Berita Pendidikan
Kembangkat Bakat Akting, Teater Refrein SMAS John Paul II Ingin Pentas ke Mancanegera
Para siswa SMAS St. John Paul II Maumere yang tergabung dalam Tetaer Refrein ingin melebarkan sayapnya ke manca negara.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Repoter POS-KUPANG.COM, Eugenius Mo'a
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Para siswa Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) St. John Paul II Maumere, Kabupaten Sikka, yang tergabung dalam Tetaer Refrein ingin melebarkan sayapnya ke manca negara.
Keinginan para siswa tersebut setelah suskes tampil dalam Festival Teater Tubuh Indonesia di Bandung, Provinsi Jawa Barat (23-28 Juli 2019) dan Festival Teater Pelajar Sendratasik (Drama) Universitas Negeri Surabaya bulan Oktober 2018 di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Kepala SMAS St. John Paul II Maumere, Romo Fidelis Dua, kepada Pos Kupang, Rabu (31/7/2019), mengatakan, para siswa yang tergabung dalam Teater Refrein tampil apik dan menarik dalam pementasan 'Sako Jung' dalam Festival Teater Tubuh Indonesia di Bandung.
• Pangdam IX/Udayana Pantau Latihan Posko I Korem 161/Wira Sakti, Simak Kegiatannya
Romo Fidelis, mengatakan, festival tersebut diselenggarakan Yayasan Teater Payung Hitam yang berlangsung di Ruang Pentas Ampy Theater Galeri Selasar Sunaryo Art Space.
Festival tersebut, kata Romo Fidelis, menghadirkan perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Komunitas Hitam Putih dari Padang Panjang, Sumatera Barat, Yayasan Lanjong dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Teater Api Indonesia, Lab Teater Tubuh Bandung dan Teater Payung Hitam.
Menurutnya, Teater Refrein diasuh oleh guru Seni Budaya, Maria Ludvina Koli, S. Pd.
"Banyak anak berminat dalam ekstrakurikuler teater ini dan berhasil melatih tujuh peserta didik sebagai aktor dan aktrisnya.
Sako Jung bercerita tentang tradisi berkebun dari masyarakat Wairkoja, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka," katanya.
• Inilah Deretan Drama Korea atau Drakor yang Bakal Tayang Bulan Agustus 2019, Catat Tanggalnya!
Sukses dua kali mengikuti festival teater nasional 2018 dan 2019 menjadi batu loncatan bagi Teater Sako Jung SMAS Katolik St. John Paul II Maumere tampil di festival teater mancanegara.
"Ini batu loncatan untuk boleh mengikuti festival teater internasional di manca negara," ujarnya.
Festival tersebut, katanya, menjadi kesempatan terbaik bagi anak-anak mengembangkan bakatnya di bidang teater.
Melalui Teater Sako Jung, katanya, mereka belajar menjadi pemeran yang hebat dari kelompok-kelompok teater yang terkenal dan hebat di tanah air.
Guru Seni Budaya SMAS Katolik St. John Paul II Maumere, Maria Ludvina Koli, S.Pd, mengatakan Teater Sako Jung tak semata promosi budaya Sikka keluar daerah atau menjual eksotika kedaerahan.
Tetapi, katanya, Teater Sako Jung juga mengingatkan kembali budaya yang dibangun para pendahulu dalam kreativitas berkebun seperti bebunyian, gerakan tubuh dan syair-syair lagu yang menyimpan nilai-nilai kebersamaan, kerja keras dan gotong royong.
• RAMALAN ZODIAK CINTA Awal Agustus2019: Gemini Cemas, Virgo Bahagia dan Bersinar
"Teater Sako Jung mengingatkan kita bahwa tubuh manusia adalah modal membangun kekuatan, kebersamaan dan upaya untuk bertahan hidup. Sekuat apa pun manusia, ia membutuhkan sesama untuk bekerja sama," katanya.
Menurut Maria, pesan lain yang disampaikan adalah tentang sakralitas tanah.
Dia mengatakan, tanah harus dijaga dan dirawat. Tanah adalah tempat manusia berpijak dan memberi kehidupan pada manusia.
"Ingatan kita juga melekat dengan konflik-konflik sengketa tanah yang marak di berbagai pelosok," katanya.
Dikatakannya, penggarapan Sako Jung mengutamakan gerak tubuh, nyanyian dan tanpa banyak dialog.
• Susun Kabinet, Hasto Jelaskan PDI-P Hanya Bisa Beri Masukan bagi Jokowi
"Ini dimaksudkan untuk menghadirkan kembali kerja keras yang dibangun oleh para pendahulu dalam mengelolah tubuh tanpa kenal lelah dan tahan banting," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam kelangsungan hidup dan berinteraksi, tubuh menjadi bahasa awal manusia. Lewat tubuh, kebersamaan yang kokoh dalam ikatan kerja antar kerabat dalam berkebun terinterpretasikan.
"Saya berharap pementasan ini dapat memberi roh baru bagi semua peserta yang hadir dalam festival ini. Ada begitu banyak yang harus kita pertahankan seperti tradisi dan alam di tengah gempuran arus globalisasi. Sekurang-kurangnya, anak-anak yang terlibat dalam pementasan ini dapat belajar kekayaan budaya mereka. Ada banyak nilai yang akan mereka peroleh. Saat berproses, mereka terlibat dan melihat itu semua. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, kesadaran mereka dibuka dan mereka dapat belajar mendisiplinkan diri mereka," jelasnya.
Pada saat pementasan, katanya, Taater Sako Jung, mendapat apresiasi tinggi dari audiens. Para peserta, lanjutnya, menari bersama saat tabuh gong waning tanda pentas Sako Jung ditutup.
(*)