positif

Menurut Juru Bicara Basuki Tjahaja Purnama (BTP pada Pilkada DKI Jakarta 2017 itu, kemitraan Indonesia-China dalam BRI dapat berjalan baik apabila tercipta persepsi positif dan sikap saling percaya antara kedua negara. Apalagi kedua negaramemiliki kedekatan dan ikatan historis yang tetap terjalin hingga kini.

“Indonesia dan China telah terjalin sejak Dinasti Ming (1368-1644). Saat itu, Laksamana Cheng Ho melakukan perjalanan ke Indonesia, melakukan perdagangan dan pertukaran budaya antara China-Indonesia. Cheng Ho berdagang dengan melibatkan masyarakat lokal Indonesia, menghormati kedaulatan daerah yang dikunjungi dan melakukan akulturasi kebudayaan,” ujar Ansy.

Yang Khas dari Cheng Ho adalah peran signifikannya menyebarkan Islam ke seluruh penjuru nusantara. Ia diterima karena mengutamakan moderasi keagamaan dan toleransi. Semangat Cheng Ho menginspirasikan kebijakan China yang moderat dan bersahabat dengan semua agama, termasuk Islam.

“Kami sempat diajak untuk mengunjungi jejak-jejak sejarah Islam di China, seperti makam dua sahabat Nabi di Bukit Lingshan. Keduanya dikirim Nabi untuk menyebarkan Islam di China pada zaman Dinasting Tang. Kami juga mengunjungi Masjid Qinjing yang didirikan tahun 1009 Masehi. Umat Islam diizinkan untuk beribadah sesuai keyakinan. Kebijakan China yang moderat dan toleran karena Konstitusi Republik Rakyat China secara tegas menyatakan Republik Rakyat China menjamin warga negara memiliki kebebasan beragama,” papar Ansy.

Namun, Ansy mengingatkan bahwa kesuksesan Indonesia menjalin hubungan internasional sangat tergantung pada bagaimana dinamika dan situasi politik domestik. Diplomasi internasional butuh kesatuan serta soliditas para pengambil kebijakan dan pelaku politik domestik dalam visi dan implementasi.

“Jika jagat politik domestik lebih sering berseberangan jalan, peluang-peluang internasional akan lepas dari genggaman kita. Kita kerap terlampau asyik bertikai secara internal, hingga lupa peluang di depan mata kita,” imbuhnya.

Performa Indonesia dalam hubungan internasional, termasuk kemitraan komprehensif strategis Indonesia-China, sangat ditentukan oleh politik domestik. Jika “rumah tangga” bangsa Indonesia bersatu-solid, diplomasi internasional akan efektif-konstruktif memainkan perannya dalam percaturan ekonomi-politik-pertahanan global.

“Hubungan internasional hanyalah alat untuk memerjuangkan kepentingan nasional negara. Foreig policy begins when domestic poliyics ends. Semua kembali pada kesiapan domestik kita untuk menangkap peluang dalam hubungan internasional”, pungkasnya.

Selain Ansy, delegasi multi-partai yang berkunjung ke China adalah Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved