Kongres PDIP
Prananda Prabowo Calon Pengganti Megawati di PDIP, Bekerja Senyap Antarkan Jokowi Menang
Nama Prananda Prabowo mencuat ke permukaan menjelang Kongres V PDIP di Bali Agustus ini.Siapa Prananda Prabowo? Simak informasi lengkapnya di sini
Muhammad Prananda Prabowo dikenal sebagai ideolog dan peminat teknologi komunikasi dan informasi.
Ia pertama kali muncul saat Megawati Soekarnoputri mengajaknya dalam konferensi pers bersama Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDIPpada tahun 2010 di Bali.

Ia adalah konseptor beberapa pidato politik Megawati Soekarnoputri.
Salah satu sentuhan pidatonya yang dianggap cukup bisa menggambarkan cara pandangnya terhadap dunia politik adalah ketika ia menyisipkan penggalan nasihat dari Kitab Bhagawad Gita, "karmanye vadhikaraste ma phaleshu kada chana" ("kerjakan seluruh kewajibanmu dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung untung-rugi").
Pidato yang dibacakan pada Pembukaan Kongres III PDI Perjuangan tahun 2010 menjadi salah satu pidato Megawati yang paling banyak mendapatkan pujian dari berbagai pihak.
• Bakal Terpilih Lagi dalam Kongres ke V PDI-P, Hasto Sebut Megawati Sosok Pemimpin Visioner
Dalam kehidupan pribadinya, Muhammad Prananda Prabowo memiliki istri, yakni Nancy Prananda.
Ia sudah dikaruniai dua anak, Muhammad Prabhaswara Pranakarno dan Diah Safira Octaliakasih.
Pada tahun 2015, setelah Pemilu 2014, Muhammad Prananda Prabowo membuat heboh karena menciptakan dan menyanyikan lagu cadas berjudul 'Pengkhianat'.
Selain aktif dalam dunia politik, Muhammad Prananda Prabowo juga memiliki ketertarikan tinggi di bidang musik.
Penyuka aliran musik cadas ini dikenal piawai dalam bermain bass.
Karakter permainan bassnya tersebut banyak dipengaruhi oleh gaya bermain Steve Harris, bassis Iron Maiden, band cadas asal Inggris yang menjadi idolanya.
Keprihatinannya yang mendalam atas semakin pudarnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda mendorongnya untuk membentuk sebuah grup band bernama Rodinda (Romantika, Dinamika, Dialektika adalah prinsip-prinsip Revolusi yang sering diucapkan Bung Karno) sebagai medium penyampai pesan nasionalisme kepada kaum muda.(*)