Balitkabi Lakukan Penelitian Kacang Tanah dan Kacang Hijau di Sumba Timur, Ini Hasilnya

penelitian di Sumba Timur dan Inovasi olahan pangan berbasis aneka kacang dan ubi (Akabi) kepada Pemda Sumba Timur.

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/ROBERT ROPO
Wakil bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali sedang menerima cindramata dari Kepala Balitkabi Yuliantoro Baliadi. 

Selain hasil biji, kata Yuliantoro, brangkasan dari kacang hijau ternyata meningkatkan kandungan hara tanah pada saat panen.

Hal ini mengindikasikan bahwa kacang hijau sangat potensial sebagai pupuk hijau yang pada system pertanaman di lahan kering hanya ditanami sekali dalam setahun.

Keunggulan yang lain dari kacang hijau, tambah Yuliantoro, umur pendek sehingga terhindar cekaman kekeringan, dan kandungan protein biji yang tinggi bermanfaat sebagai sumber gizi yang murah dan mudah didapat.

Pengelolaan tanaman yang urgen adalah pemantauan terhadap hama pemakan bunga dan polong muda Maruca tetulalis.

Yuliantoro menjelaskan, pelatihan pengolahan aneka produk berbahan baku aneka kacang dan umbi, termasuk kacang tanah dan kacang hijau dimaksudkan untuk memberi wawasan dan ketrampilan kepada wanita tani, PKK, pengarijin dan PPL untuk memanfaatkan hasil panen yang telah direkomendasikan teknik budidaya dan peluang pengembangannya.

Demikian pula untuk ubi kayu dan ubi jalar yang tersedia di Sumba Timur, namun belum dimanfaatkan dengan optimal.

"Aneka kacang dan umbi sangat baik ditinjau dari kandungan gizinya sebagai sumber karbohidrat, protein, mineral dan vitamin serta pro vitamin A dan antosianin (pada ubijalar oranye dan ungu), sehingga konsumsinya diharapkan dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat di samping mendukung program diversifikasi pangan berbasis pangan lokal. Bentuk dan penampilan produk olahan berbasis aneka kacang dan umbi harus menarik dan rasanya enak agar dapat diterima masyarakat dan sekaligus untuk dapat bersaing di pasaran dengan produk berbasis terigu, demikian pula dengan teknologi pengolahan dan peralatannya harus sederhana agar dapat didopsi oleh pengguna,"imbuhnya.

Yuliantoro juga mengatakan, penelitian pada tahun 2019 dilaksanakan di lahan kering iklim kering di Desa Hamba Praing, Kecamatan Kanatang, dan di Desa Laindeha, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur (NTT) pada musim tanam Februari-Mei 2019, dan lahan salin I Desa Gesik Harjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) pada musim tanam Juni-September 2019.

"Semua kegiatan yang dilaksanakan merupakan pengembangan paket teknologi yang dirakit dari hasil-hasil penelitian komponen teknologi pada tahun-tahun sebelumnya. Indikator yang diamati untuk tercapainya tujuan penelitian ini adalah produktivitas dan kelayakan teknis dan ekonomisnya,"kata Yuliantoro.

Yuliantoro juga menjelaskan, hasil analisis kimiawi menunjukkan bahwa reaksi tanah yang dengan nilai pH pada kategori basa atau lebih dari pH 7. Pada Lokasi Hamba Praing nilai pH 8,2 dan 8,3  ini sangat mempengaruhi ketersediaan hara lainnya.

Pada analisis kimia ini yang sangat dipengaruhi oleh pH adalah ketersediaan Fe yang tidak terdeteksi. Pengaruh Fe pada kacang tanah berupa klorosis atau daun menguning.

Hasil analisis kandungan hara lainnya pada lokasi Hamba Praing dan Laindeha menunjukkan bahwa kandungan N total rendah, ketersediaan P sedang, konsentrasi K, Ca dan Mg tinggi.

Kata dia, teknologi Balitkabi dengan menggunakan varietas unggul dan pemupukan sebesar 50 kg Ponskha/ha dapat diterapkan di lahan kering iklim kering Sumba Timur. Varietas Tala dapat direkomensikan untuk lahan tersebut, disamping Kancil (hasil penelitian 2016-2018).

Perbedaan kesuburan kimia tanah menyebabkan perbedaan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau Vima 1 dan jagung Bisi 18 di Sumba Timur NTT pada MT 2019.

"IKU dari kegiatan penelitian kacang tanah dan kacang hijau adalah dikataring, yaitu paket teknologi budi daya kacang tanah di lahan kering iklim kering layak secara teknis dan ekonomi dengan hasil 2,5 t/ha polong. Dan dikajaring, yaitu paket teknologi budi daya tumpangsari kacang hijau dengan jagung di lahan kering iklim kering layak secara teknis dan ekonomi dengan hasil 1,5 t/ha kacang hijau dan 3 t/ha jagung,"tutup Yuliantoro.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved