Bulan Kitab Suci Nasional

Bulan Membaca Kitab Suci Dari Perspektif Ekologi

Setiap bulan September, Gereja Katolik di Indonesia merayakan Bulan Kitab Suci Nasional ( BKSN).

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
RD Sipri Senda, Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang sedang memberikan pemaparan dan penjelasan tentang bahan BKSN tahun 2019 di Aula Paroki Santa Maria Mater Dolorosa SoE, Senin (19/6/2019). 

Momentum bulan September adalah kesempatan penuh rahmat untuk mengajak seluruh umat Katolik Indonesia bersama-sama menimba inspirasi dari Sabda Tuhan dalam menanggapi krisis global ini.

Katekese adalah sarana gerejawi untuk pembelajaran dan penyadaran bersama akan pentingnya lingkungan hidup yang dipelihara demi kelangsungan hidup manusia dan makhluk ciptaan lainnya.

Membaca Kitab Suci Secara Ekologis

Bahan yang disiapkan dari LBI memberikan pemahaman bahwa dalam Kitab Suci ada harapan dan kabar gembira sebagai kekuatan untuk mengatasi krisis lingkungan hidup. Kitab Suci bukan saja narasi tentang Tuhan (teologi), ataupun narasi tentang manusia (antropologi), tetapi juga narasi tentang alam ciptaan (ekologi).

Pendekatan ekologi inilah yang diusung dalam pembacaan kitab suci secara baru. Jika selama ini pembacaan kitab suci terlampau antroposentris dengan berpijak pada Kej 1:28 yang menekankan kekuasaan dan penaklukan bumi oleh manusias, maka pendekatan ekologis mengubah cara pandang manusia akan alam sebagai sesama ciptaan yang patut dijaga dan dipelihara demi kelangsungan hidup manusia.

Maka penafsiran atas teks Kej 1:28 mesti ditempatkan dalam konteks Kej 1:26 yang menekankan citra manusia sebagai gambar dan rupa Allah, serta Kej 2:15 yang mengingatkan manusia untuk mengusahakan dan memelihara bumi sebagai rumah bersama.

Teks rujukan dalam katekese BKSN 2019 adalah Kej 6-9 yaitu kisah tentang Air Bah. Kisah ini dipakai untuk menimba inspirasi ekologis dalam menghadapi krisis lingkungan hidup.

Nuh menjadi contoh orang benar yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam upaya penyelamatan bumi dengan tatanan hidup yang baru.

Tatanan baru itu adalah kehidupan selaras alam dengan prinsip cinta kasih 3 dimensi yaitu cinta kepada Tuhan, sesama manusia dan sesama ciptaan.

BKSN Konteks Nusra

Bertolak dari pemahaman ekologis ini, maka bahan BKSN 2019 yang diberikan dari LBI digodok dalam konteks Regio Nusa Tenggara (Nusra) dalam empat pertemuan mingguan katekese.

Pertemuan Minggu Pertama dengan subtema "Kejahatan Manusia Menyebabkan Kerusakan Lingkungan Hidup", memfokuskan permenungan pada kejahatan manusia yang menyebabkan Allah menghukum manusia dan segala makhluk ciptaan di bumi dengan mendatangkan air bah (Kej 6:1-7.11-13, 7:19-23).

Dari subtema dan bacaan ini, umat kristiani Regio Nusra diajak untuk menyadari bahwa kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari kejahatan manusia dalam mengeksploitasi alam.

Kesadaran ini menjadi titik awal untuk pertobatan ekologis dalam gerakan sinergis untuk pembaharuan sikap terhadap lingkungan alam.

Pertemuan Minggu Kedua dengan subtema "Kita Dipanggil Untuk Menyelamatkan Bumi Sebagai Rumah Kita Bersama", mengajak umat kristiani Regio Nusra untuk merenungkan panggilan serta keterlibatannya dalam upaya penyelamatan bumi sebagai rumah bersama.

Allah memanggil Nuh untuk menyelamatkan kehidupan dengan membuat bahtera yang dapat menampung segala makhluk hidup yang ditentukan oleh Tuhan, termasuk Nuh dan keluarganya sebagai orang benar yang berkenan pada Tuhan (Kej 6:9-10,14-22; dan 7:13-17).

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved