Nasib Timor Leste Kini: Mimpi Menjadi Negara Makmur Lewat Cadangan Migas, Mungkinkah?
Menelan biaya 120 juta dolar, sejumlah pihak kini mempertanyakan mengapa mereka membangun bandara ini (suai).
Namun bukannya menikmati royalti dari pemrosesan lepas pantai tanpa mengeluarkan dana satu sen pun, seperti halnya yang terjadi di ladang migas Bayu Undan, Timor Leste justru bertekad membangun fasilitas pengolahan sendiri.
Proyek Tasi Mane mencakup rencana kilang LNG, refinery, pangkalan industri, pelabuhan laut, bandara kedua, dan jalan raya yang menghubungkan semuanya di sepanjang pantai selatan negara itu.
Keseluruhan proyek membutuhkan biaya hingga 16 miliar dolar.
Dana tersebut kurang-lebih sama dengan Dana Perminyakan Timor Leste yang saat ini dipakai untuk APBN bidang kesehatan, pendidikan dan pelayanan vital lainnya.
Selain itu, Timor secara terpisah telah membayar 650 juta dolar untuk membeli saham mayoritas di proyek Greater Sunrise, memberikannya kendali atas bagaimana dan di mana cadangan minyak dan gas dikembangkan.
Timor Gap sekarang berusaha mendapatkan pinjaman 16 miliar dolar dari bank asing dan investor, termasuk Bank Exim China.
Tetapi para analis perminyakan mengatakan proyek itu tidak dapat dijalankan, dan malah bisa mengirim Timor Leste ke dalam perangkap hutang China.
"Mempertaruhkan seluruh cadangan sumber daya, dana 17 miliar dolar yang disimpan di Dana Perminyakan, pada satu proyek di sektor migas, merupakan pertaruhan yang buruk," ujar Scheiner.
Dia menyebut sebenarnya sektor perminyakan merupakan sektor yang paling tidak efisien untuk menciptakan lapangan kerja di Timor.
"Kita seharusnya fokus pada pertanian, pada pariwisata, pada industri kecil untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan di sini," katanya.
Awal tahun ini, Parlemen Timor Leste mengubah UU untuk menghilangkan sebagian pengawasan terhadap penggunaan uang dari Dana Perminyakan untuk proyek-proyek besar.

Obsesi pada migas
James Scambary mempertanyakan obsesi Pemerintah Timor Leste untuk mengolah cadangan migasnya sendiri di negara itu.
"Sikap yang terasa di Timor Leste yaitu, kami memenangkan perang melawan Indonesia. Kami memenangkan perselisihan dengan Australia atas batas laut, dan Anda bilang kami tak bisa mengerjakan ini," katanya.
"Jika keberanian dan tekad bisa membangun kilang minyak, itu akan sangat bagus. Tapi tentu saja tidak begitu," tambahnya.
Ada pula persoalan teknis yang cukup besar, termasuk kebutuhan membangun pipa sepanjang 286 kilometer melintasi laut sedalam 2.800 meter di pantai selatan Timor Leste.